27

2.4K 345 16
                                    

Tepat hari ini, Daren akan melepaskan jabatannya sebagai ketua OSIS. Akhirnya, setelah beberapa minggu terakhir tak ada waktu untuk menenangkan diri.

Daren telah mewanti-wanti Amadeo untuk tidak telat di hari senin ini. Dirinya tak bisa berangkat bersama Amadeo, sebab ia harus datang jauh lebih pagi untuk menyiapkan segala kebutuhannya.

Tinggal beberapa menit lagi sebelum acara serah terima jabatan dilakukan, Daren pasang senyum manis di wajahnya. Makin lebar ketika netranya mendapati Amadeo yang telah berbaris di barisan belakang.

Hatinya sedikit menghangat ketika Amadeo seakan lepaskan senyum bangga padanya. Daren mengatur napasnya, pejamkan mata dan berdo agar semuanya berjalan dengan lancar.

"You can do it, Sayang."

Daren mengangguk pelan ketika ia baca gerak bibir Amadeo. Lalu netranya berpaling pada Aldenio yang berdiri tak jauh sang kekasih.

Kali ini Daren menahan tawanya sebab ia tahu saat ini Aldenio tengah kepanasan. Beberapa kali tangannya mengibaskan angin pada wajahnya.

Daren dengan almamater kebanggannya menegakkan tubuhnya, menatap sang adik kelas yang nanti akan mengemban tanggung jawab menggantikan dirinya.

Barisan anggota OSIS dua periode yang berbeda itu kini saling berhadapan. Daren dan calon ketua OSIS, Marko maju beberapa langkah dan menghadap ke podium, dimana berdiri kepala sekolah dan guru pembina OSIS.

Dengan cekatan, Daren lepaskan lencana yang dirancang khusus untuk ketua OSIS dan selempang tugasnya. Diserahkan dengan sopan kepada kepala sekolahnya.

Selanjutnya adalah penerimaan dan pemakaian lencana serta selempang oleh Marko. Dengan bangga pemuda itu pasangkan semuanya pada dirinya.

Kurang dari setengah jam kegiatan selesai. Daren beserta jajarannya dan anggota OSIS periode terbaru melakukan sesi foto.

Maka saat itu, Daren tengah berbincang dengan Marko. Berikan beberapa petuah untuk si ketua OSIS terbaru.

"Daren."

Yang dipanggil namanya lantas menoleh, mendapati sang kekasih yang telah melepaskan almamaternya berdiri di belakangnya.

"Udah?"

"Sebentar."

Daren kembali berhadapan dengan Marko, "Itu aja sih, menurut gue. Lo kalo masih ada yang bingung bisa kok tanya ke gue, atau anak OSIS lainnya."

Marko mengangguk pelan, "Iya, Kak. Makasih banyak ya, Kak. Kalo gitu gue duluan ya, Kak. Mari, Bang."

Sepeninggalan Marko, Daren kembali berbalik, menatap sang kekasih, "Kenapa?"

Amadeo tampak menggeleng kepalanya, ia tatap lamat-lamat sang kekasih. Lalu bubuhkan usapan pada puncak kepalanya.

"Gak apa-apa. Abis ini jamkos kan?"

Daren mengernyitkan keningnya, lalu mengangguk selanjutnya, "Iya. Guru-guru sengaja bikin jamkos biar mereka bisa cek nilai anak kelas 12."

"Ke Babeh mau?"

Daren memirigkan kepalanya, "Babeh?"

"Iya, Sayang. Kemarin lo bilang mau ketemu Molly kan?"

Ingat dengan kucing kecil yang Daren temukan waktu itu? Saat ini kucing itu masih berada di warung Babeh. Makin besar dan makin lincah. Tiap kali Daren menyandangi warung Babeh, kucing itu kerap menempelin Daren.

Seakan melupakan soal alergi yang ia miliki, Daren juga terus menggendong si kucing. Biarkan ia terus bermanja-manja.

"Ih, iya. Gue kangen banget sama Molly."

lovers || wonki / nikwonWhere stories live. Discover now