O4

164 19 0
                                    

Terkadang membuat keputusan terburu-buru bukanlah hal yang memberikan dampak yang baik justeru semakin buruk.

Ryujin menghubungi seluruh kenalan yang sangat dekat dengan kekasihnya termasuk Yuna yang jarang ke rumah.

Dan anehnya, nomor Yuna dan Yeji sama sekali tidak aktif.

Ryujin sempat berpikir mungkin mereka berdua bersama.

"Ryu, ayo kita coba ini!"

Ryujin menoleh, Beomgyu yang riang sambil menunjuk sesuatu kepadanya— sama sekali tak tertarik.

Ingin menolak, perasaan ragu masih mengelilingi tubuhnya membuatkannya sulit untuk menolak permintaan sahabat dekatnya.

Beomgyu tak bodoh menyadari kalau ada perubahan dengan Ryujin dan Yeji.

Seharusnya dia senang justeru dia merasa sedih melihat keadaan Ryujin begitu kacau.

Makan tak teratur, kantong gelap mengelilingi matanya, rambut berantakan bahkan ia tak semangat dan semanis dulu.

Beomgyu menghela nafas, hal itu menjadi perhatian utama Ryujin sebelum ia mengarahkan ke teleponnya.

"Kenapa?"

Beomgyu terdiam, tatap iris mata Ryujin yang hangat itu mendebarkan hatinya.

"Kenapa?"

Ryujin bertanya lagi dan tiada respon darinya selain menatapnya serius.

Pemudi itu menghela nafas,
"kenapa sih?"

"Kamu sepertinya sangat menyayangi Yeji," ujaran Beomgyu membuatkan Ryujin mengkerut keheranan.

Apakah selama ini dia menjalin hubungan dengannya untuk apa?

Untuk membuktikan bahwa dia hanya menjalin hubungan tanpa berkait dengan perasaan?

Heol, ia tak mengira seperti itu.

Semuanya berjalan sendiri.

Keputusan itu ada di tangannya.

"Tentu saja aku menyayanginya karena dia kekasihku," balas Ryujin tersenyum simpul.

Ah, Ryujin jadi rindu kepadanya— sosok manusia pura-pura misterius— menghilang entah kemana.

Yang jelas Ryujin amat merindukannya, total. Seratus persen.

"Kamu sepertinya tertekan karena dia ya?" Lirih Beomgyu menatapnya hangat seperti biasa.

Ryujin membalas tatapannya, dia menunduk sambil memainkan jemarinya, "kau tau, aku tidak pernah seperti ini selain kehilangan ibuku."

"…Sepertinya Yeji sangat berharga untukmu."

"Tentu. Dia sangat berharga bagiku. Tanpa dia aku tak pernah berada di sini, berkat dia dan semangatnya membuatku bangkit."

Sakit.

Itu yang dirasakan Beomgyu ketika orang yang ia cintai menceritakan tentang orang yang ia cinta.

"Aku akan membantumu mencarinya. Aku janji, Ryujin."

—— h u r t  m e ——

Rasanya seperti nostalgia.

Panti asuhan yang pernah Yeji tinggal bersama Yuna masih sama.

Walaupun warnanya sudah pudar, tetapi kenangan-kenangan manis yang indah itu tak akan pernah luput dari ingatannya.

"Aku ingin bersantai atau bekerja di kafe bersama rubah malah engkau menyeret aku ke masa lalu."

Yeji tergelak, duduk di pondok kayu sambil tersenyum lebar memandangi langit yang membiru dengan kapasitas di atasnya berjalan melambat.

hurt me • ryeji [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang