Epiphany

29 6 48
                                    

Hidup itu bukan pilihan, melainkan kewajiban.









"Mungkin, pada dasarnya, segala yang terjadi dalam hidup kita itu terjadi hanya karena kita sendiri. Banyak orang di luar sana yang menghadapi masalah seperti kita, dan sikap mereka sama sekali berbeda. Kita justru mencari jalan termudah: melarikan diri dengan lepas dari kenyataan."

Eros yang memejamkan mata, menyimak perkataan Leah. Ia jelas tahu kata-kata itu tidak punya celah untuk dibantah.

"Aku ingin memulai dari awal, memulai hidupku lagi, Eros. Aku ingin berbuat apa pun yang selama ini ingin kulakukan, tetapi tidak pernah berani kulakukan, menghadapi rasa panik yang mungkin akan menyapaku kembali, tetapi itu paling-paling hanya akan menyerap tenaga sesaat. Aku sadar, hidupku tidak akan berakhir hanya gara-gara rasa panik itu. Aku tidak ingin kembali menjadi pengacara, tetapi aku bisa menggunakan pengalamanku dengan memberi ceramah tentang eksistensi manusia yang bisa disarikan menjadi satu kata: Hidup. Setiap orang mungkin tahu itu, tapi tidak ada yang berani memulainya, mungkin saja takut disebut gila. Setidaknya, kita punya ketakutan seperti itu, Eros. Kita telah hidup bersama, di sini, di rumah kita, Hedyer."

Wanita berambut jingga itu menolehkan wajahnya. Menatap sekilas bangunan tua yang telah menjadi tempat tinggalnya selama lima tahun belakangan.

Ia kemudian menatap pemuda berambut cokelat yang asyik berbaring di atas rumput basah, Eros. Pemuda itu menatapnya kembali dengan mata teduh beriris hijau. Ialah satu-satunya pemuda yang berhasil menjadi temannya setelah dua tahun sebagai penghuni tempat ini.

"Satu hal yang mungkin tidak bisa kita lakukan, mencalonkan diri sebagai presiden di negara ini. Kurasa kau tahu jawabannya, lawan kita tentu akan menyelidiki masa lalu kita." Eros berkata ringan.

Leah tertawa, sependapat dengan Eros.

"Aku bosan dengan kehidupan di sini. Apa kau tidak bosan? Aku tidak yakin apa ketakutanku ini akan hilang, tetapi aku sudah bosan dengan taman ini, dengan Hedyer, dan berpura-pura gila." Leah memandang jauh ke depan.










Tidak pernah terlintas dalam pikiran Leah untuk bunuh diri. Tidak akan! Justru, lima tahun yang lalu di bioskop yang sama, ia menonton film yang cukup menyedihkan hingga mampu membuatnya bersyukur atas hidup yang ia jalani. Sehabis memutuskan cuti sejenak dari kerja yang super sibuk, ia memilih untuk menikmati waktu bersama suaminya di sebuah bioskop dalam mall tersohor di kota mereka.










"Mengerikan," kata Leah kepada suaminya yang duduk menemani di sebelah. Suaminya menatap sekilas Leah dan mengangguk. Sudah lama Leah menunggu, tetapi sepertinya sekarang adalah saat yang tepat untuk berbicara dengan suaminya.

Malam itu, mereka meninggalkan rumah tanpa ditemani Louis dan Lane-anak kembar mereka-yang biasanya menemani ke mana pun mereka pergi pada akhir pekan seperti saat ini. Leah memilih untuk menonton sebuah film yang baru rilis. Sebuah film action keluaran seri film terlaris, katanya. Dengan mantel krem couple bersama suami yang ia pilih, mereka memutuskan tidak membawa kendaraan apa pun. Di bawah cuaca yang cukup melankolis, ia dan suaminya berjalan sepanjang trotoar dengan tangan bertaut dan sudut bibir yang merekah. Leah pikir, malam ini akan menjadi malam yang berkesan. Setelah menghadapi tuntutan hidup yang tidak berkesudahan, Leah harus akui ia butuh waktu untuk memanjakan diri.

Sudah banyak berkah yang mereka dapat dalam hidup ini: rumah, pekerjaan, anak-anak yang manis, kenyamanan, kesenangan, dan pendidikan yang baik. Tiba-tiba saja ia berpikir, mengapa tidak mencoba melakukan sesuatu bagi orang lain sebagai selingan? Leah menghubungi akan Palang Merah, ia tahu mereka sangat membutuhkan sukarelawan untuk dikirim ke berbagai belahan dunia. Ia juga bosan dengan pekerjaannya sendiri, omong-omong. Dengan membantu Palang Merah ia akan segera dapat melihat hasilnya. Ia memutuskan, se-keluar dari bioskop nanti akan mengajak suaminya singgah ke restoran vegan yang tak jauh dari sini untuk membicarakan keinginannya itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 17, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EpiphanyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang