7. Too Much Information

185 28 1
                                    

Author's pov :

Siren Island, tempat di mana para siren akan memanggilmu dan membuatmu tenggelam dalam kenyamanan yang semu. Begitulah motto dari Siren Island. Dan Seokjin rasa kalimat itu benar adanya. Pasalnya pulau wisata tersebut memang menyediakan berbagai fasilitas liburan yang lengkap. Namun, tentu saja ada harga yang harus dibayar untuk setiap fasilitas. Itulah mengapa ia menyebutnya kenyamanan yang semu.

Dan di sinilah Seokjin sekarang, duduk seorang diri di pinggir Pantai Siren untuk melarikan diri sejenak dari huru-hara keluarga kecilnya yang kian memuncak. Ia sendiri masih tidak percaya dengan apa yang ia dengar dari mulut anak bungsunya kemarin. Meskipun Soobin terkesan pendiam dan tenang, namun ia seperti bom waktu yang bisa meledak di saat-saat yang tidak terduga. Seokjin yakin, anak itu pasti memendam banyak hal di dalam hatinya. Ia khawatir jika hal tersebut nantinya bisa berakibat buruk pada si bungsu.

Namun, itu bukanlah satu-satunya masalah yang mengganggu pikirannya sekarang. Sekitar satu bulan yang lalu, ia sempat berdebat panjang dengan Namjoon. Perdebatan ini pun diakhiri dengan pertengkaran di antara keduanya. Dan sebagai akibat dari pertengkaran tersebut, Seokjin memutuskan untuk berjaga jarak dari suaminya itu hingga hari ini.

Meskipun begitu, sepertinya dunianya tidak pernah berputar jauh-jauh dari Namjoon. Faktanya, pulau wisata ini tidak akan ada tanpa otak cemerlang miliknya. Seokjin tidak pernah berbohong ketika ia berkata bahwa suaminya itu merupakan seorang perencana yang ulung. Setiap hal yang direncanakannya selalu ia rancang dengan sangat detail dan memiliki tingkat keberhasilan tinggi. Tidak heran jika ia berhasil mendirikan sebuah perusahaan raksasa di usia muda.

Hal yang paling menarik adalah bahwa pria itu benar-benar rendah hati. Ia selalu berkata bahwa keberhasilannya tidak pernah luput dari peran penting orang-orang di sekitarnya. Dan tentu saja, ia selalu menyebutkan nama Seokjin sebagai orang yang memiliki peran terbesar dalam hidupnya.

Tidak. Sekarang bukan waktunya bagi Seokjin untuk memikirkan tentang pria itu. Keberadaannya di Siren Island sekarang adalah untuk melepas penat dan melupakannya sejenak. Namjoon bukanlah porosnya. Hidupnya tidak berputar pada pria itu saja. Bukankah begitu?

Keadaan Siren Island kini sepi pengunjung mengingat bahwa hari ini adalah hari Senin dan sekarang bukanlah musim liburan. Selama satu hari ini, Seokjin telah melakukan banyak hal untuk menghabiskan waktunya, mulai dari belajar selancar, bermain layangan, hingga mencicipi berbagai kuliner yang ada di sana. Seharusnya hari ini menjadi hari yang menyenangkan baginya jika saja orang-orang tidak menanyainya alasan mengapa ia datang sendirian tanpa Namjoon. Tidak bisakah ia bersenang-senang tanpa memikirkan pria itu satu hari saja?

Seokjin terkesiap ketika ponselnya bergetar, tanda ada pesan masuk. Ia pun segera mengecek ponselnya dan menemukan fakta bahwa Namjoon baru saja mengiriminya sebuah pesan gambar tanpa keterangan apapun.

Ia mengerutkan keningnya sejenak. Sudah genap satu hari ia tidak melihat pria itu. Kira-kira gambar apa yang baru saja dikirimnya? Biasanya, jika hubungan mereka sedang renggang, Namjoon akan mengirimkan foto selcanya untuk membuat Seokjin luluh seketika.

Seokjin tidak akan membukanya kali ini. Ia adalah pria yang independen dan bermartabat. Ia tidak boleh menyerah pada foto selca seksi yang selalu menggoyahkan pertahanannya itu.

"Ah, persetan!" Seokjin segera membuka pesan tersebut. Ia mengerutkan keningnya ketika mengetahui bahwa ternyata bukan foto selca-lah yang baru saja dikirim Namjoon. Melainkan foto dirinya sekarang yang diambil dari belakang. Itu artinya orang yang baru saja mengirimnya—

"Sedang apa kau di sini?"

"Shit!" Seokjin refleks memegangi dadanya, memastikan apakah jantungnya masih berada pada tempatnya. Ia hampir saja melemparkan ponselnya ke laut saking kagetnya.

Golden Spoon | BTXT [Slow Update]Where stories live. Discover now