02. Raincoat

594 164 172
                                    

Bunyi bel rumah membangunkan Renjun yang tengah terlelap di kamarnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Bunyi bel rumah membangunkan Renjun yang tengah terlelap di kamarnya. Ia bangkit dari ranjangnya lalu menuruni anak tangga dengan pelan.

Hujan masih mengguyur kota tempat tinggalnya. Ia mengintip terlebih dahulu melalui lubang kecil yang berada di pintu rumahnya. Tidak ada siapa-siapa.

Ia membuka pintunya dan keheranan ketika melihat plastik sampah berukuran besar tergeletak di lantai rumahnya. Renjun mengarahkan pandangan ke kanan-kiri, namun tidak ada seorang pun.

Renjun merasakan hawa aneh pada plastik sampah di hadapannya itu. Pasalnya, ia curiga bahwa plastik sampah itu bukan berisi sampah pada umumnya. Ia mendekati plastik sampah itu dan menendangnya pelan. Keras. Seperti ada sesuatu di dalamnya.

Renjun memberanikan diri untuk membuka plastik sampah itu. Ia terkejut ketika menyadari darah segar mengalir ke luar dari plastik sampah itu. Setelah ia membuka secara keseluruhan, Renjun mendadak menjauhkan diri dari plastik sampah itu.

Temannya, Jisung, berada di dalam plastik sampah itu dengan kondisi yang mengerikan. Wajahnya hancur, dipenuhi darah dan tubuhnya terpotong menjadi beberapa bagian.

Renjun berharap bahwa ini hanyalah mimpi. Ia tidak sanggup untuk menjerit. Renjun menutup mulutnya rapat-rapat, masih tidak percaya dengan apa yang telah dilihatnya.

Ia mengambil ponsel yang berada di kamarnya. Menghubungi semua temannya untuk segera datang ke rumahnya. Setibanya mereka di rumah Renjun, mereka tidak sanggup untuk mengatakan sepatah kata pun.

Mark menyadari bahwa ada secarik kertas di bawah plastik sampah itu. Ia menggeser pelan kepala Jisung dan mengambil gulungan kertas itu. Mark membukanya dan terdapat beberapa kalimat di kertas itu. Ia membacakannya agar semua temannya bisa mengetahui apa isi gulungan kertas itu.

"Mari bermain denganku, aku kesepian dan ingin memiliki teman."

"Pelakunya adalah badut itu," gumam Haechan setelah melihat tulisan kecil di bagian kanan bawah kertas itu yang bertuliskan The Clown.

"Kita harus sudahi ini sebelum semakin banyak korban," sahut Chenle.

"Tapi, gimana caranya?" Jaemin bertanya.

"Kita harus ikuti permainan dia," sahut Renjun.

"Ini terlalu bahaya. Kita lapor polisi aja," saran Jeno.

Jaemin menggeleng. "Nggak bisa. Kalo kita lapor polisi, badut itu semakin menjadi-jadi. Dia udah jadiin kita target selanjutnya."

"Gue nggak mau. Kalo lo mau mati, mati sendiri aja." Setelah mengatakan itu, Jeno pergi menembus derasnya hujan dan kembali ke rumahnya.

"Kita mau ikuti permainan dia?" tanya Renjun.

"Mau nggak mau, harus. Ini udah menyangkut nyawa dan ada satu korban," sahut Mark.

THE CLOWN (SEGERA TERBIT)Where stories live. Discover now