Shoes for Wei Ying

437 82 19
                                    

Alkisah di suatu negeri yang jauh di sana---tidak ada dalam peta---terdapat suatu desa yang begitu damai

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

Alkisah di suatu negeri yang jauh di sana---tidak ada dalam peta---terdapat suatu desa yang begitu damai. Desa yang terletak begitu jauh dari kehidupan kota yang menyesakkan. Namun, desa yang cukup makmur, damai sejahtera, gema ripah loh jinawi, persis seperti semboyan punya negara tetangga.

Hampir seluruh penduduknya bekerja untuk memenuhi kebutuhan dengan bercocok tanam dan berternak, hidup dalam kesederhanaan.

Sebenarnya mereka memiliki banyak uang, tetapi kehidupan hedonis tidak ada di kamus mereka. Namun, semua itu berubah saat satu keluarga yang mengaku orang kota tinggal di desa mereka. Keluarga pengrajin sepatu kulit, yang konon katanya telah bekerja bertahun-tahun untuk mengabdi di keluarga kerajaan.

Awalnya keluarga itu hanya membeli kulit-kulit kualitas terbaik dari para peternak dan tukang jagal di sekitar tempat tinggalnya. Namun, semakin lama, bisnis sepatunya semakin maju. Mereka memiliki peternakan kecil.

Semua itu terjadi karena para penduduk desa yang biasanya tidak memperhatikan gaya berpakaian, kini berubah menjadi fashionable. Semua itu berkat salah satu anak dari keluarga Lan---keluarga dari kota yang baru pindah---namanya Lan Wangji, dengan style hip hop dan sepatu kulit kece menjadi kiblat para anak muda yang gaya-gayaan ingin terlihat kekinian, berkat dari promosi yang halus dan model tampan, sepatu kulit buatan keluarganya laker (laku keras) di pasaran.

"Wangji, berapa lagi pesanan yang masuk? tanya lelaki di sampingnya yang kini tengah memotong lembaran kulit itu. Dia adalah kakak keduanya, Lan Xueyang.
(Jangan protes suka-suka author.)

"Ahh, aku lelah sekali! Pinggangku mau lepas!" keluh pemuda satunya lagi yang bekerja sebagai tukang jahit. Dia adalah kakak pertamanya, Lan Xichen.

Sedangkan Wangji sendiri tidak menjawab pertanyaan kakaknya, dia sedang begitu khusuk mendesign pola sepatu yang dia yakini sebagai maha karya terbaik ciptaanya.

Terdengar suara lonceng berbunyi bertanda seseorang memasuki toko sekaligus wilayah tempat kerjanya. Mata tajam Wangji melirik ke arah pintu dengan garang, seolah-olah siap menerkam siapa pun yang datang hanya untuk mengganggu.

Bukan rahasia umum lagi jika tiga bersaudara itu merupakan idola di kampungnya, dari gadis belia, ibu-ibu, janda, bahkan, sampai uke mengantri hanya untuk membeli sepatu, jelas itu hanya sebuah alasan, pada kenyataannya, mereka mengantri hanya untuk melihat tiga orang pemuda tampan bak seorang pangeran.

Bahkan, tidak sedikit yang dengan sengaja memesan design sendiri, hanya agar bisa berlama-lama berkonsultasi kepada salah satu dari mereka. Menyebalkan, begitulah yang selalu diucapkan Wangji. Maka kedua kakaknyalah yang akan otomatis bangkit dan menyambut pembeli, sebelum Wangji mengusirnya.

Xueyang yang ramah namun licik akan menjadi andalan mereka, sedangkan Xichen yang baik pasti akan tidak enak menolak yang ujung-ujungnya kebingungan sendiri. Itu yang membuat Wangji kesal.

Tampak lelaki tua berjanggut membawa sebuah gulungan di tangannya, dengan senyum begitu cerah melangkahkan kaki masuk yang terkesan terburu-buru, Lan Xichen, kakak tertua tujuannya.

Shoes For Weiying (Oneshoot) Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz