Coulomb Owns Love - 3

65 14 4
                                    

Suasana kelas sedang sangat berisik karena para cewek pada misuh-misuh gak jelas sebab gagal selapangan olahraga sama kakel-kakel ganteng 12 MIPA 3. Pak Moi si perut buntel, sepertinya malas masuk kelas karena cuaca terik lagi. Sia-sia sudah semua usaha Sifa yang sampai mau adu jontos sama para cowok karena rebutan ruang kelas untuk ganti baju olahraga.

"Buntelan bakso itu maunya apasih, perasaan kalau kelas kita gak pernah tuh dia masuk! Apa cewek di kelas kita kurang bohai?! Giliran kelas lain aja mau badai, hujan, petir, tsunami dia tetep masuk tuh! Mending ganti guru aja deh!" umpat Sifa yang kini terlentang di lantai bagian belakang kelas.

"Kamu kayak gak tau Pak Moi aja Sif, dia pasti lagi ngejar cowok-cowok yang kabur dari solat Jumat," ujar Ratu mengulum senyum geli sambil mengikat tali sepatunya. "Emang kamu beneran mau lari-lari di siang bolong kayak gini?"

"Ya enggaklah, paling gak dia izinin kita main diluar kek. Olahraga bebas gitu."

"Mending kita nyusul Ari ke perpustakan, pasti dia udah selesai solat Jumat, sekalian numpang Ac yuk, aku juga mau lanjutin ringkas biologi," ucap Ratu.

"Ihh pleasee deh Tu, aku yang bosen liat kalian pada ambis terus." Sifa berdecak malas.

"Ayok dong, nanti kamu tidur aja, aku yang ringkas. Lagian di perpus angel-nya pas banget tauu buat liat kak Patrick olahraga," bujuk Ratu sembari mengambil buku catatan biologinya di laci meja.

"Ihh ngapain juga aku ngeliatin dia, orang akunya udah move on kalii. Gak jelas banget galauin cowok sebrengsek kak Patrick," balas Sifa sambil berdecak.

Yang anehnya dia malah bangkit berdiri dari posisi tidurnya, keluar mendahulukan Ratu yang terbingung ditempatnya. "Ayoo ke perpus, mulutku udah gantel banget buat gangguin Ari. Mukanya gak usah gitu yaa, aku beneran gak ada niat apa-apa loh!"

"Sifaa tungguin aku dong." Gadis pintar itu berlari kecil berusaha menyamakan langkah Sifa yang sengaja dipanjangkan.

Ratu hari ini tampil begitu beda, sebab rambutnya dikepang dua. Akibat kegabutan siapa lagi, kalau bukan Sifa? Kata teman sekelasnya Ratu lucu sekali mengunakan gaya rambut jadul itu, seperti boneka pajangan. Perutnya sampai mual mendengar pujian mereka yang sampai meleber kemana-kemana. Kamu cantik, baik, pinter, sempurna banget hidupmu Tu. Ratu hanya menjawab di dalam hati, ndasmu mbak.

"Cepetan dikit dong Tu," ejek Sifa yang makin mempercepat langkahnya.

Tiba-tiba suara melengking khas Pak Moi terdengar begitu menggelegar di telinga kedua gadis itu. "HEH PATRICK KOWE SAMA KONCOMU GAK JUMATAN?!"

"AKU KATOLIK PAK!" balas Patrick tak kalah melengking.

"Oalah sorry besty, tapi Rajasa islam KTP kowe?!" tanya Pak Moi menunjuk Barraq yang sedang memegang bola kaki.

Dua gadis itu rupanya sama-sama tertarik dengan drama didepan mereka. Keduanya kompak berjalan perlahan, sepelan siput sambil tetap memasang telinga mereka.

Patrick memasang wajah dungu. "Hah Rajasa? Siapa itu Pak?"

"Ya koncomu ituloh, bocah setan!"

"Koncoku namanya Barraq Adirajasa Pak! Panggilannya Barraq not Rajasa."

"Halah sama aja, udah Jumatan belum kowe?" tanya Pak Moi pada Barraq, mengabaikan cowok gondrong dengan ekspresi kesalnya.

"Udah." Barraq mengangguk namun, atensi matanya sudah berpusat pada gadis berkepang dua di depan mereka.

"Girl, kalian 11 MIPA 3, kan? Kenapa pada keluyuran diluar gini sih?" Ratu dan Sifa kompak berhenti, meski fokus mereka tidak sepenuhnya pada omongan Pak Moi, tapi keduanya sok menjadi pendengar yang baik padahal hati sedang ketar-ketir karena ditatap intens oleh Barraq maupun Patrick.

Coulomb Owns LoveWhere stories live. Discover now