26//TQP

2.1K 84 4
                                    

♡(ӦvӦ。)

Tak terasa 3 Minggu berjalan dan akhirnya Penelope membuka matanya, setelah kabar kematian Queen Bella merasa kehilangan tetapi selang satu Minggu semuanya telah kembali seperti semula, semua akan selalu datang ke makam dua sahabat itu, Jillian yang meminta agar makam neneknya disandingkan dengan makam Nenek dari Penelope.

"Bagaimana keadaanmu?" Tanya Jillian.

"Kak Pen baik-baik saja kan, disini hanya Jinni yang sangat khawatir." Ucapnya membuat Jillian mendelik tidak suka.

"Kau terlalu cerewet!" Ucap Jillian dengan menahan kesal.

"Terserah Jinni dong, mulut ini diciptakan untuk dipakai bukan di diamkan!" Ucapnya tidak mau kalah.

Penelope mengerjapkan mata lantas tersenyum. "Aku sangat Baik."

"Aku sangat khawatir." Jillian lantas mencium kening Penelole dengan begitu lembut, ia tidak mau sedikitpun menyakiti istri kecilnya.

"Aku sudah sembuh Lian." Jillian mengangguk lantas mendekap Penelope begitu sayang.

"Jinni mau ikutan!!" Ujarnya.

"Tidak!" Tolak Jillian.

"Pangeran kikir!" Hanya Jinni lah orang yang berani menjadi netizen jahat bagi si pangeran, Jillian sendiri? Tidak perduli.

Cklek

"Maaf mengganggu." Ucap Sofia.

"Tidak mengapa, ayo masuk Kak." Sofia mengangguk lantas ia mendekat memeluk Penelope dengan penuh kasih sayang. "Segeralah sembuh Penelope." Penelope mengangguk.

Jillian terkekeh. "Anda meminta Penelope cepat sembuh agar cepat menikah bukan?" Mendengarnya Sofia merona. "Astaga apa yang aku lewatkan selama ini suami?" Tanya Penelope.

"Minggu kemarin Kak Aaron resmi melamar Kak Sofia, dan 2 bulan ke depan ditetapkan sebagai hari pernikahan mereka, Tuhan baik membuatmu sadar lebih cepat agar bisa menyaksikan pemberkatan." Penelope menangis mendengarnya.

"Pen senang jika Kakak senang." Ucap Penelope.

"Dan ada kabar duka, Nenek Bella meninggal tepat saat 3 hari kamu dinyatakan koma." Ucap Jillian.

"Hah!"

Penelope lantas menundukkan kepalanya merasa sedih bagaimanapun ia juga sangat menyayangi Queen ia akan melakukan apapun demi kebahagiaan keluarga kerajaan. "Aku ingin menemui Queen."

"Besok kamu baru boleh pulang, sekarang beristirahat lah sebelum kepulangan mu." Penelope mengangguk lantas merebahkan dirinya di ranjang, Jillian mengecup pucuk kepala Penelope dan tersenyum.

"Terimakasih masih mau bertahan." Gumam Jillian dibalas senyum Penelope.

Esoknya...

Penelope sudah diperbolehkan pulang, semua keluarga kerajaan sangat menunggu kepulangannya, mereka sangat menanti calon ratu mereka. Penelope sendiri tidak tau jika dirinya akan dinobatkan menjadi seorang ratu.

"Sayang, syukurlah kamu sudah kembali, Ibu sangat rindu." Penelope tersenyum memeluk Amara, ia sendiri sedikit miris ketika ibu kandungnya membenci tapi ibu mertuanya selalu ada bersamanya.

"Iya dong, Jinni kan yang selalu doain dari jauh." Ucapnya percaya diri membuat penelope sedikit terhibur.

Penelope tidak pernah marah pada takdir tuhan, tapi ia sedikit iri pada suaminya yang memiliki kasih sayang keluarga yang utuh.

Dulu Penelope begitu bodoh membuat keluarga yang benar-benar menyayanginya menderita, ia sangat berdosa, dan tuhan sangat baik padanya hingga bisa kembali ke masa dirinya bisa memperbaiki diri.

The Queen's Poison (EnD)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant