Lima

71 14 30
                                    

Jimin.

Aku masuk ke dalam rumah dan langsung tahu ada yang tidak beres. Itu hanya perasaan tetapi aku telah belajar sejak lama untuk memercayai naluri ku. Ada kehadiran di sini, atau seseorang telah berada di sini dalam beberapa hari terakhir.

Ibu dan ayahku belum pernah ke rumah sejak kepergian Yeorin. Ibu telah membawakan bajuku yang lama dari rumah mereka untuk kupakai pulang dari rumah sakit.

Tidak ada orang lain yang tahu pasword rumah ku, tetapi aku yakin seseorang telah berada di sini; aku bisa merasakannya.

Aku berjalan hati-hati ke dalam tanpa menyalakan lampu apapun. Aku merasakannya saat aku berjalan, bergerak perlahan agar tidak mengeluarkan suara.

Aku membiarkan indra ku membimbing ku sekarang. Apakah penyusup itu masih di sini, dan jika demikian, di mana mereka? 

Pandangan sekilas ke sekeliling tidak menunjukkan apa pun yang tidak pada tempatnya dan tidak ada seorang pun di sana. Namun perasaan itu tetap ada.

Jantungku bertambah cepat dan aku membuka indraku. Aku harus melawan perasaan tentang Yeorin sekarang untuk berkonsentrasi di sini. Nanti aku akan kembali memikirkan wanita-ku, tapi sekarang aku harus menghadapi bahaya ini.

Aku berdiri di bawah tangga dan melihat ke atas, ada sesuatu di atas sana. Sesuatu atau seseorang! 

Aku tidak merasa takut, hanya tekad saat aku berjalan perlahan melintasi ruangan.

Aku bergeser ke kotak senjata dan menjadi setenang mungkin, memutar kombinasi dan mengambil g-lock ku. Berjalan di sudut samping dan menjaga bayangan, aku berjalan menaiki tangga dan menyusuri lorong gelap ke kamarku.

Kamar kami. 

Tidak sekarang Jimin, jangan lemah.

Aku merasakannya begitu kuat sehingga aku harus berhenti dan menggosokkan tangan ke jantung ku, sekali lagi mempertanyakan mengapa sekarang tiba-tiba Yeorin kembali ke pikiran ku dengan begitu kuat. Sedemikian rupa sehingga aku bahkan tidak bisa mengesampingkannya cukup lama untuk menghadapi apa pun ini.

Aku melihat sekeliling ruangan gelap perlahan, pistol terhunus, mata terkupas. Butuh dua kali percobaan sebelum aku melihat dia. 

Di sana, di sudut, seseorang berjongkok rendah. Aku menekan lampu dan membidik tetapi tidak menarik pelatuknya.

Beruntung bagi ku, aku tidak melakukannya.

Aku menatap dalam diam, bingung, bahkan tidak berani bernapas ketika mata dan pikiran ku mencoba untuk memahami apa yang ku lihat. Bibirku bergerak membentuk namanya tapi tidak ada suara yang keluar. Tapi hatiku sudah tahu.

Ketika aku keluar dari lamunan ku, kejutan itu membuat ku kembali berdiri dan ku pikir jantung ku akan meledak di dada, karena berdetak sangat keras. 

“Yeorin?” 

Namanya tidak lebih dari bisikan di bibirku.

Kepalanya muncul dan dia terbang ke arahku, melemparkan dirinya ke dalam pelukanku. 

“Yeorin? Sayang?" 

Apakah ini nyata? 

Dia terasa nyata. 

Aku meletakkan tanganku di belakang kepalanya, menahan dia di dadaku saat indraku berputar.

The ReturnedWhere stories live. Discover now