keajaiban itu ada? (kisah kevin)✍

7 2 0
                                    

Tap..tap..tap
Seorang balita berumur 5 tahun berlari dengan langkah kaki pendeknya. Badannya yang gempal membuatnya sedikit sulit untuk berlari. Meskipun begitu ia tetap berlari menuju dua orang dewasa yang sudah menantinya didepan gerbang sekolah.
"Ayah...bunda" Teriaknya ceria merentangkan kedua tangannya memeluk kedua orang yang amat ia sayangi.
"Aduhh " Ringis balita itu saat mendapat cubitan di pipinya dan itu ulah pria dewasa yang saat ini menggendongnya.
"Ayah..kenapa cubit evin, pipi evin rasanya nyut nyutan" Ucap balita itu mendongak menatap pria dewasa yang merupakan ayahnya sendiri sambil mengelus pipinya yang merah akibat cubitan tangan besar sang ayah.
"Siapa suruh evin nakal?"
"Evin gak nakal..evin anak baik,anak nurut, dan anak ayah dan bunda" Ucap balita itu mengerucutkan bibir dengan pipinya yang mengembung cemberut.
"Benarkah?..terus tadi ngapain evin lari larian kayak gitu?"
Balita yang disebut evin itu menggaruk kepalanya yang tak gatal mendengar nada tegas ayahnya.
" Abisnya evin kangen ayah dan bunda. Evin kangen main Pistol sama ayah.. dor dor dor "Ucap evin tangan mungilny membentuk pistol mengarahkan pada ayahnya yang menatapnya dengan serius. Tidak mendapat respon dari sang ayah, balita itu menunduk dan menautkan tangan gugup. Pasalnya ia tumben melihat ayahnya serius seperti ini.
"ayah.. maafin evin ya " Ucap evin gugup masih dengan kepala menunduk. Sang ayah menahan tawa melihat tingkah Putranya, ia tidak mungkin marah pada Putra tunggalnya ini, tapi ia sangat suka melihat putranya yang merengek.
"maafin evin"  rengek balita itu dengan mata berkaca -kaca.

"Pffft"

"Hahaha... " mendengar tawa ayahnya, evin menatap ayah nya dengan kesal. Sudah ia duga ayahnya sedang menjahilinya.
"evin ga like ayah huh" ucap evin memalingkan wajah kearah ibunya yang sedang mengelus rambutnya dengan lembut, Tiba-tiba ide cemerlang melintas diotaknya.
"Evin rindu bunda dan masakan bunda, apalagi kue sutra buatan bunda emm aroy (enak) ya kan ayah?" evin menatap ayahnya menaik turunkan alisnya.
"wah benarkah? " Ucap sang bunda menatap ayahnya dengan berbinar. Sementara yang ditatap memalingkan wajah tidak tahu harus menangis alau tertawa, 'apa aku harus jujur?.. ...aa tidak tidak kalau aku jujur nanti ngamuk' batinnya bingung menangis jadi satu kalau berbohong dapat kue sutra rasa batu itu lagi lanjutnya menatap wanita yang menatapnya berbinar.
"hahaha..i-ya a-roy" ucapnya memberikan Jempol pada wanita tersayangnya itu. tersenyum tertekan.
"Yeyy... kalau begitu ayo kita pulang... bunda tidak sabar membuat kue sutra lalu membagikannya kepada tetangga tercinta " Ucap wanita itu kegirangan menarik tangan suaminya yang sedang Menggendong balita gempal itu.
Sementara dua orang yang ditarik sedang mendoakan tetangga mereka
'Semoga kalian utuh dengan gigi kalian, semoga kalian diberi gigi lagi dan tidak. ompong' batin Mereka iba.
"ayah ayo kita lari" bisik evin tepat ditelinga ayahnya Sang ayah hanya mengangguk dan memegang erat balita gempal yang ada dipunggungnya.
1
2
3

"AYO LARI"

"Wlee..bunda kayak monster"

"Kaliaaan!?"

keluarga kecil itu begitu bahagia, tertawa tidak peduli pada Orang-orang Sekitar yang menatap mereka berbagai ekspresi.Tidak Peduli dengan Panasnya cahaya matahari yangMengenai membakar kulit mereka.
----------------------------------------------------------------
Dor

Dor

Dor

Begitu gelap sempit hanya setitik cahaya yang ia lihat dari celah Pintu lemari. Namun bagi seorang anak usia 10 tahun sepertinya tidak berharap melihat diluar, anak itu meringkuk ketakutan memeluk lututnya sendiri Pemandangan diluar bukanlah sebuah taman bunga yang banyak orang tertawa bahagia. Namun Pemandangan Yang mengerikan, Penuh dengan darah, lima orang tertawa bagai iblis, suara ledakan Pistol, hingga ringisan, rintihan nafas putus-putus dari dua orang dewasa yang tersimpuh dengan darah. Ia berusaha menulikan Pendengarannya agar untuk menghalangi suara itu memasuki telinganya. Matanya menatap kosong dua orang yang  terbaring lemah dilantai dingin Penuh dengan darah, air mata nya terus mengalir jauh dilubuk hatinya ia ingin bersama mereka, ia ingin Pergi bersama mereka, Tapi mengingat janjinya ia tidak bisa Pergi bersama mereka.
"Ayah...bunda"
" ayah Pergi untuk negara... bunda Pergi untuk menyelamat kan Putranya ini. Sementara Putranya ini menyaksikan ayah dan bunda pergi dengan tragis tanpa melakukan apapun" lirih anak itu dengan Penuh kekecewaan, ia kecewa pada dirinya Sendiri, la kecewa tidak bisa melakukan apapun hanya karna terikat janji, la benci, ia putus asa, andai tubuhnya tak kecil andai ia sudah dewasa dan menyelamatkan kedua orang. yang amat ia sayangi. Namun apa gunanya ia berandai? itu sia-sia bukan?. Kalau ada keajaiban itu pasti akan terjadi, keajaiban ? hahaha... lelucon seperti apa itu ?. Itu hanya dongeng untuk menyenangkan anak-anak.
"Engkau tidak adil tuhan" gumamnya sebelum kegelapan menghampiri Pandangannya.
"Kevin"

Destiny sara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang