2.Kau siapa?

1.2K 209 5
                                    

Berlari di tengah salju dalam wujud manusia nya. Itu lah yang di lakukan Rui sekarang.

Iblis itu berlari dengan Surai hitam legam juga kulit yang tak sepucat sebelum nya.

(M/n) sendiri hanya berjalan dengan tenang, seolah ia hanya mengawasi Rui yang nampak antusias.

Setelah mendapatkan izin dari Izana, ke dua iblis dan setengah iblis itu keluar dari infinity Fortress. Rui sendiri berubah dalam wujud manusia nya, jika (m/n). Dia bahkan hanya setengah iblis yang aura nya benar benar normal.

(M/n) sekolah di sekitar sana, Izana memang selalu di dalam benteng tanpa batas itu tapi bukan berarti ia tak pernah keluar.

Muzan takut wajah Izana akan pucat karena tak pernah terkena sinar matahari jadi ayah angkat nya itu mengizinkan Izana keluar masuk sesuka nya.

Izana juga mengurus beberapa perusahaan dengan nama ayah nya. Akan jadi masalah jika mereka tau itu diri nya bukan?

Pria manis itu lebih menikmati hidup nya bersama makhluk makhluk kanibal ini. Bahkan terkadang iblis lebih bisa di ajak berbicara dari pada manusia itu sendiri.

"Ayo lah! Ku pikir kau keluar karena ingin bermain salju!"Ucap Rui cemberut. Kenapa (m/n) benar benar tak memiliki emosi seperti ini?

Izana sudah menanyakan ini pada Douma yang notabene nya memang tak punya emosi, tapi Douma sendiri hanya berkata"Pangeran agung memiliki emosi nya. Hanya saja ia tak tau bagaimana cara mengekspresikan nya"itu yang Douma katakan

".....aku benci salju, aku keluar hanya karena menginginkan udara segar"ucap nya masih dengan wajah poker face andalan nya.

Rui terbengong"hei ayolah!jika hanya cari angin kenapa kita tak meminta iblis sialan itu membuka portal di atas puncak gunung Lawu sekalian?!ku yakin di sana udara nya sangat segar!"ucap Rui

".....aku tak ingin mengusik penunggu nya"ucap (m/n) singkat, padat dan jelas

Di sisi lain, seorang pria bersurai hitam dengan bekas luka di wajah nya nampak sedang berjalan sendirian.

Pria itu nampak memperhatikan jam tangan milik nya. Ia berpikir ini masih cukup lama untuk pertemuan yang akan di adakan.

Pria itu berhenti tiba tiba, entah lah. Hanya saja ia selalu merasakan nostalgia di sini. Ini terasa menyesakkan, setiap salju turun ia akan mengingat kekasih nya yang sudah mati 12 tahun lalu.

Ia merasakan seperti ada sesuatu yang mengganjal hati nya, seperti ada tangan yang meremas jantung nya dan mencabik cabik nya.

Kutukan terbesar memang cinta. Itu membuat nya merasa bahagia sekaligus tersiksa di saat bersamaan.

"Rui jangan berlari, kau bisa jatuh"suara seorang pemuda terdengar.

Seorang anak bersurai hitam itu nampak berlari dan terjatuh tepat di depan pria itu yang tersentak.

"Kau baik baik saja?"tanya pria itu membantu Rui bangkit.

"....aku sudah mengatakan nya, kau akan jatuh"

Pria itu mendongak, nafas nya tercekat saat melihat wajah remaja awal di hadapan nya ini.

Rui merengut kecewa"ayolah!apa kau benar benar tak ingin bermain salju?"

"Aku tak suka salju, itu merebut semua nya dari ku"nafas pria yang dari tadi mereka kacangi itu makin tercekat

Mata nya mulai berkaca kaca. Tidak, seharusnya tidak begini. Orang itu sudah mati dan yang ada di sini pasti hanya anak anak yang sedang bermain bersama teman nya.

"...kau sangat membosankan, apa yang kau lakukan saat senggang?"Rui

"....bermain kotor"ucap (m/n) datar

Rui mengernyit"maksud mu bercocok tanam?"

"....menggali liang lahat dan tidur di dalam nya"baiklah itu kebiasaan yang aneh pemirsa.

Kakucho sendiri ikut bersweatdrop ria. Pria itu menggeleng pasrah, merasa lucu dengan tingkah laku anak di hadapan nya ini.

".....lain kali bermain dengan lebih hati hati. Mengerti?"ucap kakucho. Meski kriminal, ia masih memiliki hati nurani tak seperti Sanzu maupun Mikey. Hati mereka sudah mati.

Raga masih bernafas tapi hati sudah berhenti bekerja.

(M/n) mendongak, menatap Kakucho sejenak lalu membungkuk sekilas dan berkata "terima kasih tuan"ucap nya

Pemuda itu berbalik, berjalan pergi di ikuti oleh Rui yang berjalan di belakang nya.

Iblis laba laba itu mengernyit, menatap Kakucho sekilas lalu membatin'apa perasaan ku saja?Bau dari pria ini mirip (m/n)'batin nya

"Jangan menoleh ke belakang, kau tak tau setan apa yang mengikuti mu"(m/n) aku heran sebenarnya kau ini pintar, polos atau terlalu bodoh?

Kakucho terdiam di tempatnya, menatap punggung ke dua remaja itu lalu tersenyum tipis dan bergumam"dia mirip dengan mu Izana. Tapi entah kenapa dia sedikit berbeda"gumam nya
.
.
.
.
.

....

Menjadi satu satu nya iblis yang bisa berdiri di bawah sinar matahari. Itu lah Kurokawa (m/n) sang penerus dari Kibutsuji Muzan itu sendiri.

Ia jarang keluar. Biasa nya ia akan keluar hanya untuk sekolah atau bermain piano selama waktu senggang.

Hanya memberi tau, (m/n) itu sama saja dengan Muzan yang bisa menyamar di mana mana. Dan anak itu memiliki beberapa identitas untuk di gunakan.

Ia seorang pianis muda yang terkenal kau tau?meski ada rumor beredar jika ia terlalu sombong karena tak pernah menunjukkan senyuman nya itu bukan lah hal yang merepotkan.

Iblis itu mendongak, malam bersalju di pelabuhan Yokohama. Entah kenapa setiap ia memiliki kesempatan untuk keluar dari rumah nya, ia selalu menyempatkan diri ke sana.

Suasana ramai dan diri nya yang mengawasi dari atas pilar pilar besi di sana tanpa ada seorang pun yang mengetahui nya.

Pemuda itu bergeming, angin datang menghembuskan Surai keperakan nya yang mulai melambai lambai di udara.

Suara desiran ombak terdengar, pemuda itu menoleh. Memejamkan mata lalu menghilang dalam sekejap tanpa siapapun yang bisa menyadari nya.

Pemuda itu sampai di dalam infinity Fortress, berdiri di depan Muzan yang menatap nya datar kemudian bertanya "apa yang kita bicarakan soal keluar dinding?"

"Bahaya"(m/n) menjawab tanpa beban

Muzan menaikkan sebelah alisnya "lalu apa yang akan mungkin terjadi jika ada penculik yang menculik mu?"

"Mereka akan menjualku"(m/n)

Muzan mengangguk "lalu apa yang kau lakukan?"

"Keluar dinding benteng tanpa batas dan kabur dari Rui saat dia lengah"Muzan menghela nafas panjang, berusaha bersabar dengan cucu nya ini lalu bertanya sekali lagi

"Sebenarnya apa yang kau pikirkan?kenapa kau sangat susah di atur (m/n)? bagaimana jika Bonten melihat mu?"

"Yang mau tunduk dan di atur secara berlebihan adalah seekor hewan ternak. Kakek jangan lupa jika darah mu mengalir pada diri ku dan membuat ku menjadi seperti ini"ucap nya lalu melangkah pergi meninggalkan Muzan yang lagi lagi kalah debat dengan sosok nya.

"...kau terlalu memanjakan nya Izana"

Izana menoleh, menggeleng pasrah kemudian menjawab"dia sudah besar ayah, bukan lagi bayi yang masih menyusu pada ku"ucap nya lalu menepuk pundak Muzan dan berkata
.
.
.
.
.
"Seperti nya memberikan kelonggaran tidak akan bermasalah"

"....hah, kalian ini sama saja"

TBC
Jangan lupa Vote nya Minna (⁠人⁠ ⁠•͈⁠ᴗ⁠•͈⁠)
70 vote lanjut

[END]Half Demon-Tokrev x Male Reader Where stories live. Discover now