Episode 15

85 24 6
                                    



"Penyihir tua, kali ini pun kau tak akan berhasil." Anak kecil bermata emas itu berbisik sambil menatap tajam ke arah jeruji besi di depannya.

Penjara besi itu sangat kecil dan tersembunyi di bagian sudut gubuk, hanya beralaskan jerami.

Anak kecil itu meringkuk di sudut, ia memejamkan matanya sejenak. Ketika menarik napasnya dalam dengan posisi yang tidak berubah, ia mengingat-ingat wajah Mina lagi.

Rasa bersalah itu muncul lagi karena telah menipunya.

Anak itu menghembuskan napasnya dengan kasar, "Mina, ini pasti sulit untukmu.. aku akan menyelamatkanmu"

Anak kecil itu kini menyapu jerami yang ada di sekitar kakinya. Terlihat sebuah tempat penyimpanan yang memang di sembunyikannya. Anak itu memastikan wanita tua sedang sibuk dengan persiapan kebangkitan, kemudian ia segera mengeluarkan benda yang disimpannya baik-baik disana. Itu adalah sebuah pisau buah yang dicurinya dari kediaman Jin tempo hari. Anak itu mengambil pisau buah dan menyayat telapak tangannya, ia meringis saat melihat darah mengalir dari sana.

Anak itu menyebutkan sesuatu dengan pelan dan dengan ajaib ia sudah berada di bagian luar gubuk itu. Anak itu segera menuju ke kandang belakang, mengoleskan darahnya di bagian mata dan kepala dua orang dewasa yang berbaring disana. Anak itu kembali menyebutkan sesuatu dengan pelan, mata keemasannya membuat bagian darah yang ada pada wajah orang dewasa tadi jadi bersinar. "Tolong dengarkan doaku, lepaskan pengaruh jahat dari mereka." Ucapnya sambil menyatukan tangan di depan dada

Anak itu terus melantunkan doa-doa yang membuat luka di tangannya menjadi sembuh, lalu dua orang dewasa tadi berhasil sadar dari pengaruh jahat.

Anak itu tidak bisa menanti hingga kedua orang itu sadar, ia mengambil gerobak dan berusaha membawa dua orang itu dengan gerobak tadi. Walaupun masih berusia sekitar 10 tahun, tapi anak itu dapat mengangkat beban orang dewasa. Mungkin itu akibat kerja keras yang dilakukannya selama menjadi budak di rumah wanita gila di tengah hutan.

Anak itu terus berjalan mendorong gerobak, dengan gerakan cukup cepat. Mungkin sudah hampir satu jam ia mendorong gerobak berisi dua orang dewasa, bulir keringat sudah membasahi sekujur tubuh dan tampak tenaganya sudah terkuras habis. Dia berbaring menatap langit karena kakinya sudah tak dapat digerakkan. Tepat di saat itu terdengar lolongan dari tempat yang cukup jauh.

"Ah sial. Aku sudah ketahuan." Umpat anak itu masih sambil berbaring, bahkan rasa tubuhnya tak dapat bangun walau ia harus kembali melanjutkan perjalanan.

"Aku.. harus.. huuh" percobaannya untuk bangun gagal. Tubuhnya tak dapat digerakkan. Anak itu kembali menatap langit malam, "sebentar lagi aku harus bertahan sebentar lagi"

"Oppa?"

Anak itu mendengar suara dari arah gerobaknya. Entah mengapa ia merasa sangat takut, ia memilih berpura-pura tidur.

Dita bangun dalam keadaan bingung, "bagaimana kita berada disini? Jelas terakhir kali kita berada di rumah eyang.."

Dita menoleh dan melihat tubuh Jin di sebelahnya, "oppa?" Segera ia memeriksa apakah suaminya itu terluka. Dita memeluk suaminya dengan erat selama beberapa detik lalu bangun untuk keluar dari gerobak tadi.

Dita melihat sekeliling, ia melihat banyak sekali kunang-kunang yang mengelilinginya seolah menyambut kedatangan Dita. Kunang-kunang itu kemudian menuju ke tubuh seorang anak yang tergeletak dekat gerobak, Dita mengerjap melihat anak yang begitu kurus itu berbaring tak berdaya disana.

Dita mendekat padanya, "nak, kau baik-baik saja?" Dita menyentuh tubuh anak itu, mengecek suhu anak itu dengan perlahan. Rambut panjang berwarna hitam pekat itu membuat Dita harus menyisirnya kebelakang untuk dapat melihat wajah anak ini.

Eternal Love Part 2✅️Where stories live. Discover now