Zero O'clock

94 15 0
                                    

•Aksara Langit•

•Sorry For Typo •

•Warning•

•Mention of violence and mental abusive•

Masih segar diingatnya saat tangan kurus Langit menyentuh gagang pintu yang teramat dingin

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

Masih segar diingatnya saat tangan kurus Langit menyentuh gagang pintu yang teramat dingin. Setelah banyaknya pekerjaan yang telah ia kerjakan sampai malam, kini ia bisa pulang ke rumah yang ia sebut sebagai bangunan penyiksaan untuk nya.

Belum sempat bibir nya mengucap salam pada penghuni rumah, sebuah vas bunga yang cukup besar melayang ke arah nya dan mendarat sempurna di kening nya.

Pelakunya tidak lain dan tidak bukan adalah sang ayah yang berdiri angkuh di tangga dengan kilatan mata yang menunjukkan kemarahan yang kentara.

"Ingat rumah ternyata." ujar nya dengan intonasi yang cukup tenang, namun cukup menusuk bagi Langit.

Langkah kaki nya yang tegas ia bawa ke arah badan anak nya yang masih berdiri di tempatnya enggan beranjak sedikit pun.

Aroma maskulin menguar di hidung Langit, aroma kesukaan sang ayah Citrus dan di padukan aroma vanili yang segar juga bau kayu Cendana yang melengkapi ke dua bau itu.

Namun bagi Langit, wangi itu laksana cambuk tak kasat mata yang selalu mengintai nya.

"Darimana kau?, aku sudah mengingatkan mu untuk pulang sesuai waktu kan?!." sentak nya keras.

Aradhana menarik keras rambut Langit hingga anak itu mendongak dengan terpaksa.

"Katakan darimana kau anak durjana?!, apa kau habis bersenang-senang di luaran sana tanpa memikirkan masa depan mu?!." Aradhana melepaskan tangannya dari rambut Langit.

Langit meremat ujung baju nya, serangan panik nya tiba-tiba datang tidak tau waktu, "Langit bekerja ayah." jawab nya pelan nyaris berbisik.

Mendengar kata bekerja membuat emosi Aradhana naik, ia adalah tipe seseorang yang menjunjung tinggi harkat dan martabatnya, anak ke duanya bekerja?, ini adalah penjatuhan harga diri untuk nya.

"Anak sialan, siapa yang menyuruh mu bekerja hah?!."

Brak!

Langit meringis kala punggungnya menabrak dengan keras pintu kayu akibat dorongan kuat dari sang ayah.

"Kau gunakan untuk apa semua uang yang di beri oleh sekretaris ku hingga kau bekerja?!." marah nya.

Sekedar informasi, keuangan Langit kini di urus oleh sekretaris pribadi ayah nya, meskipun Aradhana terbilang pilih kasih terhadap anak nya, namun untuk masalah biaya hidup Aradhana masih memperhatikan nya.

"Jawab!." Aradhana kembali menarik rambut Langit, kali ini sangat kuat hingga membuat anak nya meringis kesakitan hingga tidak sadar dirinya meneteskan air matanya.

Aksara Langit [On Going]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz