II

90 11 0
                                    

"Woaahh bunganya muncul bu!"

"Apa y/n suka bunga itu?"

"Y/n suka sekali melihat ibu setiap pagi menyiram bunga. Tapi, kenapa yang itu tidak pernah di siram ?"

"Ahh itu kaktus, dia memang tidak banyak memerlukan air, lihat bunganya sudah muncul, indah bukan?"

"Uhm! Tapi duri-duri nya menghalangi, kaktus nya pasti kesakitan, kenapa ibu tidak mencabutnya?"

"Hm.. coba y/n perhatikan semua bunga disini, bukankah semuanya memiliki cirinya masing-masing?"

"Nah begitu juga dengan kaktus , walau tertutup duri dan terlihat menyakitkan ia tetap indah bagaimana cara orang itu memandangnya"

"Cara memandang?"

"Sama seperti bagaimana orang-orang menjalani kehidupannya, terkadang kebenaran membutuhkan duri, sayang.."

Celah tirai menyilaukan sang surya, sepasang mata terus mengerjap memberontak.

"Ibuuu.."

Sangat sulit, y/n merasakan berat di sekitar matanya. Ruangan serba putih dengan ukuran yang cukup luas menjadi objek pertama netranya.

POV Y/N

“Di mana ini?”
Aku melihat sekeliling tak ada satu pun benda yang ku kenal, ini bukan kamarku. Bukan, sebenarnya tempat apa ini?
Aku terus berusaha mengingat kejadian semalam, pria itu dan ayah..

“AYAH!! AKU HARUS MEMBAWA AYAH KE RUMAH SAKIT!”
Aku langsung menyibak selimut yang melekat di tubuhku begitu mengingat apa yang terjadi kemarin malam.

Saat ku lihat seutas tali yang melingkar di kedua pergelangan kaki ku.
“Kenapa aku di ikat!”

Pria itu membawaku kesini? Lalu ayah,dimana?

Kepalaku pusing berusaha mengingat semuanya, takut-takut aku melupakan hal penting sambil mulai meraih tali itu berusaha melepasnya.

Tak lama terdengar langkah kaki seperti sedang terburu-buru. Aku langsung mempercepat gerakanku. Mungkin saja ini kesempatanku untuk kabur!

“Suruh Sukuna menghadapku cepat!”
“Maaf tuan, tapi Tuan Sukuna sedang tidak ingin bertemu siapa pun ”

Suara ribut apa itu?
Kalau begini aku tidak bisa kabur! Mengapa mereka berdebat di depan pintu sih!

“KAU BILANG APA SIALAN!”

DORR! DORR!!

Aku tercekat, refleks langsung menjauhkan wajahku dari pintu. Tanganku yang gemetar masih setia menutup mulutku. Saking takutnya aku sampai lupa bernafas!

“AARRGH BRENGSEK!”

“ Siapa yang berteriak di tempat ku?”
Suara ini! Itu pasti dia!

“HOI!?  SIALAN APA MAKSUDMU MEMBIARKAN HIDUP SI BANGKA ITU HAH!”
“KAU BERNIAT MENGHIANATIKU, HUH?”

“Jika kau bisa bersabar sedikit, mungkin kau masih bisa minum-minum malam ini”
“A-akh apa yang- Sialan lepas-kan aku!”

KREEAKK!!!

Merepotkan, bawa pergi tubuhnya, pastikan tidak meninggalkan identitas apa pun tentang dia”

“Baik Tuan”

Aku tak tahu pasti apa yang mereka bicarakan. Tapi,orang itu apa dia menghabisinya?! Ini neraka! Aku harus cepat menemukan Ayah!

“Aku harus kabur dari sini!”

SILLAGE | R. SukunaWhere stories live. Discover now