6. Complicated

163 27 7
                                    

Selesai membersihkan diri dan berpakaian, Reina masih enggan untuk keluar dari kamar ia bingung namun sambil mengingat-ingat wajah wanita paruh baya yang baru saja menemuinya di kamar.

Tok!

Tok!

Tok!

"Aku akan segera keluar!" Ucapnya gelagapan, namun saat ia hendak menekan kenop pintu benda itu telah ditekan lebih dulu dari arah luar hingga pintu itu terbuka dan menampilkan presensi yang membuat Reina menganga dan dengan segera menutup mulutnya dengan kedua belah tangan karena saking terkejutnya.

"S-sajangnim?!!" Reina terkejut bukan main, ternyata benar ia pernah melihat wanita yang tadi menemuinya, wanita itu adalah ibu Lucian Reina sering melihat foto keluarga mereka yang Lucian pajang pada meja kerja dan yang berukuran besar pada tembok ruangan kerjanya.

Lucian menutup pintu, dan segera menarik tangan Reina untuk duduk pada sofa empuk yang ada di kamar itu.

"Dengarkan aku baik-baik" perintah Lucian, mendengar itu Reina hanya mengangguk-anggukan kepalanya dengan matanya yang mengerjap beberapa kali seperti orang bo*doh.

"Saat di meja makan nanti jangan membantah setiap ucapan yang aku keluarkan, cukup kau iyakan apa kau paham?"

"Maaf...Saya masih tidak mengerti sajangnim" Reina bingung pikirannya bercampur aduk, pertanyaan-pertanyaan memenuhi kepalanya.

"Bagaimana saya bisa berada disini sajangnim?".

"Nanti saja aku jelaskan, sekarang kita harus cepat keluar orangtuaku sudah menunggu di bawah" kemudian Lucian kembali meraih tangan Reina yang masih terlihat enggan beranjak dari tempat duduknya.

Di Ruang makan

"Kemari nak, ayo duduk disini sebelah ibu" mendapatkan perlakuan manis dari nyonya Park Reina menjadi kikuk sekaligus salah tingkat.

"Iya nyonya terimakasih" Reina pun segera mendudukkan dirinya di tempat yang sudah disediakan untuknya. Duduk dengan sangat kaku dengan menyatukan kedua belah tangannya diatas pangkuannya, ia sangat gugup! Di tambah dengan kehadiran tuan Park yang duduk di bagian Ujung meja makan reina semakin menciut.

"Kekasihku memang sangat pemalu bu, sangat sulit untuk membawanya kemari" Lucian berucap sembari mencoba menyentuh kaki Reina dengan Kakinya di bawaj meja sana.

"Eoh iya nyonya bagaimana, eoh maafkan aku" kaget Reina saat kakinya disentuh dibawah sana.

"Jangan takut nak, kami tidak akan memakanmu" nyonya park terkekeh kemudian memegang bahu Reina untuk menenangkannya.

"Siapa nama calon menantuku ini Lucian?", mendengar itu jantung Reina rasanya ingin melomlat keluar dari tempatnya dan ia ingin segera menghilang dari ruangan itu.

"Rossie", Reina kesal dan mencebik saat mendengar Lucian salah menyebutkan namanya, karna memang faktanya Lucian tidak pernah mengingat nama aslinya.

"Nama yang sangat bagus, sesuai dengan wajahnya yang sangat cantik" Puji nyonya park, "Sayang ayo sapa dulu calon menantu kita, kau membuatnya takut" ucap nyonya Park kepada suaminya yang hanya duduk diam di ujung sana.

"Makanlah dulu, nanti baru mengobrol" ajak Tuan Park.

"Benar juga, ayo kita makan dulu" Nyonya park segera mengambilkan makanan kedalam piring suaminya, namun Reina masih terdiam membatu.

"Sayang ayo makan dulu" Ajak Jimin yang duduk diseberangnya, nada bicara Lucian terlampau lembut sehingga Reina merinding saat mendengarnya, dan ini kali pertama ia mendengar Lucian banyak bicara.

Rossie (JM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang