03. Surprising Fact

476 137 115
                                    

Sepulang dari pemakaman Jisung, mereka berjalan beriringan menuju rumah masing-masing

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sepulang dari pemakaman Jisung, mereka berjalan beriringan menuju rumah masing-masing. Hari sudah hampir gelap, mereka pun mempercepat langkahnya. Tidak ada obrolan apa-apa sepanjang perjalanan pulang dari pemakaman. Mereka benar-benar terpukul atas kepergian Jisung.

Pemakamannya terletak tidak jauh dengan rumah Jisung. Maka, mau tidak mau mereka harus kembali melewati rumah tua yang sangat menyeramkan itu. Mereka berjalan dengan lunglai, begitu kelelahan. Sejak jam pulang sekolah berakhir, mereka belum istirahat.

Renjun berjalan seraya membawa jas hujan yang tadi ia ambil di rumah tua itu. Ia memeluknya erat, air mata seraya membasahi pipinya.

"Ada satu orang yang gue curigai sebagai badut itu," ujar Chenle di tengah kesunyian yang menyelimuti mereka.

Sontak pandangan mereka tertuju kepada temannya itu, Chenle.

"Siapa?" tanya Mark.

"Jaemin."

Jaemin yang mendengar namanya disebut pun sontak menentang pernyataan Chenle dan tertawa kecil. "Gue? Dari mana lo bisa yakin kalo badut pembunuh itu adalah gue?"

"Lo menolak saran Jeno untuk melapor kepada pihak kepolisian soal kasus kematian Jisung," balas Chenle.

Jaemin tertawa kecil, tak habis pikir dengan tuduhan Chenle yang dilayangkan kepada dirinya.

"Padahal, siapa tau dengan kita melaporkan kejadian ini kepada pihak kepolisian bisa mencegah bertambahnya korban," lanjut Chenle.

"Lo nggak memikirkan kemungkinan terburuknya?" tanya Jaemin menatap lurus ke arah Chenle.

Chenle terdiam. "Apa maksud lo?"

Jaemin menghela napasnya. "Apakah dengan kita melaporkan kejadian ini kepada pihak kepolisian menjamin kalo nantinya badut pembunuh itu nggak akan menjadikan kita target selanjutnya?"

"Setidaknya dengan cara itu kita bisa mencegah," sahut Chenle.

"Gue kecewa sama lo." Setelah mengatakan itu, Jaemin berjalan meninggalkan teman-temannya begitu saja.

"Apa nggak sebaiknya lo kejar Jaemin dan minta maaf sama dia?" tanya Mark.

"Ngapain minta maaf sama pembunuh?" ketus Chenle.

"Le, nggak ada bukti yang kuat kalo Jaemin pelaku pembunuhan Jisung," ucap Mark.

Hujan masih mengguyur tempat tinggalnya. Tangannya menggenggam secangkir teh hangat. Pandangannya menatap lurus ke arah jendela rumahnya.

Haechan sesekali menyeruput teh hangat itu. Aktivitasnya terhenti ketika ia melihat Jaemin, yang rumahnya berada tepat di seberang jalan, keluar menggunakan jaket hitam sambil membawa tongkat.

"Hujan-hujan begini, Jaemin ngapain keluar rumah?"

Haechan memperhatikan gerak-gerik Jaemin yang aneh. Memakai pakaian serba tertutup dan membawa tongkat.

THE CLOWN (SEGERA TERBIT)Where stories live. Discover now