#13

128 20 4
                                    

Hujan deras tengah menguyur di luar sana. Sambaran kilat dan suara petir saling beradu menambah suasana mencekam. Aura ketegangan begitu terasa di rumah kecil kediaman milik keluarga Bae. Dua anak adam hawa tengah duduk bersimpuh dihadapan kedua orang tua paruh baya yang menatap mereka dengan tatapan sulit diartikan.

Hening.

Suara denting jam bahkan terdengar jelas. Suho menelan ludah berat. Meski ia tertunduk dapat dirasakan tatapan tajam yang dilayangkan kearahnya. Ia tidak akan mengira akibat apa yang terjadi saat ia mengatakan kebenaran pada orang tua Irene. Sedangkan wanita disebelahnya itu meremas ujung hoodienya dengan sesekali melirik orang tuanya.

Tak hentinya mulut Irene bergumam kecil merutuki kesialan yang terjadi hari ini. Padahal tadi pagi ia masih memikirkan cara untuk memperkenalkan Suho kepada keluarganya. Tapi mendadak laki-laki itu sudah datang lebih dulu tanpa diundang. Memperkenalkan dirinya sebagai kekasihnya di hadapan kedua orang tuanya. Ini gila pikirnya. Dia belum mempersiapkan dirinya untuk situasi yang terjadi secara tiba-tiba. Tatapan dingin dari ibunya sudah menyimpulkan keadaannya dimasa mendatang.

Lenguhan nafas sang ayah terdengar berat."Jadi kau adalah pacar anakku?. Sepertinya kau bukan dari kalangan orang biasa. Lalu apa pekerjaanmu?" Suara berat sang ayah menginstrupsi memecah ketegangan yang terjadi di sana.

"Nde ahjhusi. Saya adalah seo---"

"Dia hanya karyawan biasa appa." Sela Irene cepat memotong ucapan Suho. Irene melirik pria disebelah yang juga melakukan hal sama. Dengan tatapan bertanya Suho seperti bertelepati lewat matanya. Irene menggelengkan kepalanya agar Suho menuruti apa yang dia ucapkan. Namun Suho seakan tak ingin mengerti.

"Tidak ahjumma, ahjushi saya adalah seorang CEO pemilik perusahaan KJ corporation." Ucap Suho jujur.

"Wah daebak eonnie kau berkencan dengan seorang bos perusahaan besar." Celetuk Suzy yang langsung dapat tatapan menyalang dari ibunya. Suzy menciut menutup mulutnya rapat-rapat. Melihat itu Irene mengulum senyum puas. Sedari tadi anak itu membuatnya kesal, ingin sekali ia menghajar mulut cerewetnya itu.

Tidak perlu heran. Suzy berkuliah di jurusan bisnis jadi dia mengetahui beberapa perusahaan besar yang ada di Korea. Salah satunya perusahaan milik Suho.

"Kenapa kau berbohong Irene?" Kini pertanyaan yang terkesan mengintimidasi tertuju padanya.

Irene hanya menunduk dia sudah ketahuan bohong. Apa lagi yang bisa ia jelaskan pada ayah dan ibunya. Belum lagi pria disebelahnya selalu menepis kebohongan yang ia buat. Bahkan saat ibunya bertanya tentang ia tak pulang semalaman pun di jawab Suho dengan jujur. Jikalau ia dan pria itu bersama semalaman. Habis ini matilah ia. Dia tidak habis pikir pada Suho yang memiliki nyali besar. Padahal dirinya saat ini sedang mencoba untuk menyelamatkan pria itu meski dengan bumbu-bumbu kebohongan.

"Irene aku perlu bicara padamu. Suho-ssi kau silahkan pulang." Ucap Ibu Bae dengan raut wajah datar.

Irene menatap ibunya dengan tatapan penuh tanya sedangkan Suho mengangguk paham. Sebelum keluar pria itu menyalami kedua orang tua Irene. Wanita itu hanya melihat kepergian Suho dengan hati yang kecewa. Dia merasa sangat tidak enak hati pada Suho terlebih lagi terhadap perlakuan orang tuanya. Terbanding terbalik saat ia justru diterima dengan hangat dalam keluarganya namun kedua orang tua Irene menyambutnya dengan dingin.

Kini Irene berada di dalam kamarnya bersama dengan sang ibu. Masih dengan kepala yang tertunduk wanita itu tidak berani menatap pada ibunya. Kecewa, terlihat dalam iris bola mata nyonya Bae. Dia sangat menyayangkan prilaku putrinya yang tidak bermoral. Suka berbohong dengannya dan lebih parah lagi baru berkencan sudah berani tidur bersama.

Nyonya Bae melayangkan pukulan demi pukulan pada punggung wanita itu. Mengumpat dengan perkataan yang menyakitkan. Irene hanya terdiam ia memejamkan mata merasakan sakit dan perih yang menjalar di tubuh belakangnya. Dan sesak didada saat ibunya menghinanya. Ia salah dan memang pantas untuk dihukum. Rasa bersalah itu semakin menjadi kala tangis ibunya pecah. Hati ibu mana yang tega melihat putrinya hanya diam menerima setiap hukuman yang ia layangkan. Nyonya Bae memang marah dan kecewa tapi Irene tetaplah putrinya, darah dagingnya. Hatinya terenyuh melihat Irene yang tak bergeming sekalipun. Nyonya Bae lantas membawa tubuh putrinya itu dalam pelukannya. Menumpah ruahkan rasa yang berkecamuk dalam dirinya. Anak dan ibu itu saling menangis dalam derasnya hujan.

Can I have u miss bae?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang