04 • RUN TO YUU

259 28 4
                                    

Tanpa sadar Sella mengutarakan perasaannya, "kayaknya ga salah kalo gue suka sama lo kak." Setelah sadar, Sella menutup mulutnya.

Hening tercipta untuk beberapa saat, Mahendra juga nampak terkejut. Namun senyum teduh itu mampu melelehkan segala jenis ketakutan di benak Sella. "Suka sama lo juga gak ada ruginya Sell."

Berantakan sudah, jantungnya berdetak lebih cepat lagi. Sella mematung, matanya membola dan semburat merah memenuhi pipinya.

"Nemenin lo latihan buat retret ini bikin gue tau kalo lo bisa jadi adek yang baik buat gue di kampus" lanjut Mahendra, tanpa sadar jika ada pisau tak kasat mata yang dia tusukkan tepat di jantung Sella.

'TIIN'
Suara klakson mobil membuyarkan kecanggungan di antara keduanya.

"Abangku udah jemput, makasih kak udah nemenin." Sella berlalu tanpa menunggu jawaban dari Mahendra. Gadis itu nampak sangat terburu-buru, bahkan pintu mobil itu ditutupnya dengan sangat kencang.

"Yok, mau kemana kita malam ini?" Yuda membuka suara setelah sang adik mengenakan seat belt.

"Pulang." Hanya satu kata yang Sella keluarkan, membuat Yuda mengernyit bingung. Pasalnya sang adik tadi mengeluarkan bakat merayunya untuk mendapat makanan gratis dari abang gantengnya ini.

"Katanya minta jajanin,? mumpung baik nih gue." Yuda sepertinya masih menganggap perubahan sikap ini biasa. Lelaki yang lebih tua tiga tahun dari Sella itu justru mengabsen beberapa jenis makanan. "Martabak kayaknya enak, apa sate ya? gue lagi pengen yang seger sih, es krim kali ya? menurut lo enakan mana Ri?" Yuda menoleh pada Sella yang masih diam, menatap jalanan dengan pandangan kosong. "Lo kenapa sih?"

"Mau pulang aja bang," jawab Sella, singkat.

Yuda menghembuskan nafas beratnya. "Yaudah pulang, tapi gue mau mampir indoapril dulu. Lo mau nitip, ga?" tanyanya sekali lagi, namun kali ini hanya gelengan kepala yang Yuda dapati sebagai jawaban.

Kuda besi itu berhenti di minimarket, lalu Yuda turun tanpa mematikan mesinnya. Lelaki itu juga terlihat bergerak cepat kesana kemari sambil mengisi keranjang berwarna biru itu hingga penuh. Setelah itu, Yuda membayar dan segera keluar dengan dua kantong besar belanjaan yang diletakkannya di kursi belakang. Selesai dengan urusannya di sana, Yuda kembali melajukan mobilnya ke rumah. Kali ini, kecepatannya ia tambah. Sepertinya Yuda tidak lagi sabar untuk mengetahui permasalahan adiknya.

Sesampainya di rumah, Sella turun untuk membuka gerbang dan membiarkan Yuda memarkirkan mobilnya di garasi. Sella juga langsung mengunci gerbang karena orang tuanya baru pulang lusa. "Langsung bebersih, tapi jangan tidur dulu. Abang mau bicara." Ucap Yuda saat Sella membuka pintu utama, sementara dirinya baru turun dari kursi kemudi.
Seolah tak mendengar apapun, Sella melanjutkan langkahnya masuk ke dalam rumah. Yuda yang khawatir segera mengambil belanjaan dan mengikuti adiknya, hingga terdengar suara gemericik air dari kamar Sella. Yuda bernafas lega, lalu membawa belanjaannya ke dapur.

Yuda memeriksa sekali lagi pintu-pintu yang ada di rumah, juga gerbang depan dan belakang. Setelah memastikan semuanya aman, ia masuk ke dalam kamar untuk berganti pakaian yang lebih nyaman. Terakhir, ia kembali ke kamar adiknya, dengan permen jelly berbentuk ular dan beberapa minuman bersoda.

'tok... tok... tok...,'
"Udah, bebersihnya?" Yuda berucap setelah mengetuk pintu kamar Sella.

Sella membuka pintu, membiarkan abangnya masuk. Yuda yang sudah paham, langsung saja rebahan di sisi kanan ranjang Sella, lalu mengambil mr. totel dan meletakkan di sisi kirinya. Tangannya menarik sang adik untuk segera memeluk boneka kesayangannya yang sudah buluk itu.
Selalu seperti ini. Bahkan tanpa kata pun Sella berakhir menangis tersedu. Yuda mengusap lembut rambut adik yang sangat dia sayangi, membiarkan emosinya reda. Kali ini Sella menangis lebih lama dari biasanya, entah masalah apa yang adiknya hadapi.
Saat tangisnya mereda, Sella duduk berhadapan dengan Yuda. Tangannya masih sibuk membersihkan sisa air mata. Sementara Yuda hanya diam memperhatikan, menunggu adiknya bicara.

"Bang, patah hati emang sakit banget ya?" Sella akhirnya bersuara, meski dengan isakan yang terdengar samar.

Yuda mengernyit, menampakkan kebingungan yang amat kentara. "Katanya lo putus baik-baik, kenapa tiba-tiba nangis?"

"Bukan dia, itu kan udah lama. Lagian kita udah temenan lagi." Sella meraih bungkus permen ular warna-warni itu, namun kesulitan membukanya.

"Terus?" tanya Yuda, dia juga meraih bungkus permen itu dan membukanya.

Sella meraih tiga ular sekaligus, lalu melahap dan mengunyahnya sekalian. Setelah tertelan, ia kembali bersuara, "gue kan ga jago, jadi diajarin dance buat PDKT besok-"

"yaiyalah, dari dulu yang ada lo ngata-ngatain gue kalo gue latihan dance. Ini tiba-tiba malah lo yang ikutan." Yuda memotong kalimat Sella, ada nada kesal yang tersirat di dalamnya.

"Gamau cerita deh, abang ngeselin" Sella menyembunyikan wajahnya di atas mr. totel.

Yuda menarik Sella untuk kembali duduk. "Iya iya gue diem." Yuda membuat gestur seolah-olah mengunci mulutnya.

Sella merebut soda dingin di tangan Yuda, lalu menenggaknya. "Gue suka sama dia, dia yang bikin gue pilih divisi tari, dia juga yang bantuin gue buat pindah ke divisi musik."

"Dia ini, siapa?" tanya Yuda, penasaran.

"ishh dasar ga peka, yang ngajari gue dance lah bang," rengek Sella. Sekali lagi gadis itu menenggak soda di tangannya.

"Suka ya suka aja kali." Yuda merebut kembali kaleng soda di tangan Sella. "Emang masalahnya dimana? Udah punya cewek dia?" tanya Yuda.

"Gak tau," jawab Sella, lesu, "tapi tadi dia bilang kalo nganggep gue adeknya." Sella kembali lesu, dan bola matanya kembali basah.

"Bilang gitu aja?" tanya Yuda, lagi.

"Tadi tuh, gue keceplosan. Terus gue bilang kalo suka sama dia, dia bilang suka gue juga. Tapi ada terusannya, dia sukanya sebagai adek." Sella memanyunkan bibirnya sambil menunduk, sepertinya takut dimarahi.

"Gue tau lo udah lama diem, gak bisa banyak berekspresi, tapi ini kebanyakan." Yuda mengelus rambut Sella, perlahan. "Karna ini udah lewat, jadi gausah dipikirin lagi. Pikirin yang mau dateng aja."

Sella mendongak, "abang gak marah?" tanyanya lirih.

"Nggak lah, kayak gue gak pernah salah aja." Yuda terkekeh, "besok lo berangkat jam berapa? Kepo gue sama bentukannya si maheng maheng itu." kini Yuda nampak serius.

Sella memukul bahu Yuda. "Jangan aneh-aneh, gue baru masuk gamau punya masalah."

"Kagak elah, percaya deh sama gue." Yuda menahan tangan Sella yang masih berusaha memukulinya.

Sella mengulurkan jari kelingkingnya, "janji?"

"Iye ah, ga percayaan amat." Yuda mengaitkan kelingkingnya dengan kelingking Sella.

"Abang kan emang doyan bohong." Sella mendengus, kesal.

"Kagak...." Yuda mulai terlihat kesal.

"Yaudah masakin samyang, biar gue percaya." Sella mendekati Yuda, lalu bergelayut manja agar abangnya tidak marah.

Akhirnya mereka berdua turun ke dapur untuk memasak mie pedas kesukaan keduanya, lebih tepatnya Yuda, karena Sella hanya duduk diam memperhatikan abangnya yang sedang memasak. Setelah siap, mereka makan di ruang tengah sambil menonton televisi.

___CHAPTER 4 - FINISHED___

Baiknya si Maheng diapain ges? -Yuda

Holla sugar!!!
Apa kabar? Yok aku temenin malem minggunya🌙

Semoga kalian enjoy ya baca ceritaku🌼

Kasih aku bintang⭐ kalo kalian suka, tulis juga komentarnya💬, kritik dan saran kalian sangat berarti🌼

what ifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang