Janji

5 2 1
                                    

Semangat Naya benar-benar hilang hari ini, entah apa yang sedang mengganggu pikirannya. Sangat tidak mungkin jika yang sedang mengganggu pikirannya adalah isi surat dari Akar, karena bukan kepribadian Naya sekali yang memikirkan hal sepele seperti itu. 

Namun, tidak ada yang tidak mungkin 'kan? Atau Naya masih terus memikirkan Dava. Teman lelaki masa kecilnya, yang dengan seenak jidatnya berjanji akan memberikan rumah yang sungguhan kepada Naya kecil. Naasnya sekarang Naya besar sedang menagih janjinya kepada semesta yang sedang menyembunyikan keberadaan Dava. 

"Wa... Bagus banget desain rumah yang ini kak. Kakak yang gambar?" tunjuk Naya kecil pada sebuah gambar rumah yang tergantung indah di dinding kamar Dava.

"Iya, mau lihat?" tawarnya.

Naya mengangguk dengan semangat, seakan paham apa maksud dari gambar itu.

Setelah gambar rumah itu berhasil diturunkan, Dava berusaha menjelaskan satu persatu maksud dari gambar yang ia buat itu.

Walau tak paham setiap kali di jelaskan, Naya akan mengangguk saja. Karena memang terlalu rumit untuk dipahami seorang gadis kecil yang masih duduk di bangku sekolah dasar ini.

"Kalau gitu, yang mana gambar rumah untuk aku? Aku kan juga mau dibuatkan rumah."

"Itu." Tunjuknya pada gambar rumah yang lebih besar lagi.

"Beneran buat aku kak?" Dava mengangguk.

"Bukan cuma kamu, tapi kita."

Anak SD ngga bakalan paham kalau dirinya saat itu sedang digombali, jadi dirinya hanya akan mengiyakan saja.

"Tapi caranya bagaimana? Kan buat rumah itu susah kak."

"Aku sendiri yang akan merancangnya dan sudah pasti dengan bantuan orang lain untuk membuat gambar rumah itu menjadi sebuah bangunan."

"Oh... Gitu." Jawab Naya yang seakan paham apa yang dimaksud.

"Nay... Naya?" panggil seseorang.

"Nay... Nayanika Aksata..." seseorang itu terus memanggil nama Naya, tapi tidak ada respon apapun dari sang empu.

Sampai sebuah cubitan menyadarkan Naya dari lamunannya, ia tersentak, "Haduh, apa sih!"

"Kamu mau sampai kapan diam di sini? Bel pulang udah berbunyi lima belas menit yang lalu!"

Naya membulatkan matanya, "Mati aku, bisa-bisa ketemu cowok sinting itu lagi kalau kelamaan di sekolah."

Ia langsung membereskan buku-bukunya dan tak lupa memarahi Anke, "Kamu juga, kenapa ngga bilang sih, kalau sudah pulang." lalu ia berlari keluar dari ruang kelasnya.

"Lah? Kenapa jadi aku yang salah? 'Kan dia sendiri yang dari tadi melamun." Anke benar-benar bingung dengan Naya hari ini. Entah kerasukan jin apa sahabatnya yang satu itu.

☁️☁️☁️

Naya mengeluarkan iPod dari saku rok sekolahnya sebagai teman perjalanan pulang.  Ia memutar lagu-lagu Sal Priadi sambil melihat jalanan kota yang penuh sesak. 

Tiba-tiba seseorang berseragam SMA berbeda yang duduk di sebelah Naya, menepuk pundaknya dan bertanya. Naya melepas earphone dari telinganya lalu menoleh, "Maaf, tadi ngomong ap---" Omongannya terputus setelah tahu siapa yang duduk di sampingnya.  

"Sedang apa Peri taurus?" seseorang itu mengulang pertanyaannya.

Kalian pasti tahu siapa manusia di bumi ini yang memanggil Naya dengan 'Peri taurus' kan? Ya. Dia adalah Akar. Naya tidak habis pikir dengan manusia satu itu. Kenapa ia harus bertemu juga dengan Akar di dalam angkutan umum, sekarang hidupnya benar-benar di teror oleh pemuda itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 12, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Akar and NayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang