Chapter 2

159 10 0
                                    

Karena performa sang putri yang menurun, tabib pun dipanggil ke Istana untuk memeriksa keadaannya. Namun hasil pemeriksaan tidak menunjukkan indikasi adanya penyakit apapun. Sang putri hanya disarankan istirahat yang cukup. Mendengar hal itu membuat raja malah marah besar kepada Sarada.

"Istirahat? Putri Sarada selalu beristirahat sepanjang hari?" Kata Sasuke. "Kau dipanggil agar Putriku bisa berhenti istirahat dan kembali seperti biasa. Kalau begini untuk apa kau di sini?" Suara Sasuke terdengar sangat menyeramkan saat ini, membuat sang tabib merasa kepalanya seperti akan lepas sebentar lagi.

"Tapi sang putri hanya terlihat kelelahan Yang Mulia." Jawab tabib itu dengan suara bergetar. "Sepertinya Tuan Putri juga tidak mendapat tidur malam yang cukup, Yang Mulia." Perkataan tabib itu pun dikonfirmasi oleh Sarada sendiri.

"Tidur malam menjadi hal yang sulit bagiku." Ucap Sarada sambil menunduk. "Kalau begitu berikan dia obat untuk tidur." Ujar Sasuke.

Tabib itu pun memberikan ramuan yang disarankan untuk Sarada minum saat sebelum tidur untuk mempermudah dirinya tidur.

"Saya telah memberikan ramuan untuk diminum Tuan Putri saat malam hari. Itu akan membantunya tidur." Ucap sang tabib yang dibalas anggukan oleh Sasuke. "Kalau begitu, saya permisi." Tabib itu pun membungkuk lalu meninggalkan Sasuke dan Sarada.

"Ayah..."

"Hn?"

"Aku hanya sedikit kelelahan. Setelah aku pulih nanti, aku pasti akan kembali seperti biasa. Jadi jangan khawatir." Ucap Sarada sambil menampilkan senyumnya kepada Sasuke.

Namun dengan dingin Sasuke merespon. "Pastikan kau meminum obatmu dengan teratur agar bisa segera kembali menyelesaikan tugas-tugasmu. Aku tidak tahan melihat seluruh urusan kerajaan yang menjadi tanggung jawabmu jadi terbengkalai." Sasuke pun langsung berjalan menjauh dan meninggalkan Sarada.

Genggaman Sarada mengerat pada botol obat yang ia pegang. Sarada merasa lelah, namun bukan tubuhnya. Sarada tak lagi ingin menjadi ratu. Ia hanya ingin ayahnya mengakui dirinya namun itu tak pernah ia dapatkan. Sekarang ia hanya ingin ayahnya mengkhawatirkan dirinya namun malah kerajaan yang lebih menjadi kekhawatiran Sasuke. Sarada ingin ayahnya mengerti kalau ia lelah dan ingin menghirup udara segar. Tapi sepertinya itu hal yang tidak mungkin.

~

Kawaki menghabiskan seharian mempelajari cara membuat obat-obatan yang baru sehingga tubuhnya menjadi kaku. Ia pun memutuskan untuk berjalan-jalan di taman Istana sambil menikmati angin malam.

Di tengah kegelapan, Kawaki tiba-tiba menyadari sebuah bayangan dengan kimono, yang tak lain adalah Sarada. Kawaki pun menghampirinya dengan wajah berseri.

"Tuan Putri-" Kawaki terhenti saat melihat wajah Sarada yang pucat dengan lingkaran hitam di matanya yang sangat kentara.

"Sudah kubilang panggil saja Sarada." Balas Sarada, sedikit ternyum.

"Sarada, apa kau baik-baik saja?" Tanya Kawaki dengan nada khawatir.

"Hn, tabib baru saja datang memeriksaku tadi." Jawab Sarada.

Mereka berdua terdiam sejenak dan hanya saling menatap di bawah sinar rembulan. "Bagaimana kau bisa menatapku seperti itu?" Tanya Sarada, yang lebih tepatnya ditujukan pada dirinya sendiri.

Kawaki nampak bingung dengan ucapan Sarada. "Dari semua orang yang aku harapkan, tak pernah kusangkan tatapan itu akan datang dari dirimu." Lanjut Sarada lagi.

Yearning Touch | KAWASARA SHORT STORYWhere stories live. Discover now