(🐥) baby

918 54 9
                                    

(i). Adek ft. Ayah dan Papi [kookmin]

"Seriusan Ayah sama Papi mau pergi? Adek sendirian dong?"

Heeseung mencebik kecil, matanya sudah berkaca-kaca dan tangannya terentang—melarang kedua orangtuanya pergi. Padahal perginya saja besok siang.

"Adek, 'kan, ada Abang. Papi nggak mungkin ninggalin Adek sendiri." Jimin mengelus rambut anak bungsunya tersebut dengan super lembut, mencoba untuk memberikan pengertian pada Heeseung supaya bocah itu mau lebih memahami. "Nanti Papi bawain oleh-oleh yang banyak deh, mau?"

Heeseung tetap menggeleng. Air matanya mulai berkumpul di pelupuk, "Nggak.. Nggak mau. Adek maunya ikut kalo gitu."

Karena si bungsu sudah menangis, itu berarti waktunya Ayah untuk turun tangan.

"Anak Ayah yang paling gemes, nggak boleh gitu, ah. Adek, 'kan, harus sekolah. Ayah sama Papi cuma pergi sebulan, bukan setahun." Jungkook memiting leher Heeseung dengan iseng. Membuat si bungsu memekik dan akhirnya malah menangis betulan. Bukan karena sakit, tapi karena dia benar-benar tidak ingin ditinggal pergi.

Heeseung tahu dia sudah berusia enam belas tahun. Dia sudah bukan anak kecil lagi. Dia tahu. Tapi, sedari kecil, Heeseung sudah terbiasa mendapat cinta, kasih sayang, dan perhatian yang berlimpah dari orang-orang di sekitarnya, apalagi oleh Ayah dan Papi yang bahkan akan memberikan jantung mereka untuk Heeseung tanpa berpikir dua kali.

Ayah dan Papi sangat menyayangi Heeseung. Dan sebesar itu pula Heeseung menyayangi mereka. Meski Ayah sering bepergian jauh untuk bekerja, tapi ini adalah pertama kalinya beliau akan pergi selama sebulan ke tempat yang jauh pula. Apalagi kali ini Papi akan ikut pergi.

Ayah dapat promosi dari tempat kerjanya dan mengharuskan beliau pergi untuk observasi proyek di London selama sebulan penuh. Dan Papi harus ikut karena beberapa alasan.

Heeseung sebenarnya maklum, tetapi dia merasa takut dan cemas. Hatinya merasa gelisah karena sudah lebih dulu memikirkan bagaimana nanti hari-harinya tanpa Ayah dan Papi. Pasti akan terasa sangat kosong dan aneh.

"Kookoo! Awas, ya, kalau anaknya makin ngambek!" Papi Jimin memicing kesal, tidak bosan untuk heran pada suaminya yang sudah berumur tapi tetap iseng kelakuannya.

"Hueueueue, Papi, tolongin Adek!" Heeseung tidak bisa berkutik dalam pitingan Jungkook—sang Ayah yang masih berbadan kekar padahal sudah berusia setengah abad.

Beliau bahkan masih kuat untuk menggendong si bungsu yang sudah berusia enam belas tahun ini ke pundaknya, lalu berputar-putar seenaknya.

"Ayaaaah! Aaaaaa! Adek mau muntah!"

"JEON JUNGKOOK! Berhenti sekarang! Aaaaa bayiku sayang!"

— 🐥

(ii). Adek ft. Abang [soobin with a lily bit soobjun]

"Jangan merengut terus, dong. Udah jelek, tambah jelek."

Abang Soobin itu mirip sekali seperti Ayah. Kelakuannya pun sama saja. Iseng nomor satu!

Mereka dalam perjalanan pulang dari bandara setelah penerbangan Ayah dan Papi. Dan Heeseung masih menekuk wajahnya. Karena itu, ketika lampu merah mengharuskan kendaraan untuk berhenti, Soobin menyempatkan diri untuk 'menghibur' adiknya ini.

"IH! Abang! Sakit!" Heeseung memekik kesal setelah berhasil menyingkirkan tangan iseng Soobin yang mencubit bibirnya.

Soobin tertawa ketika Heeseung meninju lengannya karena sebal. Kalau seperti ini sih, yang terhibur bukan Heeseung tapi dia sendiri.

"Lebay kamu. Siapa suruh merengut terus? Kayak bebek, tau nggak?"

"Bodo! Abang lebih jelek!"

"Maaf aja nih, Abang jelek-jelek gini udah punya pacar, cantik lagi." Soobin tertawa meledek dan itu membuat Heeseung semakin kesal.

sweet shots Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang