[41] The Truth (2)

4.9K 859 37
                                    

Nyatanya reaksi Geo sangat berbeda dari yang di pikirkan Ercy. Bukannya tersinggung, terkejut atau marah, dia justru tertawa terbahak-bahak. Benar-benar terbahak sambil memegangi perutnya.

Ercy cengo, dia hanya diam tidak bisa mengatakan apapun, hanya menyaksikan bagaimana Geo menertawai nya hingga puas.

Benar saja, setelah beberapa menit berlalu barulah Geo berhenti tertawa. Dia mengusap air mata yang keluar dari sudut matanya karena terlalu banyak tertawa, "Astaga, kau benar-benar frontal sekali. Persis seperti apa yang dia katakan."

Ercy mengerutkan keningnya. "Kau... Gila?"

Geo menepuk kepalanya pasrah. "Harusnya aku sudah terbiasa dengan ini, tapi sepertinya kau berhasil mengejutkan ku berulang-ulang."

Ercy berdecak, meyerahkan Leo pada bibi Mei dan fokus terhadap Geo yang berdiri di depannya.

"Aku mohon to the point saja. Kenapa selama ini kau menjadi stalker? Jangan menghindar untuk mengaku karena aku sudah melihat dengan mata kepalaku sendiri bahwa kau meletakkan barang-barang di loker ku! Kau bahkan menulis nama inisial! Berharap apa? Aku tidak tahu? Aku memang bodoh tapi tidak sebodoh itu! Sekarang jujur, apa yang kau inginkan dariku?" Ercy menatap tajam Geo.

Geo menghembuskan nafasnya. "Maaf, aku tidak bisa beritahu kecuali terdesa--"

Sebelum sempat Geo menyelesaikan ucapannya, lelaki itu sudah di banting ke tanah oleh Ercy.

Geo membelalak melihat wajah Ercy yang begitu serius. Wanita di hadapannya ini adalah sosok yang selalu bertingkah konyol, tertawa, dan ceria, namun wajah yang dia tampilkan saat ini benar-benar menakutkan, dalam diri Geo ada perasaan tidak enak, semacam tanda peringatan untuknya agar tidak macam-macam kepadanya.

Geo memaksakan senyum meskipun bibirnya meringis ngilu karena pinggang nya terbentur tanah, "oke, aku akan memberitahu. Lepaskan aku dulu!"

Ercy melepaskan tangannya yang mencengkram pergelangan Geo. Dia bisa melihat memar merah di kulit putih lelaki itu, mencoba untuk acuh. Dia tidak ingin basa-basi. Dia cukup lelah di permainkan.

"Katakan." Tuntutnya. Masa bodoh meskipun dia akan membuat Geo tidak menyukai nya kedepannya.

"Ayo cari tempat yang sepi, berdua saja." Geo menghembuskan nafas.

Ercy mengangguk dan mereka berjalan menjauh dari bibi Mei serta Leo. Leo sudah tidur dalam gendongan bibi Mei, sementara sang bibi tidak mengatakan apapun ketika Ercy menyuruhnya menunggu.

"Jadi?" Ercy menuntut kembali ketika mereka sudah duduk di sebuah kursi taman.

"Apa kau membaca inisial G di surat itu?"

"Ya."

"Sebenarnya itu bukan namaku."

Ercy berdecak, "jangan coba-coba membodohi ku. Jelas-jelas nama mu adalah Geovanni! Dan lagi, bagaimana ada inisial G di surat jika kau memang bukan pelakunya! Kau sudah tertangkap basah masih mengelak juga!"

Geo mengusap wajahnya, "aku mengakui, memang aku yang meletakkan surat di lokermu. Tapi itu bukan dariku, melainkan aku di suruh oleh seseorang."

"Tidak ada orang lain dengan inisial G selain dirimu." Gerutu Ercy.

Geo tersenyum kecil, "Ada. Inisial G tidak mesti nama depan bukan?"

"Hah?" Ercy berkedip bingung.

Geo tertawa. "Kau melupakan satu nama yang juga berinisial G. Gillard. Kau melupakan nama Gillard."

Mata Ercy membelalak. Meskipun dia bodoh, dia tahu jelas siapa yang di maksud oleh Geo.

"Gillard... Pangeran?"

Geo nampak puas. "Kau mendapatkan point nya." Geo membenarkan posisi duduknya, "Suatu hari aku sedang berada di taman sekolah sendirian, mengerjakan tugas rumah ku. Lalu aku melihat pangeran sedang duduk tidak jauh dari ku sambil termenung. Aku mendatangi nya dan bertanya. Namun aku terkejut ketika dia tiba-tiba bertanya apa yang harus di lakukan untuk membuat bayi senang. Dia menjelaskan mengapa alasan bertanya padaku tentang itu, karena aku punya adik dan menyukai anak-anak."

Ercy hanya bungkam, setia mendengarkan penjelasan Geo, "lalu aku menyarankan untuk memberikan banyak benda semacam mainan, susu kesukaan, atau sejenisnya. Pangeran diam memikirkan sesuatu, lalu esoknya dia memberiku sepucuk surat dan paperbag, menyuruhku untuk meletakkan itu di lokermu. Dari situ aku sadar, kalau dia sebenarnya ingin menyenangkan anaknya, namun tidak tahu caranya bagaimana. Aku mengerti itu, dan aku membantunya dalam rencananya. Maaf jika kau merasa tidak nyaman."

Ercy merasakan jantung nya berdegup kencang. Menyenangkan anaknya? Seorang Xaviero yang sangat membenci Leo? Tapi mengapa demikian?

Ercy menatap kedua telapak tangannya. Seingat nya, dalam ingatan Aileen Xaviero benar-benar tidak menginginkan anak itu. Namun mengapa diam-diam dia ingin menyenangkan Leo?

"Meskipun aku kehilangan adikku dan pernah masuk rumah sakit jiwa, aku bukan pedofil, Ercy. Sebelum menuduh seseorang seperti itu, kau harusnya mencari tahu dulu lebih jauh, aku hanya sekedar mengingatkan agar kau tidak melakukan itu pada orang lain di kemudian hari. Bagaimana jika orang itu tersinggung? Karena itu aku, aku tidak masalah sama sekali. Aku juga berpikir bahwa aku keterlaluan, aku membuatmu takut. Aku minta maaf." Geo tersenyum tulus.

Ercy masih berusaha mencerna segalanya. Namun dia tetap mengangguk, "aku juga minta maaf. Perasaan mu pasti sakit karena di tuduh seperti itu. Aku akan menerima jika kau membenci aku."

Geo menepuk kepala Ercy lembut. "Kau seorang ibu, kau memiliki naluri untuk melindungi anakmu. Menurut ku itu wajar bereaksi semacam itu."

Ercy mengangguk. "Syukurlah kau tidak marah. Aku jadi tidak enak." Ercy diam sesaat, mempertimbangkan untuk bertanya, "kenapa Xavier melakukan itu? Dia membelikan banyak barang untuk Leo, dia sebenarnya menyayangi Leo? Lalu mengapa dia tidak beri sendiri?"

Geo mengangkat bahu. "Dia tidak menceritakan alasannya. Mungkin itu privasi yang tidak ingin dia bagi, soalnya ini sepertinya berhubungan dengan kasih sayang ayah ke anaknya yang dia tidak ingin orang lain tahu. Coba kau tanyakan sendiri saja padanya. Sejujurnya mustahil ada yang tidak suka Leo, dia imut." Geo tertawa. Ercy setuju, Leo memang sangat imut dan tampan. Bahkan sebagai bayi Leo sudah menunjukkan bibit ketampanan.

Setelah berbincang sedikit Ercy pun pamit dan berpisah dari Geo. Otaknya masih berputar memikirkan segala pertanyaan tentang hal ini.

Ercy mengangguk pada dirinya sendiri, besok dia akan coba bertanya langsung pada Xaviero. Dia tidak bisa menahan rasa penasarannya, dan dia berhak untuk tahu segalanya.

Seakan deja vu, ercy tercengang di tempat ketika melihat Leo berada dalam gendongan seseorang. Kali ini bukan di gendongan bibi Mei ataupun Geo. Namun dalam gendongan seorang pria berambut hitam yang sangat tampan. Pria itu berdiri membelakanginya, sementara bibi Mei terus tersenyum pada sosok itu.

Bibi Mei menyadari kehadiran Ercy, kemudian dia berbalik dan tersenyum lebih lebar dari sebelumnya, "nyonya!"

Sosok itu memutar tubuhnya dan tatapannya bertabrakan dengan Ercy. Ercy diam membeku.

Orang itu Xaviero. []

TBC

Percayalah ini alurnya aku cepatin kali, sampe keknya ngelompatin beberapa ide yang udah aku susun, soalnya kalo aku turutin nanti cerita ini bakal menjelma jadi sinetron Tersanjung dan Tukang bubur naik haji yg gak tamat-tamat sampe ribuan eps ^^

Btw aku sebenarnya pengen update pas malam taon baru, cuma gak mood aja ngetik sama sekali, jadinya aku undur, eh dapat mood buat ngetik pas besoknya ujian. Besok aku ujian ges, bukannya belajar malah ngetik ini demi kalian, hiks srooott

Transmigration Freak!!!Where stories live. Discover now