Peri Zhan membuat kesalahan, dia
melanggar batas dan memasuki
tempat yang tak seharusnya.
Semua terlambat, saat mendapatkan
dirinya tertangkap dan harus
menyaksikan seorang manusia
melakukan tindakan pelecehan
kepada kaumnya, Zhan ingin
menyelamatka...
Batang pohon kokoh menjulang tinggi menantang langit. Akar kuat mencengkeram bumi, dahan-dahan kecil berayun mengikuti embusan angin dari kepakkan sayap mungil, daun-daun tua bergoyang berpegangan pada ranting takut terlepas.
Di bawah rindangnya pohon, sayap kecil tengah dikepakkan semangat menyebabkan daun berguguran, berkali-kali dia mencoba untuk terbang. Namun, gagal. Xiao Zhan peri kecil yang tengah berlatih giat kini hanya bisa duduk di atas dahan pohon sembari mengayunkan kakinya. Bibirnya dimajukan bertanda sang empunya sedang badmood.
Sesekali mata berwarna cokelat itu menatap sedih ke salah satu sayapnya yang tak dapat berkembang sempurna. Memang, Peri Zhan ditemukan pertama kali oleh kepala suku peri---saat ini menjadi ayah angkat Zhan---dengan keadaan salah satu sayapnya cacat, tetapi bukan berarti dia tak dapat terbang, kejadian na'as beberapa waktu lalu membuat sayapnya yang telah terluka semakin parah. Namun, hal tersebut tak membuat Zhan menyerah, dia tetap berlatih.
Seperti hari ini, setelah bekerja, dia menyempatkan diri, dirasa cukup, Peri Zhan kembali ke rumahnya.
Batang-batang pohon berdiri berjajar, menjadi pemandangan pertama yang menyambutnya pulang. Berhias bunga-bunga yang sengaja ditanam di sekitar tempat tinggal mereka, menjadikan tempat itu terlihat begitu indah dan hangat.
Masing-masing batang pohon terdapat pintu dan jendela beraneka warna dan ukuran, juga terdapat ukiran tak biasa sebagai penanda sang tuan rumah.
Zhan berjalan semakin ke dalam menuju tempat tinggalnya. Setelah beberapa menit, dia berdiri tepat di depan pohon besar. Akarnya timbul di permukaan tanah dan ranting-ranting kurus tanpa daun sebagai hiasannya.
Pohon itu tak lagi muda, kerutan dan kulit mengelupas di hampir permukaan batang tubuhnya dan guratan kasar yang timbul menjadi saksi berapa lama dia menyaksikan perubahan alam.
Di sekitarnya jamur dan rumput liar yang baru tumbuh menjadi penghias alami.
Alih-alih tinggal bersama kepala suku yang notabene adalah ayah angkatnya, Xiao Zhan, lebih memilih menempati rumah pohon yang telah berusia ratusan tahun yang telah ditinggalkan penghuni sebelumnya, beberapa hari sekali kepala suku peri akan mengunjunginya atau dirinya sendiri yang datang mengunjunginya. Meski berkali-kali diajak pindah, Zhan bersikeras tetap di sini. Dia tak ingin mengganggu kehidupan orang yang telah berjasa di hidupnya.
Zhan mencukupi kebutuhannya dengan mengumpulkan madu---makanan pokok peri---dari bunga-bunga dan menjualnya kepada peri-peri lainnya yang tidak dapat pergi keluar rumah dan menukarnya dengan kebutuhan lainnya, salah satunya kepada ibu peri Zhan menjual madunya. Ibu peri bertugas melahirkan dan mengasuh peri-peri kecil. Hingga tak mungkin dia pergi dari rumahnya. Jadi tugas peri lelaki yang mencari makanan.
