5

22 4 1
                                    


Kegaduhan mengisi teras rumah sakit. Hisyam dan Tama saling beradu argumen. Hisyam menuduh Tama yang membuat Carisa jadi seperti itu, sedangkan Tama tidak terima dituduh seakan menjadi penjahat.

Alina yang sedari tadi menemani Carisa di kamar rawat inap, melihat mereka berdua saling beradu argumen sampai ingin beradu tangan juga. Alina langsung berlari dan memisahkan mereka.

"Lo berdua orang gila ya? Galiat Carisa lagi terbaring gak sadarakan disana? Ga liat dia lagi kesakitan lagi? Gila lo semua!" Pekik Alina.

Hisyam dan Tama saling membuang muka.

"Gua gamau lo deket-deket Carisa lagi." Ucap Hisyam pelan.

"Lo siapa ngatur-ngatur hidup dia?" Balas Tama.

Baru dipisahkan, sudah mau ribut lagi. Akhirnya Alina menampar mereka berdua, supaya sadar.

"Udah sadar sekarang? Kayak anak kecil berdua. Carisa di dalam sana lagi butuh dukungan, lo malah ribut hal yang gapenting. Syam, untuk sekarang gak penting Carisa kambuh karena apa, yang terpenting adalah dia sembuh. Dan lo Tam, lo baru kenal sama Carisa jadi seharusnya lo tau batas-batasnya. Kalo kalian masih ribut jangan di rumah sakit, pergi sana."

Setelah itu Alina langsung kembali kedalam rumah sakit, meninggalkan mereka berdua yang akhirnya meninggalkan tempat.

Hisyam memasuki mobilnya, lalu memukul stir mobilnya. Untuk kesekian kalinya ia merasa gagal menjadi seorang kakak. Baginya, Carisa adalah dunia nya. Karena Carisa merupakan saudara yang sudah menemani nya sejak ia masih ada di perut.

Oleh karena itu, begitu ia tau bahwa Carisa menjadi korban kekerasan dalam hubungannya bersama mantan yang sebelumnya, Hisyam sangat marah. Bahkan Hisyam datang ke rumah Jevan dan memukulinya sampai-sampai Hisyam hampir di penjara.

Tapi karena Hisyam pintar, ia bisa memutar balikan kejadian. Karena itu justru ia bisa melaporkan kekerasan yang dialami Carisa. Tapi menurutnya, hukuman yang didapat Jevan tidak sesuai. Jevan hanya di penjara selama 3 tahun dan diminta untuk pergi dari wilayah Carisa tinggal.

Tapi apa yang Carisa dapat? Ya bolak-balik ke psikiater. Pada awal kejadian saja, Carisa tidak berani bertemu dengan laki-laki manapun termasuk Hisyam. Begitu ayah nya tau, juga Carisa enggan menemuinya dan mengurung diri di kamar.






















"Andai bunuh orang gak dipenjara, gua udah bunuh dia Ris. Gua udah gak peduli dosa apapun, karena rasa sakit yang lo rasain selama ini gaada apa-apanya sama dosa yang akan gua tanggung nanti." Air mata perlahan mengalir, sembari Hisyam menatap foto dirinya dan Carisa yang sedang tersenyum yang terpampang di kaca mobil.

Tama berdiri di depan gedung dimana ia menghabiskan setengah hidupnya untuk bolak-balik mengunjungi ibu nya. Satu-satunya keluarga yang ia punya sekarang.

Rumah Sakit Jiwa.

Dan juga alasan mengapa ia memilih psikolog menjadi jurusan yang ia pilih di perkuliahaan.

Tama berjalan pelan menuju kamar dimana ibu nya dirawat. Sebelumnya ia bertanya ke perawat, apakah ibu nya tertidur namun setelah ditunjukan oleh perawat, ternyata ia sedang menggambar.

Tama memasuki kamar, sang ibu mengacuhkan nya dan itu adalah hal yang biasa.

"Bu, Tama dateng nih. Ibu udah makan?"

Tidak ada respon.

"Tama lagi sedih bu, kenapa hidup Tama begini. Setelah kehilangan semua keluarga Tama, Tama juga harus nyerah sama orang yang Tama suka."

Perlahan sang ibu menghentikan aktivitas pergerakannya, lalu menatap Tama perlahan.

"Tama sedih banget bu, Tama gak punya siapa-siapa. Tama cuma mau nolong wanita itu, tapi ternyata Tama malah nyakitin dia. Tapi Tama tau, Tama bukan penyebab masalahnya. Tapi Tama mungkin membuka luka lama dia."

Tama lalu menangis di hadapan ibu nya, sang ibu yang menatapnya bingung lalu berkata "Kamu gak jahat."

Tama yang sedang fokus menangis langsung menatap wajah sang ibu

"Ya??? Ibu ngomong sama Tama????" Tama kaget, karena sudah lama ibu nya tidak merespon apapun perkataannya.

"Kamu enggak jahat, kamu baik. Kamu bisa buktiin ke mereka, kamu baik." Ucap sang ibu yang mata nya ke sembarang arah, namun tangannya menepuk pundak Tama, berusaha menenangkan.

Tama yang suasana hati nya sednag tidak baik langsung merasa terharu, dan memeluk sang ibu.

"Makasih bu, makasih banget!"

Setelah siuman dan akhirnya boleh pulang, Carisa kembali ke rumah. Namun dokter menyarankan ia untuk beristirahat selama dua minggu di rumah dan harus menghabiskan obat yang telah di resepkan dokter, untuk mencegah pikiran-pikiran jahat yang memengaruhi otaknya.


ddrrtt drrtt...








Carisa melihat ponselnya yang bergetar, terlihat nama dari orang yang mengiriminya pesan.




Tama :

|apa kabar? lo udah balik ke rumah?



Carisa tersentuh, bahkan Alina pun belum menghubunginya. Baru ia ingin membalas pesannya, namun ponselnya langsung ditarik Hisyam.

"Selama istirahat, waktu main hp lo gua batasin!"

"Kok gitu?!?!?!?" Protes Carisa, mencoba mengambil ponselnya.

"Biarin, sampai bener-bener pulih baru gua kasih."

Tanpa negosiasi lagi, Hisyam langsung pergi keluar kamar.



























































Maaf Tama.

[ii] savior ㅡkang taehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang