[Edit]

4 0 0
                                    

Suntingan ini berdasarkan kritik dan saran pada bab sebelumnya


Nama Penulis : Sakura Merah

Akun WP           :  -

Judul Cerita    :  -

Isi                          :


Di sebuah rumah sakit ternama, Daniel mengajak Adiva untuk memeriksa kandungan. Ia ingin mengetahui apakah calon bayinya tersebut dalam keadaan baik, serta nutrisi apa saja yang harus dikonsumsi ibu hamil. Cukup bermodalkan nama besarnya, ia tak perlu mengantri seperti yang lain dan bergiliran masuk untuk diperiksasekarang di sinilah mereka, di ruangan obgyn.

"Hay, Daniel. Apa kabar?" sapa dokter tersebut.

Langkah Daniel terhenti. "Sarah ...." Dahinya mengerut. "Kamu disini?" tanya heran Daniel.

Perempuan yang berprofesi sebagai dokter obgyn itu pun memberi senyuman. "Ya, aku ditugaskan di rumah sakit ini," jawab Sarah, "dan kebetulan kita bertemu di sini."

Sarah berdiri dan menghampiri Daniel. "Jangan kaget seperti itu! Kamu bertemu denganku seperti melihat hantu saja. Oh ya, ini?"

"Perkenalkan ini istriku. Adiva," potong Daniel.

"Perkenalkan aku Sarah temannya Daniel," lanjut Sarah memperkenalkan diri. Tangannya terulur dan disambut oleh Adiva dengan seulas senyuman manis.

Sarah adalah teman baik Daniel sewaktu masih duduk di sekolah menengah atas. Mereka terpisah setelah lulus sekolah dan memilih melanjutkan study ke universitas berbeda dan memilih kejuruan berbeda pula.

Sarah memilih melanjutkan studinya keluar negeri dengan jurusan kedokteran, sedangkan Daniel mengambil jurusan manajemen, karena ia akan menjadi pewaris tunggal dari perusahaan besar keluarga Narendra.

"Cepat, segera periksa istriku!" perintah Daniel.

Sarah berdecak. "Kamu ini, ya. Ternyata tak berubah sama sekali, tetap saja arogan. Ayo, Nyonya Narendra, silakan berbaring di atas brankar."

"Untuk apa istriku berbaring? Dia tidak sedang sakit," pungkas Daniel.

Sarah pun berkacak pinggang. "Hey! Kamu ini bodoh atau apa? Aku menyuruh istrimu berbaring untuk melihat si jabang bayi. Sudah seberapa besar dia. Ayo, Nyonya Narendra!"

"Jangan panggil nyonya, Adiva saja."

"Kalau saya tidak sopan pada Anda. Bisa-bisa saya diamuk sama singa jantan yang ada di belakang," sindir Sarah.

Daniel tidak bergeming mendengar sindiran Sarah.

Pasien ibu hamil itu pun naik ke atas brankar. Baju atasan yang dipakainya dinaikkan sedikit ke atas, memperlihatkan perut putih datarnya. Sarah mengolesi sedikit gel di atas perut Adiva, dan mulai mencari si jabang bayi dengan cara USG.

Transducer yang dipegangnya, digerakkan kesana-kemari.

"Lihatlah janin yang sebesar biji kacang itu! Dia calon bayi kalian," ucap Sarah.

Tak terasa bulir benih mengalir. Adiva bahagia melihat gambaran di layar monitor adalah calon anaknya.

Atensi Sarah teralih pada perempuan yang berbaring di sampingnya. "Kamu bahagia?"

"Sangat," sahut Adiva.

Sarah tersenyum, ia menurunkan kembali baju Adiva dan berjalan menuju meja kerjanya. Ketiga orang dewasa itu duduk berhadapan.

"Jadi, berapa bulan usia kandungannya?" tanya Daniel tak sabar.

"Baru empat minggu, dijaga dengan baik, ya, kandungannya, karena usianya masih sangat muda dan rentan keguguran," sahut Sarah, "Dan jangan lupa asupan nutrisinya. Makan makanan bergizi dan jangan terlalu cape apalagi melakukan aktivas berat. Kamu mengerti, Daniel!"

"Kau ini!"

Sarah terkekeh melihat ekspresi Daniel.

"Ayo, Sayang. Kita segera pulang," ajak Daniel.

"Ya, segera pulanglah sana. Berada di dekatmu selalu bikin naik darahku saja," cetus Sarah

Adiva dibuat heran dengan kedua orang di depannya. Sejak bertemu mereka berbicara seakan seperti musuh.

Tanpa berpamitan, Daniel hendak pergi dari ruangan tersebut dengan menggandeng tangan istrinya. Adiva hanya bisa tersenyum ramah pada Sarah.

"Daniel ...."

Langkahnya terhenti, dan menatap sekilas Sarah. Ia tahu kalau teman baiknya itu perlu penjelasan akan keadaannya sekarang. Ia pun kembali melanjutkan langkahnya.

Kini keduanya sudah berada di dalam mobil.

"Kenapa sejak tadi kamu terus memandangiku?" tanya Daniel. Pandangan tak lepas dari jalanan di depannya.

"Sebenarnya Dokter Sarah itu siapa? Dari tadi kalian bicara seperti orang yang sedang musuhan."

Tangan Daniel terulur dan mengusap kepala Adiva. "Dia itu teman baikku semasa SMA dulu dan begitulah kami jika bertemu tak pernah akur, seperti orang musuhan."

"Apa kamu lapar?" tanya balik Daniel.

"Ya."

"Kalau begitu kita mampir dulu ke restoran."

"Tidak. Aku ingin suamiku tercinta ini memasak untuk makanku hari ini," pinta Adiva dengan mata memelas.

CITT!

Mendadak Daniel menginjak rem mobilnya, membuat si istri kaget.



CTWA Krisar KaryaWhere stories live. Discover now