04 - The Real You

209 34 12
                                    

March 27

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

March 27

Ayrin kembali. Hanya untuk mengantar tomat seperti yang diminta.

Tok! Tok!

"Permisi. Aku mau mengantarkan tomat." Dia mengetuk dari luar, kali ini pintunya tak terbuka sedikit seperti biasa.

"Masuk saja. Tidak dikunci."

Ayrin melakukan yang disuruh. Memutar engsel dan membuka pintu sedikit, memberikan jalan tubuhnya masuk. "Astaga!" Namun sesuatu di dalam cukup mengejutkannya. Ada pemandangan Beomgyu yang tengah membelakanginya, baru saja mengenakan pakaian atasnya. "K-kenapa kau tak bilang kalau sedang lakukan itu!?"

"Aku baru saja mandi." Beomgyu menoleh kecil, tangannya sibuk mengancing tutup atasan putihnya itu. "Biasa saja. Jangan sok suci." Di tempat ini, Beomgyu sulit percaya kalau masih ada seseorang dengan jalan pikir yang benar-benar polos. Dia menatap datar gadis itu.

Ayrin meneguk ludah. "Aku akan letakkan di sini." Dia menaruhnya di meja. "Aku permisi." Dia pun cepat berjalan keluar kamar.

Ayrin telah berhasil menutup kembali pintu dan berjalan sekitar lima langkah. Panggilan pemuda tersebut lagi-lagi membuat langkahnya terhenti.

"Hei, gadis tomat," panggilnya dan Ayrin menoleh. Lalu melemparkan sebuah tomat ke arahnya sehingga jatuh di depan kaki Ayrin. Si gadis mengira bahwa tomat itu akan mengenainya makanya sontak menunduk dan sudah siap melindungi kepalanya. Beomgyu terkekeh kecil. "Lain kali, pastikan tomat yang kau bawa semuanya dalam keadaan benar-benar segar."

Ayrin langsung paham. Menyadari bahwa tomat di hadapannya busuk sedikit. Dia langsung membungkuk dua kali. "Oh, aku sangat minta maaf!"

Beomgyu tersenyum miring, menatap teduh gadis itu. Kemudian, berdeham seraya mengalihkan atensi. "Kau tidak mau tinggal dulu, sebentar?"

***

Ayrin tidak yakin dengan apa yang dia lakukan hari ini. Hal ini terjadi begitu saja, sangat cepat. Cara Beomgyu bertanya soal keinginan si gadis untuk tinggal, serta bagaimana tatapan keduanya seolah berperang, berlomba mengirimkan jawaban pun kalimat lewat mata itu.

Ayrin seolah mengalah, mengikuti permintaan pemuda itu untuk kembali memasuki kamar penting tersebut setelah dia selesai dengan tugasnya.

"Apakah ini tidak masalah?" tanya Ayrin setelah keduanya diterkam keheningan selama hampir sepuluh menit. "Maksudku, orang-orang bahkan membayar sangat tinggi untuk bertemu denganmu. Hanya berdua bersamamu begini membuatku merasa salah."

"Aku yang memintamu untuk tinggal."

Ayrin hanya mengangguk, perkataannya seperti ditutup mutlak. Jujur saja gadis itu berusaha sebisa mungkin menghindari kontak mata dengan pemuda itu. Apalagi jarak mereka sedekat ini, duduk bersisian di tepi ranjang dengan jarak kurang dari semeter. Beomgyu itu berperawakan tinggi, berbalut pakaian putih dan celana kain berwarna hitam. Rambutnya yang agak panjang itu jatuh turun sampai hampir menutupi seluruh lehernya dan poninya cukup menghalangi pandangannya.

Ayrin hanya merasa tampilan itu cukup tak aman untuk dipandang dalam waktu yang lama. Sumpah, Tuan Lay tidak main-main dalam memilih orang berwajah menawan untuk layanan kejinya ini.

"Ehem. Maaf, aku tak tahu mungkin aku lancang menanyakan ini, tapi aku sangat penasaran." Ayrin tak tahan lagi, dia hanya melirik orang itu sebentar lalu menatap lurus jendela kamar lagi. "Sebenarnya, siapa kau ini? Dan bagaimana bisa berakhir di tangan Tuan Lay?"

Beomgyu tersenyum tipis. "Kau takkan percaya, kalau kuberitahu."

"Apa kau kerabat Tuan Lay?"

"Sama sekali bukan."

"Lalu?"

Beomgyu menatap turun. "Aku tak suka membahasnya," tegasnya. "Sebaliknya, aku juga ingin bertanya. Tempat ini sebenarnya dimana?"

Ayrin sempat kehilangan kemampuan berbahasanya. Apa ini serius bahwa orang ini tak mengetahui tempat tujuan dia dibawa? Mungkin saja dugaannya benar, bahwa sesuatu yang tak baik mungkin saja terjadi untuk menibakan pemuda itu di Desa ini. "G-Goyeolga. Di sini, Tuan Lay berkuasa karena kekayaannya yang luar biasa."

Beomgyu mengangguk. Lantas menyadari bagaimana Ayrin yang sibuk menghindari kontak dengannya dan mulai gelisah di tempatnya. "Santailah sedikit. Aku takkan lakukan apapun."

"Ak-aku mungkin harus mengerjakan sesuatu, jadi ...."

Beomgyu langsung ikut tegak ketika si gadis beranjak. Jantung Ayrin sudah tak karuan lagi ketika menyadari Beomgyu mengikuti pergerakannya.

"Tunggu."

Ayrin berhenti di pintu dengan tangan sudah memegang engsel. Masih sama, dia tak ingin langsung berbalik.

"Sebentar." Beomgyu sibuk di nakasnya dan piring yang diletakkan Ayrin di sana tadi. "Bisa kau lihat kemari, sebentar?"

Ayrin menoleh untuknya. Melihat Beomgyu memegang piring dengan empat buah tomat saja.

"Lain kali, antar sebanyak ini saja. Jadi kau bisa ke sini setiap hari." Raut Beomgyu serius, menunjukkan bahwa dia memang tidak bercanda dengan permintaannya. "Jangan melihatku begitu. Aku tidak modus, hanya ingin tomatnya segar setiap hari."

***

Choi Soya berlari sekencang yang dia bisa. Di pelukannya ada dua buku tebal yang dia pinjam dari perpus desa. Barusan saja dia mendengar dari ayahnya yang baru pulang dari perjalanan keluar Desa, mengatakan bahwa berhasil membawa buku-buku tulisan sastrawan dari negeri sangat jauh, tanah Sejun. Sudah tiga bulan lamanya Soya menantikan masuknya buku baru untuk mendapat pengetahuan dan informasi luar desa. Kini, hari itu telah tiba.

Soya bahkan nyaris tersungkur kalau saja dia tak tanggap mengangkat rok besarnya dengan tangan lain.

"Hai, Tuan Song!" sapanya pada pria beruban, berkacamata, di meja penerimaan. Soya masih mengatur napas, bahkan dia berpegangan di sisi meja kayu itu dan menaruh dua buku besar bawaannya cukup keras di atas sana. Soya menarik napas dalam-dalam. "Kudengar ... kudengar dari ayahku, bahwa buku baru, baru saja masuk. Dimana aku bisa mendapatkannya? Sebagai gantinya, ini dua buku yang aku pinjam kemarin. Aku selesai membacanya!"

Itu satu buku tentang legenda perpecahan Kerajaan dan buku lainnya yang memaparkan tentang silsilah pemerintahan keluarga bangsawan Kerajaan Gongmyeong. Tiba-tiba saja Soya jadi sangat menggilai putra mahkotanya yang bernama Kang Taehyun itu (apalagi sketsa wajah sosok pangeran itu digambarkan sangat baik di buku tersebut). Kini, Soya menginginkan asupan bacaan yang baru. Mungkin saja, informasi mengenai pangeran tampan lainnya. Itu semua sudah cukup membuat Soya menjadi gadis paling bahagia.

"Nona Soya, tenanglah, kau terlalu bersemangat." Pria penjaga perpus itu menenangkan, lalu menunjuk menggunakan gerakan dagunya pada buku-buku baru yang dimaksud. "Itu semua buku yang dibawa Tuan Choi dari perjalanannya ke Sejun. Kalau tahu Nona akan meminjamnya mengapa tak langsung dibawa saja?"

"Ayah bilang aku harusmeminjam dengan resmi." Soya langsung mengambil tiga tumpuk buku itu. "Cepat, mana capnya!" Itu adalah cap bertinta merah yang menjiplak sidik jari telunjuk kita sebagai tanda peminjaman buku milik perpus desa. "Selesai! Terima kasih banyak, Tuan Song! Aku akan segera kembali!"

Gadis itu lantas menjauh dengan riangnya.

***

Hi prince lovers!!! Gimanaaa, sejauh ini udah cukup familiar lagi dengan semua latar waktu dan tempat goyeolga/kehidupan disana? Then, aku agak tetkejut liat ternyata kakak beradik choi alias JunSoy, masih banyak muncul di awal awal chap. We dont know about the nexttt. Aku harap kalian bisa tetap enjoy dan gak sungkan untuk selalu meramaikan dengan komentar-komentar kesan dan uneguneg kalian!!

Buat yang udah baca Eternity, which one do you prefer?? Prince Taehyun or Prince Beomgyu?

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 13, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

EPHEMERALWhere stories live. Discover now