08

2K 243 2
                                    

Sudah lima hari lamanya setelah kejadian Jordan yang mengecup bibir Harvian. Kali ini tekat Harvian sangat bulat untuk menghindari Jordan. Sedikit banyaknya, ia merasa terbebani dengan perasaan Jordan. Hei, Harvian ini masih terlalu takut untuk kembali jatuh dalam dekapan Jordan.

Ya walaupun tak bisa benar benar menghindari  karena mereka satu kelas dan akan bertemu tiap hari, Harvian mencoba berinteraksi secukupnya.

Tapi, sepertinya memang benar apa kata orang orang. Semakin kita menghindari sesuatu, maka sesuatu yang kita hindari malah semakin terlihat.

Rasa rasanya, Harvian muak melihat Jordan yang selalu ada dimana mana. Di setiap sudut sekolah, di pusat perbelanjaan, di taman depan komplek perumahan bahkan di perpustakaan kota. Kadang terpikirkan olehnya, apakah Jordan bisa membelah diri? Makanya ia selalu bertemu Jordan dimanapun dan kapanpun.

Kali ini pun begitu, netra Harvian bisa menangkap sosok Jordan yang memasuki kantin bersama Riki. Harvian menghela napasnya panjang, ia tak lagi memperdulikan di depannya ini masih ada Juanda dengan segudang gosip hangatnya.

"Terus lo tau gak? Katanya si Wilona sama Sabian put- Lo kenapa ngeliatin Jordan sebegitu nya, Yan?"

Juanda memotong kalimatnya, ia memilih untuk bertanya kepada Harvian, temannya ini tiba tiba menjadi lesu setelah sosok Jordan memasuki kantin.

Sekarang jam istirahat, wajar jika para siswa siswi memadati kantin guna mengisi perut masing masing. Tak terkecuali Harvian dan Juanda yang seperti biasa asik bergosip ria dengan ditemani semangkuk bakso, namun ketika Jordan memasuki kantin, Harvian langsung diam dan terlihat seperti orang putus asa, sama sekali tak mengindahkan kalimat kalimat yang Juanda keluarkan.

Merasa tak ada respon, Juanda kembali memanggil nama Harvian. "Yan?"

"Hah? Eh sorry, kenapa kenapa?"

Melihat respon Harvian, Juanda makin yakin jika ada yang tak beres antara sahabatnya dengan si anak baru itu.

"Ju? Maaf gue tadi kepedasan makanya gak denger lo ngomong." Harvian berdalih, kini fokusnya benar benar tertuju pada Juanda.

Juanda langsung mengeluarkan ekspresi mengejek, ia tersenyum penuh arti kepada Harvian.
"Lo gak pandai ngibul, dikira gue gak ada mata buat liat lo yang tadi fokus ke anak baru itu? Jangan jangan kalian..."

Bahkan ketika Juanda masih menggantung kalimatnya, Harvian sudah menggeleng keras.

Juanda langsung tertawa saat melihat Harvian yang nampak sebegitu paniknya.

"Udah ah, lo gak usah sepanik itu. Santai aja kalau emang belum mau cerita ke gue." Ujarnya sebelum sepersekian detik kemudian kembali memakan bakso dengan kuah mercon miliknya dengan nikmat.

"Nanti gue cerita deh, apa kapan kapan aja ya? Gak penting juga."

Alis Juanda menukik, senyum mengejek lagi lagi  terlukis di wajahnya. "Halah, kalau gak penting kenapa dari awal dia pindah lo ngeliatinnya kayak ngeliatin crush."

"Dih, gak ya!" Harvian membantah sembari menaikan volume suaranya.

"Suka suka lo aja deh." Juanda mengangkat bahunya tak acuh, ia kembali menyuap sesendok bakso mercon kedalam mulutnya.

"Oh! Halo, Arvi."

"Uhuk uhuk."

Sapaan hangat yang keluar dari bibir seorang Jordan nyatanya mampu membuat Harvian tersedak. Untungnya Harvian tak memesan bakso kuah mercon jadi ia tak perlu merasakan sensasi pedas yang naik keatas memasuki hidung yang bisa membuatnya menangis.

Juanda menggeleng, tak habis pikir melihat sang teman yang nampak sangat amat kaget. Ia juga dengan cepat menyodorkan segelas jus jeruk yang ada diatas meja.

"Eh sorry sorry, gue ngagetin lo ya?" Jordan pun nampak tak kalah cemasnya, ia langsung menepuk nepuk punggung Harvian.

"Ah elo sih, makanya kalau nyapa tuh jangan cuma nyapa Iyan aja. Lo harusnya nyapa gue juga!" Juanda berseru mengeluarkan kalimatnya dengan percaya diri sembari melanjutkan makannya.

Jordan terkekeh mendengar perkataan Juanda seraya mengangguk paham.

"Gue join disini boleh gak? Udah gak ada bangku lagi soalnya." Jordan bertanya sembari tersenyum, matanya juga tak berhenti melihat kearah Harvian.

"Duduk aja." Juanda menjawab santai, kemudian ia menatap Harvian dan Jordan bergantian.

Setelah mendapatkan jawaban, Jordan langsung mengambil tempat di depan Harvian. Ia mengulas senyum ramahnya.

"Riki mana, Jo? Kalau gak salah liat tadi lo datangnya sama Riki kan?" Juanda membuka suara, kepalanya ia tolehkan kekanan dan kiri untuk mencari sosok Riki.

"Masih ngantri, tuh di tempat bi Ina." Jordan menjawab setelah menelan nasi goreng miliknya.

"Gue ke Riki dulu deh, ada yang mau diomongin." Juanda langsung angkat dari duduknya, ia juga membawa mangkuk bakso mercon yang kini sudah kosong. Bermaksud untuk mengembalikan mangkuk itu sebelum menghampiri Riki.

Canggung.

Satu kata yang pas untuk menggambarkan suasana diantara Jordan dan Harvian. Harvian yang sibuk dengan dunianya sedangkan Jordan yang masih sibuk mengisi perutnya.

Beberapa menit berlalu, Jordan sudah menghabiskan sepiring nasi goreng spesial yang ia pesan tadi. Harvian masih belum beranjak dari duduknya, ia tak enak hati jika meninggalkan Juanda.

"Vi, kaki lo sakit?" Jordan membuka suara, mata bak serigala itu mengunci tatapan Harvian.

"Hah? Enggak?" Kening Harvian berkerut, ia menundukkan kepalanya sembari melihat kakinya.

"Bisa jalan?" Jordan diam diam menggigit pipi dalamnya. Ia tak tahan melihat tingkah Harvian yang terlihat menggemaskan.

"Bisa kok." Harvian mengangguk tanpa rasa ragu. Ia juga berdiri dan berjalan singkat guna menunjukkan Jordan jika kakinya tak sakit.

"Yaudah, nanti sore gue jemput ya." Jordan ikut berdiri, sambil mengulas senyum ia menepuk pelan puncak kepala Harvian kemudian berjalan menjauh.

"Hah?"

Ya.. lagi lagi Harvian dengan sikap lemotnya

.
.
.
.
.

Guys maafin aku yaaa yang baru bisa up sekarang, huhuhu akuu kangeeeeennnn banget sama kalian ♡♡

EX - JeongHaruDonde viven las historias. Descúbrelo ahora