Chapter One: Renjun, The Main Character

670 26 5
                                    

TRIGGER/CONTENT warning(s) ⚠️
abundance of swearing, profanities, violence, death threats, murder attempts, obsessive and manipulative tendencies, homicide, loss of memories, blood, implied stalking, leaking private information, emotional abuse, verbal bullying, apparent mental illness.

· · ·

Ketika Renjun membuka netranya untuk pertama kalinya, paparan cahaya matahari yang berlalu dari jendela mulai memenuhi penglihatannya — membutakannya seolah-olah kedua netranya tidak berfungsi. Lelaki itu menatap langit-langit kamar untuk sejenak. Renjun tidak bisa memproses kejadian terakhir yang dialaminya; apakah ia melupakan ingatannya? Oleh karena itu, dirinya sukses dibuat bertanya-tanya hingga sudut paling dalam dari pengetahuannya, apa yang dirinya lakukan di tempat ini?

"Darling, kau masih hidup!" Seorang lelaki dengan paras mencerminkan kelinci itu memekik puas, kumpulan air mata mulai berlomba menuruni pipinya. Ketika ia hendak memeluk Renjun dan hal itu hampir dilakukannya, Renjun langsung mendorong dirinya agar menjauh, tatapan aneh diberikan darinya secara bersamaan.

Renjun tidak dapat mengenalnya. Ia takut pada orang asing yang mempunyai kemungkinan besar untuk menyakitinya. Kala Jaemin menghampiri Renjun kembali untuk membujuknya, tiba-tiba Renjun melototkan matanya, bibirnya membentuk lengkungan takut secara bersamaan. Sang lelaki kemudian bertanya dengan kebencian dan ketakutan yang menghiasi nadanya.

"Kau siapa?"

Yang lain menjawab dengan ekspresi terkejut, cairan transparan yang sedari tadi mendominasi inderanya kini semakin membutakan penglihatannya. "Renjun, sadarlah, saya Jaemin; kekasihmu!" Ia memohon dengan penuh gelisah setelahnya, dunianya seakan dibuat hancur oleh Renjun. Jaemin melebarkan netranya takut, panik pada kenyataan bahwa Renjun akan memiliki kemungkinan untuk melupakannya, membencinya, ataupun lebih parahnya, menganggapnya sebagai pembohong hina. Lalu, ia terburu-buru menunjukkan foto-foto keduanya yang dipotret bersama.

"Ini foto kita kala berpacaran–"

Jaemin yang tengah berbicara pun dijeda dengan mendadak oleh seseorang, memotongnya bagai kilatan cahaya — itu bukan suara Renjun, melainkan sosok lain dengan suara familliar yang dirinya benci.

"Hentikan, freak. Tidak ada gunanya mencoba."

Jaemin mengalihkan atensinya ke sumber suara. Detik itu juga, Jaemin dibuat tercengang oleh kehadirannya.

Lengkungan sedih yang masih terpampang pada bibir Renjun sontak menghilang, ia merasakan jantungnya berdetak lebih kencang daripada tadi. Akan tetapi, Renjun tidak dapat mengeksplorasi alasan di balik itu. Selain itu, dirinya tidak bisa menjelaskan perasaan yang terkandung dalam dirinya. Entah mengapa, ia tidak dapat mengerti, apakah Renjun benar-benar kehilangan memori masa lalunya?

Jaemin memandang pria yang tak dikenal Renjun itu dengan gelisah. Ia kemudian mencengkeram kerah sang lawan, tetapi di saat Jaemin berharap untuk mengintimidasi lawannya; bukannya sesuai keinginannya, melainkan sang lawan menjawab tindakan mendadak dari Jaemin dengan senyuman puas. Adegan itu membuat Renjun semakin dilanda kebingungan; dirinya tidak dapat menyadari akan alasan keduanya dengan keadaan tak bersahabat.

"Kaulah yang melakukan ini, bastard!" Jaemin berteriak tanpa memberi isyarat, murka akan keberadaan sosok yang tak pernah diharapkannya. Ia ingin menghabiskan waktunya dengan Renjun, dan orang itu seenaknya menginterupsinya? Jaemin dikuasai oleh murka yang mendalam sehingga ia memutuskan untuk menubrukkan sebuah bogeman ke wajah lawan bicaranya. Itulah saat yang tepat di mana Renjun membiarkan matanya terpejam, karena menyaksikan adegan tersebut tidak membawa keberuntungan sama sekali, melainkan hanya memberi rasa sakit pada kepalanya.






































Room 24 • RenjunHaremTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang