Park Jeongwoo

5 1 2
                                    

"Kok lo ada di sini?" tanya seorang Jeongwoo yang baru saja pulang dari tongkrongan teman-temannya.

Melihat kehadiran Zeyya tentu dia sedikit terkejut. Pasalnya pemuda itu sudah lama tidak berkomunikasi dengan Zeyya setelah terjadi perdebatan antara mereka seminggu yang lalu. Maksudnya bukan tidak bertemu, lebih tepatnya tidak saling sapa walaupun sering berpapasan di gedung utama saat ke kampus.

"Tadi ketemu nyokap lo di superindo terus ya udah sekalian bantu bawain belanjaan beliau"

"Kamu sih pulangnya kelamaan. Tadi mama mau minta temenin ke superindo" sahut sang mama dari arah dapur untuk menyusun semua belanjaan yang dibawa oleh Zeyya sebelumnya.

"Hp aku Lowbat, Maa. Jadi ga tau ada panggilan dari Mama" 

"ya udah ajak Zeyya nya ngobrol dulu di ruang tengah biar mama siapin minum." setelah itu tidak terdengar lagi suara sang mama. Mungkin beliau sudah sibuk menyiapkan minuman untuk tamu cantiknya sore ini.

"Aduh, Tan, makasih atas minumnya. Tapi, aku harus pulang karena bunda mau masak pake bahan-bahan yang aku beli tadi" tolak Zeyya dengan tetap berusaha menghargai tawaran mama Jeongwoo. Sepertinya beliau tidak terlalu fokus dengan perkataan Zeyya sehingga tetap fokus membuat jus mangga kesukaan Zeyya.

Jeongwoo yang sedang berdiri di hadapan Zeyya memperhatikan gadis itu yang sedari tadi tidak mengajaknya mengobrol. Hingga akhirnya Jeongwoo lah yang memulai percakapan.

"Baru juga mau ngajak ngobrol bentar udah mau balik aja"

Zeyya beralih menatap pemuda tinggi di depannya. Lalu mengangkat paperbag belanjaannya untuk diperlihatkan pada pemuda itu bahwa dirinya harus cepat-cepat memberikan ini pada sang bunda. Setelah itu menurunkannya kembali.

"Kenapa lo? kangen gue?" tanya gadis itu tanpa beban.

"Memangnya wajah ini terlihat merindukan seseorang?" tanya Jeongwoo balik dengan menunjuk wajahnya yang terlihat datar. Lebih tepatnya 'berusaha' sedatar mungkin.

"Ya udah berarti gue boleh pamit, kan?" Zeyya memiringkan kepalanya memastikan Jeongwoo mengizinkannya pulang. Sebenarnya izin dari pemuda itu bukanlah suatu kewajiban.

Saat Zeyya hendak berbalik, pemuda itu malah menahan lengannya yang sedang membawa paper bag berisi bahan-bahan dapur. Jeongwoo beralih mengambil paperbag itu untuk ia bantu bawa.

"Gue anterin. Udah mau maghrib soalnya. Lo pamit ke mama dulu. Kayaknya mama tadi kurang denger jelas lo ngomong. Gue tunggu di depan"

Zeyya mah, ya udah ngikut aja. Toh ada untungnya juga ga perlu keluar uang buat naik angkot.

Berpamitan pada mama Jeongwoo dan pulang diantar pemuda itu. 


Menghabiskan waktu sekitar 15 menit di perjalanan dengan mobil Jeongwoo, akhirnya mereka sampai di depan pagar rumah Zeyya.

"Nih bawa yang bener" Jeongwoo menyerahkan paperbag tersebut pada Zeyya.

"Thanks ya" lalu berbalik menuju pintu rumah tanpa mempedulikan Jeongwoo yang masih menetap di tempat, berdiri di samping mobilnya. 

"Ga ditawarin mampir gitu?"

Zeyya menghela napas dan kembali berbalik menghadap pria 18 tahun itu.

"Biasanya juga lo langsung ngikut gue masuk"

Entah kenapa raut wajah Jeongwoo tiba-tiba berubah. Yang awalnya datar menjadi seperti sedang memelas.

"Kenapa lagi siih?" Zeyya terlihat sudah capek meladeni pemuda yang sedang mengambil langkah mendekati tempatnya berdiri.

Tanpa aba-aba Jeongwoo memeluknya sangat erat. Seolah sedang menyalurkan rasa lelahnya.

"W-woo, lo kenapa deh?" bukannya tidak ingin membalas pelukan erat pemuda itu, hanya saja sebelah tangannya masih memegang kantong belanja. Jadilah Zeyya memeluknya hanya dengan satu tangan saja.

"Gue kangen ngobrol sama lo, berangkat kampus bareng, ke kantin bareng, terus malmingan" jawab Jeongwoo akhirnya masih dengan posisi memeluk tubuh Zeyya.

Tanpa ia ketahui Zeyya tersenyum dengan kepala yang tenggelam di depan dada bidangnya. Sejujurnya gadis itu juga tidak sanggup mendiami pemuda yang sedang dipeluknya ini lama-lama, apalagi sudah seminggu mereka tidak mengobrol.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 28, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Short Story | Treasure 12Where stories live. Discover now