01

203 32 16
                                    

"Harry Potter" - Berbicara Biasa
'Harry Potter ' - Berbatin
"::: Harry Potter :::" - Parseltongue/Parselmouth/Bahasa Ular
::: Harry Potter ::: - Ular Yang Berbicara

***

Author Pov

Harry merasa kakinya menghantam tanah. Kakinya yang tidak seimbang membuatnya hampir terjatuh ke tanah, tetapi lengan kuat memegang pinggangnya. Dia mengangkat kepalanya dan bersitatap dengan orang yang ikut di tarik bersamanya yang di sebabkan piala Triwizard.

"Apa kau baik baik saja, Harry ?", tanya Cedric dengan suara cemas. Dan menatap kaki Harry yang terluka akibat kejadian sebelumnya saat tugas ketiga di laksanakan.

Harry menganggukan kepalanya dengan pelan.
"Bisa kau melepaskanku sekarang, Cedric ?"

Cedric ber'oh singkat dan seketika melepaskan lengannya dari pinggang Harry. Dia melihat ke arah lain untuk menghilangkan rasa malu yang dia sebabkan sendiri.

Harry mengucapkan terima kasih dengan tulus tanpa memperhatikan kalau ujung telinga Cedric memerah karena menahan malu. Dan karena Cedric melihat ke arah lain. Dia tidak bisa melihat betapa tersipunya bocah Hufflepuff tersebut.

"Sepertinya piala ini merupakan Portkey", gumam Harry yang bisa di dengar oleh Cedric. Dan dengan pelan menyimpan piala tersebut di dekat kakinya.

"Ya, sial sekali kita sekarang", balas Cedric menghela nafas pelan.

Mereka telah jauh meninggalkan kompleks Hogwarts. Mereka jelas telah pergi berkilo kilo meter mungkin bahkan beratus ratus kilo karena bahkan pegunungan yang mengitari Kastil sudah tak ada.

Mereka berdiri di kuburan gelap telantar berumput tinggi. Siluet gereja kecil tampak di belakang pohon cemara besar di sebelah kanan mereka. Di sebelah kiri tampak bukit menjulang.

Harry samar samar melihat siluet rumah tua yang indah di sisi bukit.

Cedric menunduk bukan untuk menatap Piala Triwizard, melainkan menatap kaki Harry yang terluka.
"Kita harus menyembuhkan kakimu dulu. Itu bisa infeksi nantinya"

Harry terus memandang ke sekeliling pemakaman. Kedua bola mata hijau cerahnya yang menyaingi warna mantra Avada Kedavra menatap suasana sunyi senyap dan agak menyeramkan. Membuatnya ingat dengan film film horor yang sering dia tonton bersama Hermione dan Ron.

"Tidak perlu", jawab Harry dan tanpa memberikan kesempatan bagi Cedric menyela dia kembali melanjutkan ucapannya.
"Apakah ini bagian dari tugas?"

"Aku tidak tahu", jawab Cedric masih menatap kaki Harry dengan cemas.
"Kita siapkan tongkat?"

Harry menganggukan kepalanya. Mereka menarik keluar tongkat sihir mereka. Harry masih memandang ke sekelilingnya. Dia punya perasaan aneh bahwa mereka sedang di awasi saat pertama kali terdampar di pemakaman tersebut.

"Ada yang datang", gumam Harry. Menyipitkan mata dengan tegang menembus kegelapan, mereka memandang sosok asing mendekat, berjalan mantap ke arah mereka di antara makam makam.

Harry tidak bisa melihat wajahnya, tetapi dari caranya berjalan dan posisi tangannya, dia bisa menebak bahwa orang itu membawa sesuatu. Siapa pun dia, orang itu pendek, dan memakai mantel bertudung kepala yang di pakainya untuk menyamarkan wajahnya. Dan beberapa langkah lebih dekat, jarak di antara mereka semakin kecil, Harry melihat bahwa benda yang di gendongnya seperti.....apakah itu bayi ? Atau apakah itu cuma buntalan jubah ?

Pandangan Harry menjadi gelap dan dia sadar kalau Cedric sekarang berdiri di depannya. Seperti menjaganya dari pandangan siapapun itu.

Harry menurunkan tongkatnya sedikit dan menatap punggung lebar Cedric.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 09, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Alpheus Precious TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang