33. Mr. Prankser Jatuh Cinta

485 74 14
                                    

"Tunggu setengah jam lagi, nanti gue susul ke rumah sakit." 

Mendengar kata 'rumah sakit', Vicky yang sedang mengusap-usap kedua telapak tangannya pun sontak menoleh kepada pria disampingnya ini dengan dahi yang berkerut menyimpan keterkejutan di dalamnya. Bagaimana tidak, sekarang sedang hujan dan Vicky tengah menunggu hujan reda bersama Jason. Lalu tiba-tiba pria itu dihubungi oleh seseorang yang menyebut-nyebut kata 'rumah sakit' tadi. Bagaimana Vicky tidak cemas? Ia khawatir sesuatu terjadi pada keluarga pria itu. 

"Ada apa Kak?" Tanya Vicky langsung kepada Jason. 

"Engga, adik perempuan gue kepeleset di jalan, terus sekarang lagi dibawa ke rumah sakit," jawab Jason dengan santai. 

"Lho? Terus kakak gak kesana?" Tanya Vicky lagi. 

"Kesana sih, tapi habis anterin lo dulu. Masa iya gue tinggalin lo sendirian disini?" 

"Eh?" Vicky sontak bersuara seperti barusan dan mengerjapkan kedua matanya berulang kali. Ia masih belum bisa mencerna maksud perkataan pria disampingnya itu, dimana Jason terlihat tenang dan santai dikala adik perempuannya membutuhkan keberadaannya di rumah sakit. Apalagi alasannya karena mau mengantar Vicky pulang, padahal Vicky bisa pulang sendiri ke rumah. "Vicky bisa pulang sendiri Kak." Begitulah ucap gadis bersurai panjang itu akhirnya. 

"Ya jangan dong Vic, kan sekarang udah malem, masa iya gue tinggalin lo disini sendirian? Kalau lo laki-laki mungkin gue masih santai, tapi lo kan perempuan." 

Vicky paham betul bahwa Jason tipikal pria yang bertanggungjawab, jika mengingat fakta bahwa ia memiliki adik perempuan, maka tak heran jika pria itu bisa memperlakukan wanita disekitarnya dengan sangat baik, termasuk Vicky. Namun lagi-lagi gadis itu menggelengkan kepala pelan dan tersenyum. "Kak Jason, seriusan Vicky gak apa-apa kalau Kakak tinggal. Toh hujannya juga sebentar lagi reda, nanti Vicky berkabar semisal ada orang aneh yang nyamperin Vicky atau gak ada taksi yang mau jemput sampai jam 9 malem." Vicky mencoba menenangkan Jason dan meyakinkan pria itu untuk pergi menemui sang adik di rumah sakit. 

"Vic..." 

"Jam setengah 9 deh, bukan jam 9." 

Tak ada kalimat atau kata apapun lagi yang keluar dari mulut Jason setelahnya. Pria berhidung lancip dengan mata setajam elang itupun hanya tersenyum tipis dan mengangguk kecil setelahnya. Sama hal seperti Jason, Vicky juga ikut tersenyum dan mempersilahkan Jason untuk pergi menuju lorong yang tak terkena cipratan air hujan disamping mereka. Maka mengangguk lah pria itu sebelum berpamitan. 

"Makasih buat pengertiannya Vic, gue pergi dulu ya." 

Jason menepuk pundak model andalannya itu sekilas sebelum berlari kecil melewati lorong yang akan membawanya pada pintu halte. Sepertinya Jason sungguh-sungguh ingin segera tiba di rumah sakit tanpa mempedulikan kondisi dirinya sendiri. Lihat saja, pria itu semakin kencang berlari sampai tidak sadar bahwa cipratan air hujan mulai membasahi pundaknya, juga saking kencangnya ia berlari, Vicky sampai tak sempat mengucapkan kata 'hati-hati' untuk pria itu. 

Setelah kepergian Jason, maka sendirian Vicky menantikan hujan reda di teras Mall tempat mereka menghabiskan waktu seharian ini. Gadis itu nampak mendongkakan wajah keatas menatap langit, seolah meminta langit segera berhenti menurunkan air mata, tanpa mengetahui bahwa jauh di ujung sana terdapat seorang pria berkulit seputih susu nan tengah memperhatikannya dengan tatapan tajam dari kejauhan. 

***

Entah apa yang terjadi pada kekasihnya itu, sehingga Aysha terus mendiamkan Jayden seharian ini. Sudah 1001 cara Jayden lakukan agar Aysha mau bicara padanya atau sekedar membalas tatapan matanya, tapi nyatanya gadis itu masih terus berkutik dengan kain-kain di atas meja, menganggap keberadaan Jayden seolah tidak ada di ruangan ini. Bodohnya lagi, Jayden yang sudah tahu sedang diabaikan malah terus setia menunggu tanpa mengeluh sama sekali. 

MR. PRANKSTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang