1

403 15 1
                                    

Clek

Suara pintu rumah terbuka, suasana malam hari yang gelap dan sepi sudah menjadi hal lumrah bagi seorang pemuda yang bernama RAFKA. Dia hanya seorang siswa SMA yang mempunyai paras tampan rupawan, tubuhnya tinggi dan atletis sekali, rambut yang hitam. Ciri khas dari seorang Rafka yaitu lengan baju seragamnya yang selalu di lipat.

"Punya orang tua lengkap, serasa yatim piatu," ucap Rafka pelan.

Langkah kaki Rafka berjalan ke lantai dua dengan suasana rumah yang masih gelap gulita, Rafka tidak ada niatan untuk menyalakan lampu rumah nya.

Di kamar pribadi nya, Rafka langsung menidurkan tubuhnya tanpa mengganti bajunya terlebih dahulu karena sudah larut malam sekali dan badannya juga sudah terasa remuk sekali.

Skip

Jam sudah menunjukan pukul delapan pagi, semua yang bekerja sudah berangkat tentunya, anak sekolah sudah memulai pelajarannya, dan ibu-ibu pastinya sedang membereskan rumah. Tapi beda di rumah Rafka, hanya dirinya seorang yang masih terlelap dalam tidurnya, dia, mungkin dia bukan salah satu anak yang beruntung terlahir di dunia ini yang memiliki keluarga harmonis. Meskipun kedua orang tuanya masih ada tapi dia tidak tau apa itu kasih sayang, apa arti dari sebuah keluarga. Orang tuanya hanya fokus kepada pekerjaan dan mungkin mereka lupa kalau mereka sudah mempunyai anak yang tinggal di rumah mereka sendirian. Saudara? Hah jangan tanyakan hal itu kepada nya, bahkan Rafka saja bingung dengan sang Abang yang memilih untuk tinggal di apartemen nya sendiri, bahkan sudah hampir tiga atau bahkan lima tahun belakang ini Abang Rafka tidak pernah pulang sama sekali, mau nelpon pun percuma karena Rafka tidak punya nomor hp nya.

Dretttt
Dretttt

Rafka membuka sedikit matanya melihat di mana letak hp nya berada, setelah mendapatkan apa yang di cari, tanpa melihat siapa yang menelpon Rafka langsung mengangkat sambungan telpon itu.

"Hem.."

"WOY ANJING BANGSAT, BABI KETU LU!"

"berisik gue masih ngantuk."

"Sekolah goblok, udah mah goblok, kalo gak sekolah makin goblok entar."

"Udah telat bangsat!"

"Ya salah lo sendiri, tidur kok kaya kebo!"

"Dah lah males sekolah gue, Minggu depan aja."

Rafka mematikan sambungan telponnya sepihak, lalu dia kembali menyimpan hp nya dan melanjutkan kembali tidurnya. Gak sekolah pun Rafka tidak masalah toh tidak ada yang peduli, kecuali teman-temannya yang tadi menelpon.

Baru saja Rafka memejamkan kembali matanya, tiba-tiba suara bel rumah berbunyi, awalnya Rafka biarkan saja tapi lama kelamaan yang mencet tombol bel rumahnya semakin brutal di tambah dengan gedoran pintu nya, mau tidak mau akhirnya Rafka harus membuka pintu depan nya.

"SAURRR SAURRR"

BRAK
BRAK
BRAK
BRAK

"SAURRR SAURRR, SAUR BANGSAT, MOLOR MULU!"

BRAK
BRAK
BRAK

"LU MOLOR APA LATIHAN MATI!"

Rafka membuka pintu depannya dengan selebar mungkin dan...

"BERISIKK!!"

"Bisa gak sih kalian biarin gue tidur degan tenang, gak di rumah, gak di basecamp ganggu mulu, heran gue," Rafka menyilangkan tangannya di depan dada.

"Gak bisa," jawab orang yang paling kanan

"Bawa apaan tuh?" Tanya Rafka saat melihat mereka membawa kantong kresek berwarna hitam.

"Kamu nanyea?" Ucap orang yang di tengah.

"Ya udah kita kasih tau ya," lalu di sambung yang di sebelah kiri.

"Ini tuh, nasgor, ingat ya nasgor."

Srekk

Rafka mengambil kantong kresek itu, melihat isi nya benar atau bukan ini nasi goreng, setelah itu dia masuk sendiri ke dalam rumah. Rafka tidak usah repot-repot untuk menyuruh mereka masuk, karena di rumah tidak ada Rafka pun mereka sering keluar masuk seolah rumah ini, rumah pribadi mereka.

"Perasan lo bolos Mulu dah, bulan ini kalo gak salah lo udah bolos Dua puluh kali jir!"

"Salah masuk jurusan gue, makannya males sekolah," ucap Rafka.

"Lah?"

"Waktu sleksi pemilihan kelas, kan ada beberapa mata pelajaran tuh, nah gue isi semua tuh pelajaran IPS eh malah masuk IPA."

"Ya bener juga sih, dulu juga gue ngisi semua pelajaran IPS, tapi malah masuk IPA jir!"

"Tapi bisa aja waktu itu gurunya lagi mabuk kan?"

"Guru mabuk, yang ada di pecat!"

"Lo gak inget guru SMP kita dulu? Mabuk di sekolah tapi dia gak di pecat tuh!"

"Bacot, ambilin gue piring dong," ucap Rafka sambil melamun, karena mereka bertiga datang ke rumah nya sambil gedor-gedor pintu jadi nyawa Rafka belum terkumpul semua.

"Sama gue aja, sekalian mau ambil cemilan," ucap Ridho.

Tak lama Ridho kembali ke tempat teman-teman nya berkumpul sambil membawa beberapa cemilan dan juga piring untuk mereka makan.

"Kalo mau makan kenapa ngambil cemilan?" Tanya Cilvin.

"Dah lah biarin aja," ucap Rafka.

Mereka ber empat menghabiskan waktu mereka hanya untuk bermain, ah ralat bukan bermain lebih tepatnya menghancurkan isi rumah Rafka tentunya. Rafka juga tidak masalah toh, entar juga mereka sendiri yang akan membereskan kekacauan yang mereka buat, karena itu sudah menjadi peraturan yang pertama yang tertanam di rumah Rafka, tidak masalah semua cemilan yang Rafka punya di habiskan oleh mereka yang penting rumah ini harus tetap bersih seperti semula, jika tidak mereka akan menerima hukuman dari seorang Rafka.

"Dah lah capek gue," ucap Adam, namanya bagus bukan, tapi sepertinya tidak sama dengan sifat orangnya.

"Vin ambilin minum," ucap Ridho.

"Gue satu," ucap Rafka yang juga merasa haus karena sudah berlarian ke sana sini seperti anak kecil.

Tak
Tak
Tak

Suara orang berjalan terdengar begitu jelas di telinga mereka semua, mereka tidak tau itu siapa karena sepertinya bukan Cilvin.

"Ayah, Bunda," lirih Rafka saat melihat orang tuanya pulang.

"Siapa yang sudah membuat ke kekacauan" tanya Ayah Rafka.

"Kita yah, maaf."

"Ayah gak mau tau, bereskan rumah ini secepatnya, kita mau istirahat dulu, nanti sore ayah sama bunda bakalan pergi lagi ke Korea," ucap ayah Rafka lalu pergi bersama sang istri.

"Sebenernya mereka niat pulang gak sih?" Tanya Rafka entah kepada siapa dia bertanya.

"Sabar raf."

_________________TBC______________

Jangan lupa vote dulu sebelum membaca.......
Dan semoga suka sama cerita ini...

____Terima kasih sudah mampir___









________________*____*________________

RAFKAKde žijí příběhy. Začni objevovat