SEMBILAN

183 46 16
                                    

Happy Reading
.
.
.
.

Elvano terdiam. Dia menatap Elina sambil memiringkan kepalanya. Cowok itu melipat kedua tangannya di depan dada lalu tersenyum miring. “Apa maksud lo nanya kayak gitu?” tanyanya.

Elina berdecak. “Tadi malam kamu di rumah Alia, ‘kan? Makannya gak dateng ke rumah aku,” ucapnya.

“Lo ngomong apaan, sih? Semalam gue gak kemana-mana.”

“Yakin?” Elina mengambil ponselnya yang semula tergeletak di atas meja lalu mengotak-atiknya. “Terus ini apa?” tanyanya sambil menjukan ponselnya.

 “Terus ini apa?” tanyanya sambil menjukan ponselnya

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Elvano memelototkan matanya. Dia terkejut saat melihat gambar yang ditunjukan Elina. Itu adalah story instagram Alia yang menunjukan foto dirinya.

“Kenapa diem? Jangan bilang kalau itu bukan kamu!”

“Oke! Tadi malam gue emang pergi ke rumahnya Alia! Puas lo?!” teriak Elvano tepat di depan wajah Elina.

Elina dan Regan terkejut. Beruntung rumahnya sedang sepi karena orang tua Elina sedang pergi dan Bi Dian—asisten rumah tangganya juga sedang pergi ke mini market. Jika tidak, mereka sudah dipastikan akan lebih terkejut dari pada Elina.

“Ngapain kamu ke rumah dia?” tanya Elina.

“Bukan urusan lo,” jawab Elvano santai.

“Bukan urusan aku? Jelas ini urusan aku! Aku ini tunangan kamu!”

Elvano tersenyum miring. “Gue gak pernah nganggap lo tunangan gue. Bagi gue, lo itu gak lebih dari beban yang dititipin ke gue.” Elvano memiringkan kepalanya. “Dan gue harap, lo gak akan pernah berharap lebih sama gue, karena sampai kapanpun itu gak akan pernah terjadi.”

Deg!

Seketika dada Elina terasa sesak. Dia menatap Elvano dalam diam. Memperhatikan wajah cowok yang berhasil membuatnya sakit hati dengan seksama. Tak sedikit pun Elina melihat penyesalan di wajahnya.

Regan mengepalkan kedua tangannya lalu memukul rahang Elvano keras. Elvano yang belum siap langsung terjatuh ke lantai. Cowok itu memegang rahangnya lalu menatap Regan yang masih berdiri di depannya.

Elvano berdiri. Dia balik memukul rahang Regan. Beruntung Regan masih bisa menjaga keseimbangannya sehingga dia tidak jatuh seperti Elvano tadi.

Elina yang melihat itu langsung menarik tangan Regan. Dia menjauhkan cowok itu dari Elvano. “Udah! Stop!” teriaknya.

“Cowok berengsek kayak dia gak bisa didiemin gitu aja!” ucap Regan. “Aku gak terima kamu disakitin sama dia.” Nadanya mulai turun saat melihat wajah Elina yang sepertinya sedang menahan tangis.

“Kenapa? Lo suka sama dia? Bagus deh, langsung aja bilang ke Bokap sama Nyokap-nya biar secepatnya gue bisa lepas dari tanggung jawab yang gak ngotak ini,” ucap Elvano.

ELVANO [On Going]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora