5 | Murkanya Manda

1.1K 82 0
                                    

Setelah mendengar semua penjelasan dari Roni di Polda Garut, Tika pun segera memutuskan untuk mengambil tugas itu untuk ditangani bersama Manda, Lili, dan Yvanna. Mereka bertiga kini keluar dari Polda dan langsung hendak menuju ke kediaman Keluarga Adriatma untuk menemui Yvanna. Saat itu sudah jam sebelas siang, sehingga Manda dan Lili meminta pada Tika untuk mampir sebentar di Dream Cafe yang dikelola oleh Jojo dan Aris. Mobil milik Tika benar-benar berbelok dan parkir di depan Dream Cafe. Mereka bertiga turun dari sana lalu segera masuk ke dalam Cafe tersebut.


Aris dan Jojo jelas melihat kedatangan mereka saat itu. Bahkan Zian dan Ben yang sedang membeli kopi serta cemilan setelah baru saja mengunjungi lokasi proyek pun ikut menatap ke arah mereka bertiga.

"Assalamu'alaikum, Kak Jojo," sapa Lili dengan penuh keceriaan seperti biasanya.

"Wa'alaikumsalam, Lili. Kamu dari mana sama Kak Tika dan Manda?" tanya Jojo.

"Dari Polda Garut, Kak," jawab Lili.

"Langsung saja pesan. Kita mau ketemu Yvanna dan kerja seperti biasanya. Jangan buang-buang waktu," ujar Tika sambil merebut kopi milik Zian yang baru saja menghampiri dirinya.

Zian melongo selama beberapa saat karena gelas kopinya direbut oleh Tika tanpa aba-aba. Ben tertawa saat melihat Zian yang tidak berani protes kepada Tika.

"Ada pekerjaan yang menyangkut hal-hal mistis lagi, Kak?" tanya Ben.

"Iya. Dan kali ini aku lebih baik langsung menyerahkannya kepada Yvanna, daripada mencari-cari tahu lebih dulu. Masalahnya korban sudah berjatuhan dan kali ini masih ada orang yang dilaporkan menghilang serta belum diketahui keberadaannya," jawab Tika dengan ekspresi yang tampak sangat gelisah.

"Korban berjatuhan? Maksudnya, si korban mengalami hal buruk atau meninggal?" tanya Zian.

"Meninggal, Zi. Aku ingin sekali menjelaskan, tapi aku bingung mau jelaskan dari mana. Kasus ini cukup memusingkan."

Ponsel milik Tika berdering dan penelepon yang menghubunginya adalah Biantoro. Tika segera mengangkat telepon itu dan mengaktifkan mode loudspeaker karena sedang malas menempelkan ponsel ke telinga.

"Assalamu'alaikum, Pak Bian," sapa Tika.

"Wa'alaikumsalam, Letnan Tika. Bagaimana? Apakah anda sudah bertemu AKP Roni dan mengambil alih kasus yang sedang dia tangani?" tanya Biantoro.

"Alhamdulillah sudah, Pak. Saat ini saya sedang dalam perjalanan dan akan segera mengerjakan kasusnya," jawab Tika.

"Bagus kalau begitu. Oh ya, bagaimana pertemuan anda dengan AKP Roni? Apakah benar-benar tidak ada kesempatan jika AKP Roni ingin mengenal anda lebih dekat, Letnan Tika? Tadi AKP Roni menelepon saya dan mengatakan bahwa dia cukup tertarik kepada Anda dan ingin mengenal anda lebih dekat," jelas Biantoro.

Tika pun mendadak siap untuk mengeluarkan caci maki nya, meski masih tertahan di ujung lidahnya. Zian bisa mendengar hal itu dengan jelas dan ekspresinya benar-benar terlihat marah di dalam diamnya. Tika baru saja hendak bicara lagi pada Biantoro, namun ponselnya sudah terlanjur direbut oleh Manda. Manda memberikan tanda pada Tika untuk diam kali itu.

"Pak Bian, ini saya Letnan Manda. Bukankah tadi pagi Pak Bian sudah mendengar langsung dari Kakak saya, bahwa Kakak saya sudah memiliki calon Suami yang telah disetujui oleh seluruh anggota keluarga besar kami? Apakah bagi Pak Bian hal itu masih kurang jelas?" tanya Manda dengan tegas.

Ben, Zian, Lili, Aris, dan Jojo tampak berdebar-debar saat itu ketika melihat Manda mengeluarkan amarahnya. Pasalnya, Manda jelas tidak bisa menahan-nahan diri jika sudah merasa marah akan suatu hal. Bahkan Ben pun pernah mendapatkan kemarahan dari Manda secara langsung dan tanpa basa-basi.

"Bukan begitu maksudnya, Letnan Manda. Maksud saya ...."

"Kalau boleh jujur, Pak Bian, saat ini kami menerima kasus dari Pak Roni hanya karena menghargai anda sebagai teman dekatnya. Jika bukan karena anda, maka kami tidak mau peduli sama sekali dengan kasus itu. Jadi, jika anda masih juga tidak paham dan tidak berhenti berusaha menjodoh-jodohkan Kakak saya dengan teman-teman dekat anda, maka kami akan membatalkan penerimaan kasus ini. Kami tidak akan peduli lagi dengan nama baik anda yang harus kami jaga, dan keluarga besar kami akan membuat tuntutan kepada anda tentang membuat ketidaknyamanannya saat bekerja terhadap bawahan. Anda sudah siap menerima tuntutan semacam itu dari Keluarga Harmoko?" Manda sengaja menyudutkan Biantoro dengan cepat.

Biantoro tampak kesulitan memberikan jawaban di seberang sana.

"Jika anda paham bahwa Kakak saya tidak suka dijodoh-jodohkan dengan teman dekat anda, maka kami akan melanjutkan mengurus kasus ini. Tapi jika anda masih juga berusaha berbuat tidak pantas seperti itu, maka kami benar-benar akan berhenti mengerjakan kasus ini. Oh ya, satu hal lagi," Manda mengalihkan tatapannya pada Zian. "Saat ini saya bicara dengan anda disaksikan langsung oleh calon Kakak ipar saya, yang tidak lain adalah calon Suami Kakak saya. Anda mungkin tidak hanya akan mendapatkan tuntutan dari keluarga besar saya jika masih juga berbuat tidak pantas kepada Kakak saya, tapi juga akan mendapat tuntutan dari keluarga besar calon Kakak ipar saya. Berikan jawaban pada saya sekarang juga tentang keputusan anda. Silakan, Pak Bian," titah Manda.

"Oke! Oke kalau memang Letnan Tika benar-benar sudah tidak bisa didekati oleh pria mana pun! Tolong jangan laporkan hal yang macam-macam tentang saya. Tolong kerjakan saja kasus dari AKP Roni, lalu setelah itu kalian kembalilah ke Subang dan langsung temui saya," jawab Biantoro.

"Kenapa kami harus langsung menemui anda ketika kembali ke Subang? Anda mau langsung memecat saya dan Kakak saya karena merasa tidak suka dengan jawaban-jawaban dari kami? Saat ini percakapan telepon kita sudah direkam sejak awal, Pak Bian. Jadi jangan macam-macam! Kartu buruk anda ada di tangan kami. Oh ya, satu lagi ... ini benar-benar yang terakhir Pak Bian. Perlu anda ketahui bahwa Ibu kami mengenal Istri anda beserta keluarga besarnya dengan sangat dekat. Derajat keluarga kami setara dengan derajat keluarga besar Istri anda. Jadi anda pasti paham bukan, bagaimana jika pada akhirnya dua keluarga besar bertemu untuk membahas masalah buruknya moral salah satu menantu dari keluarga tersebut? Ingat baik-baik Pak Bian, Kakak saya adalah wanita terhormat, jadi jangan pernah coba-coba melecehkannya dan mengobralnya kepada sembarang laki-laki di luar sana. Kakak saya bukan perempuan murahan, dan saya harap anda tahu di mana batasannya," balas Manda, terdengar sangat kejam.

Manda pun langsung memutuskan sambungan telepon itu setelah membuat Biantoro kalang kabut di seberang sana. Manda mengembalikan ponsel itu ke tangan Tika yang masih terpaku di tempatnya, akibat rasa tak percayanya dengan tingkah laku Manda yang bisa berubah menjadi sekejam itu.

"Sometimes we need to be a little rough, to get rid of crazy people like Biantoro," ujar Manda kepada Tika seraya tersenyum seperti biasanya, lalu kemudian berlalu untuk mengambil pesanannya.

Tika kini menatap ke arah Ben dan Zian dengan ekspresi bingung.

"Sepertinya Adikku yang satu itu punya dua kepribadian," bisik Tika.

"Atau ... dia hanya mencoba melindungi kamu dengan caranya sendiri, karena dia sayang terhadap dirimu," balas Zian, seraya menyodorkan gelas kopinya kembali kepada Tika.

* * *

TUMBAL SUSUANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang