13. Homey

14.2K 601 2
                                    

Aku menguap lebar merasakan kantuk melandaku. Mataku sudah terasa berat dan rasanya mau memejamkan saja kelopak mataku ini. Kusandarkan kepalaku ke bahu Aldo yang duduk disebelahku dengan ponsel ditangannya. Aldo menoleh dan menepuk puncak kepalaku kesal.

"Jangan tidur aku bilang!" Nadanya kesal. Aku mendengus dan mengangkat kepalaku lagi dari bahunya.

"Ngantuk sayang. Please deh." Kuputar bola mataku. Bagaimana bisa suami melarang istrinya tidur sih? Ini mata udah kaya ditempelin lem korea tau!

"Iya aku tinggal disini mau?"

"Ih jahat banget jadi suami! Udah ga bisa ngapa-ngapain istri jadi istrinya ditinggalin aja di negara orang."

"Bandel sih. Bentar lagi kita juga bakal dipanggil buat terbang. Di pesawat kau bisa tidur pulas."

Aku mendengus. Mengambil ponsel didalam tas sandang berwarna kuning gading yang sewarna dengan sepatuku. Mengutak-atiknya, membuka-buka aplikasi sosial media yang ku punya.

Ketika itu aku baru menyadari sebuah pesan singkat di aplikasi 'blackberry messanger'ku. Pesan dari mom, yang dikirimnya pukul sebelas tadi, tandanya sudah tiga jam aku tidak membaca pesan itu.

'Kapan sampai? Mom udah kangen!'

Ada tiga ping, dan satu pesan lagi 'kami semua menunggu kalian."

Aku terenyuh, terharu sekali. Saat kepulanganmu sangat dinanti oleh orang-orang yang kau tinggalkan. Satu bulan lebih, setelah kami menyelesaikan urusan kami disini. Urusan menambah orang yang kami bawa pulang.

Selama satu bulan aku banyak menghabiskan waktu berdua dengan suamiku ini. Layaknya bulan madu kesekian kalinya. Pacaran puas-puas mengelilingi Hongkong, berhenti memikirkan perkataan orang lain tentang hubungan kami, berusaha mengerti satu sama lain dan mempererat perasaan yang kami miliki berdua.

Hingga dua hari lalu benih itu dimasukan ke perutku dan aku dengan jelas dinyatakan dalam keadaan hamil sekarang. Membawa janin didalam perutku kemana-mana membuatku cemas untuk berpergian. Hingga akhirnya dokter mengatakan aku tidak masalah untuk terbang. Dan pertanyaan mom dan mama yang beruntun setiap hari semenjak aku keceplosan bilang kalau kami sudah melakukan bayi tabung, membuatku pusing tujuh keliling dan akhirnya memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Aldo sempat menolak dan memintaku untuk melahirkan disini saja yang sempat kujawab dengan penolakan tegas. Aku ingin melahirkan ditengah keluargaku. Walaupun kebanyakan orang akan lebih bangga melahirkan anaknya diluar negeri, prinsipku berbeda saat ku pikirkan Indonesia adalah tempat yang baik untuk melahirkan anakku nanti.

Suara wanita pemberi informasi terdengar nyaring. Dia mengatakan bahwa penerbangan Hongkong-Jakarta akan segera berangkat dengan pesawat pesanan kami. Jelas, itu adalah peringatan bagi kami berdua untuk bersiap menuju pesawat tersebut.

Sebelum aku mengubah mode ponselku ke flight mode, ku ketikan pesan balasan pada mom.

'I'm coming mom. Wait 5 hours!'

***

"Jeje!" Itu teriakan mom. Pasti! Mama mana mau berlaku seperti itu. Malahan mama yang akan menjewerku kalau aku teriak-teriak seperti itu di keramaian seperti ini. Nah lihat, Aldo geleng-geleng kepala melihat tingkah laku ibu kandungnya itu.

Aku melepaskan pegangan koper ditanganku dan ikut merentangkan tanganku seperti mom yang merentagkan tangannya minta aku peluk. Dengan langkah yang semakin lebar ku peluk mom yang masih berdiri ditempatnya. Mom tidak henti bertanya keadaanku dan bayiku. Aldo? Boro-boro ditanyain ya, ngelirik dia aja mom tidak.

Setelah mom, aku memeluk mama. Untunglah aku mempunyai mama yang tidak bertingkah aneh juga. Tidak terbayang jika mereka punya sifat yang sama. Yang kutakutkan mereka malah akan bertengkar demi memelukku duluan. Tapi mengingat mama yang bersikap dewasa membuatku tidak kewalahan.

Waiting BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang