[20] High School

2.6K 199 0
                                    

🌸

Dua minggu kemudian,

Michael sekarang sering pergi malam hari. Untuk urusan menjemput Sean mungkin masih sering dilakukan, namun Michael tidak akan menjemput jika Sean tidak memintanya, dengan kata lain Sean sekarang bebas untuk mengikuti klub manapun, klub basket yang ia impikan. Sean merasa tingkat keposesifan daddynya menurun semenjak ia sekolah terlebih saat grandpa dan grandma nya meninggal. Sebenarnya Sean sangat senang akan situasi saat ini, hanya saja rasa tak enak hatinya atas kematian grandpa dan grandma nya masih ada. Di sekolah Sean makin dekat dengan Bruno. Bahkan sempat sekali mengantarkan Sean ke rumahnya.

"Wow bukankah itu Iphone keluaran terbaru?" Yuna

"Ya sama seperti milik Bruno, keluaran akhir tahun lalu" Tambah Stelle

"Haha thats right" Jawab Bruno

"Friends, aku diijinkan daddy untuk ikut klub kalian, so please teach me"

"Waaa! Of coursee" Sahut Stelle dan Yuna bersamaan


"Wait, why so sudden? Bukankah daddymu bahkan tidak mengijinkanmu pulang telat?" Bruno bertanya penuh selidik.

"I dunno, but let's have fun together" Sean tersenyum manis.

Bruno curiga, memang dahulu saat awal masuk sekolah, daddy Sean terkadang bersifat baik ke padanya dan menganggapnya teman dekat Sean, namun terkadang pernah saat itu daddynya memarahi Sean dan Bruno karena mereka berjalan bersama, kali kedua bertemu daddy Sean, seperti orang asing atau bahkan musuh dari anaknya. Bruno merasa ada kejanggalan pada hubungan ayah dan anak ini, namun ia berpikir untuk tidak mempedulikan masalah itu lagi karena tujuannya hanya mendapatkan hati Sean.

"Baiklah kita langsung mulai hari ini saja" Ujar Bruno. Bruno ini bisa dikatakan laki-laki paling tampan di sekolah, ia juga sedikit susah untuk didekati para siswi-siswi lain. Lingkup kecil pertemanannya hanya dengan Yuna dan Stelle karena orang tua mereka memiliki Corps bersama, dan sekarang siapa yang tidak tahu dengan John Morgan, ayah dari Michael ini merupakan salah satu orang penting di Helsinki, belum lagi keluarga Morgan memang bergerak di berbagai bidang, tidak hanya pendidikan saja.

"Okay, Bruno"

Incoming call from Daddy Morgan

"Hallo daddy"

"Hi babyboy, what time will you go home, sweetheart"

"May I go home with Bruno?"

"Of course, be careful on the way"

Lalu dimatikan sepihak, Sean tercengang, mengapa daddynya makin aneh hari hari ini, ah sudahla bukankah ia harus bahagia atas hal ini?

Bruno merangkul pundak Sean, lalu mereka menuju lapangan basket di gedung lain. Sean menceritakan pada Bruno bahwa di rumahnya ada ring basket, namun Uncle Stephen tidak sempat mengajarinya di rumah karena terlalu sibuk bekerja.

"Bagaimana jika minggu depan kita ke rumah Sean saja haha" Usul Bruno

"Ide yang bagus" Jawab Stelle

Mereka pun mengajari Sean dengan teliti dan sabar, Sean memang fast learner dan tentunya itu masuk akal untuk seorang anggota keluarga Morgan. Setelah mulai sore mereka membersihkan diri lalu pulang, Bruno mengantar Sean pulang, di sepanjang jalan Sean tidak berpegangan pada bahu Bruno, sehingga Bruno kesulitan untuk mencari alasan lain agar Sean mau berpegangan dengannya. Alhasil Bruno sering mengerem mendadak agar Sean bisa memeluknha. Di tengah negara yang mayoritas penduduknya memilih untuk menggunakan mobil dan berjalan kaki, Bruno memilih menggunakan Ducati kesayangannya agar lebih dekat dengan Sean.

You Are Mine [BL] [MxB] [18+]Where stories live. Discover now