4

79 19 6
                                    

Deburan ombak kini menjadi pemandangan Sakusa setiap harinya. Kapal-kapal nelayan dan berbagai aktifitas melaut lainnya menjadi suguhan sehari-hari di kehidupan Sakusa yang sekarang. Tinggal di daerah pelabuhan dekat dengan laut menjadikan Sakusa harus beradaptasi dengan lingkungan barunya.

Laut itu penuh dengan misteri, tak hanya itu, masyarakat di sekitarnya juga memiliki urban legendnya sendiri jika menyangkut soal laut. Urban legend yang paling terkenal adalah Siren.
Manusia setengah ikan penghuni laut dalam. Masyarakat sekitar percaya akan keberadaan makhluk mitologi ini karena beberapa dari mereka pernah melihatnya saat sedang melaut. Siren hidup berkoloni, mereka tidak sendirian.

Terhitung ini sudah hari ketiga sejak Sakusa bertemu dengan siren jantan berambut pirang itu. Setelah kejadian itu Sakusa belum berniat untuk berlayar menikmati laut lagi. Dia masih ingin memastikan bahwa yang kemarin dialaminya bukanlah mimpi atau halusinasinya saja.
Semakin Sakusa mencoba mengingat wajah siren itu, justru wajah Atsumu lah yang terbayang dalam benaknya. Entah kebetulan atau apa, wajah siren itu dan Atsumu memanglah mirip. Hampir tidak ada bedanya.
"Tidak, tidak. Atsumu hanya memiliki satu kembaran. Dan dia juga manusia. Bukan siren." ucap Sakusa pada dirinya sendiri. Dia mengusir pikiran-pikiran anehnya dan berusaha untuk kembali pada pemikiran logisnya. Meskipun kini, logikanya sedang berdampingan dengan hal yang tak bisa dijelaskan secara logis.

Sakusa menghela napas, dia berulang kali mengacak surai hitamnya. Dirinya yang sejak tadi juga berdiri di dermaga kini memilih untuk duduk. Mengayun-ayunkan kakinya bak menggoda ombak kecil di bawah dermaga. Melamun menjelang senja, semoga saja Sakusa tidak kebablasan.

Pyak!

"Hm?"
Kedua alis Sakusa bertaut, dia yakin barusan ada sebuah ekor yang muncul ke permukaan di dekatnya.

Pyak! Pyak!

Sakusa melihatnya lagi. Memang benar, itu adalah ekor. Namun nampaknya bukan ekor ikan biasa. Ekor itu berwarna biru gelap beradu dengan warna hijau mint. Sakusa ingat warna ekor itu.
Lalu tanpa permisi, siren pirang yang tadi memainkan ekornya itu tiba-tiba muncul tepat di bawah kaki Sakusa. Tentu saja Sakusa berjengit kaget.
"Ah, kita berjumpa lagi." sapa Sakusa canggung. Dan siren itu tersenyum cerah pada Sakusa.
Siren itu lalu mengangkat tangannya, memperlihatkan dua buah kerang mutiara pada Sakusa.
"Bagus sekali. Apa kau yang mencarinya?" tanya Sakusa.
Siren itu tak menjawab, dia justru semakin mendekati Sakusa sambil berusaha memberikan dua kerang itu.

Sakusa yang canggung lalu menerima kerang itu. Walau agak ragu, namun Sakusa meyakinkan dirinya bahwa siren ini tidak akan melukainya atau mungkin meracuninya dengan kerang ini.
"Terima kasih." ucap Sakusa lagi. Dan siren itu kembali tersenyum.
Jujur saja, Sakusa cukup tersentuh kala melihat senyuman siren ini. Sungguh mirip dengan mendiang kekasihnya.
"Bisa kah kau naik dan duduk disini?" tanya Sakusa sambil memberi isyarat. Lalu setelah beberapa detik berpikir, siren itu lalu melompat dan berhasil duduk di samping Sakusa.
Sakusa lagi-lagi sedikit terkejut, sepertinya siren ini termasuk makhluk yang cerdas. Mungkin bisa diajari untuk mengerti bahasa manusia. Kira-kira begitulah pemikiran absurd Sakusa.

Tak ingin semakin canggung karena terus menerus ditatap oleh siren itu, Sakusa sebisa mungkin mencairkan suasana. Padahal, biasanya dirinyalah yang dicairkan oleh Atsumu dulu. Entah akan mengerti atau tidak, Sakusa terus berkisah pada siren itu walau tak ada jawaban dalam bentuk suara. Hanya ada respon dari gerakan kepala dan tangan yang terkadang miskom.
"Kau tahu, semakin lama melihatmu aku semakin teringat akan mendiang kekasihku." ucap Sakusa di pungkasan cerita basa-basinya.
Wajahnya kembali sendu dan matanya sayu. Sorot matanya juga melemah tak sekuat dan setajam tadi.
Sakusa tertunduk, dia mencoba menahan emosinya. Sebisa mungkin tidak boleh kembali menjatuhkan air matanya. Atsumu sudah di surga, Sakusa tidak akan membasahi surga Atsumu dengan air matanya di dunia.

SERANAWhere stories live. Discover now