BAB 1

71.7K 3.3K 42
                                    

"Jangan berlari seperti itu, Eliz." Mata itu menatap khawatir ke arah gadis kecil dengan bulu abu-abu kehitaman yang terdapat diseluruh tubuhnya. Tentu saja gadis kecil yang merupakan anaknya itu bukan seorang manusia melainkan seorang manusia serigala. Eliz atau Elizabeth gadis kecil itu tak mengindahkan ucapan ibunya, dia terus berlari dengan riangnya. Dia berlari tanpa beban, mengejar beurung-burung yang tengah berkumpul di tanah lapang dan mencoba untuk menangkapnya namun tidak bisa. Setelah seminggu mengalami demam tentu saja saat diberikan kebebasan seperti ini Elizabeth tak akan melewatkannya, dia terlalu senang menghirup aroma rerumputan yang menguarkan aroma embun pagi yang menenangkan.


"Ibu, lihat burung-burung tak mau bermain denganku!" suara teriakan Elizabeth membuat ibunya menatap dengan senyum geli. Siapa yang mau bermain dengan anak yang memperlihatkan cakar dan taringnya. Elizabeth terlihat cemberut sebelum kembali berlari dengan riangnya mengejar burung-burung itu kembali.

"Elizabeth...." suara dengan intonasi berat itu sontak membuat Elizabeth itu menoleh dan seketika tersenyum riang saat melihat ayahnya yang sudah tidak dilihat selama seminggu.

"Ayaaaah...." teriak Elizabeth dengan kencangnya seraya berlari ke arah ayahnya.

"Jane lihat, dia mirip sepertimu." ucap suarat berat itu tanpa bisa menyembunyikan senyum bahagianya.

"John, bukannya istirahat, kamu malah ke sini." ucap Jane khawatir.

Tangan kekar John mengusap rambut Jane dengan penuh rasa sayang. "Aku terlalu merindukan kalian." balasnya, kemudian memberikan kecupan kecil di atas puncak kepala Jane.

"Apa kamu merasa kesepian jika hanya berdua dengan Eliz?"

"Ya, maka dari itu jangan pergi terlalu lama, John." lirih Jane.

"Kamu tidak ingin memiliki anak yang lainnya?" tanya John dengan tersenyum nakal.

Jane mendengus sebal dan memberikan pukulan di lengan John. "Aku cuman butuh kamu di sisiku, bukan yang lainnya." kata Jane dengan kesal.

Elizabeth berlari dengan cepat saat melihat ayah dan ibunya yang terlihat sangat mesra itu. Saat sampai di depan kedua orangtuanya, Elizabeth memeluk kaki ayahnya dengan sangat kuat. Dia tidak ingin melepaskan pelukannya karena aroma ayahnya yang terasa sangat menenangkan dan Elizabeth sangat merindukan aroma tubuh ayahnya.

"Eliz suka aroma tubuh Ayah"

"Jika seperti itu..." tangan besarnya terulur dan membawa Elizabeth pada dekapannya. "Ayah akan selalu memelukmu seperti ini."

***

"Dan sampailah kita pada sosok Elizabeth si gadis pembawa sial di keluarganya." suara itu menyadarkan Elizabeth dari lamunan panjangnya. Matanya dengan malas menatap ke arah Amanda, gadis yang bersua dengan keras itu.

Amanda dengan teman-temannya mengelilingi Elizabeth seakan Elizabeth merupakan barang di museum yang dipertontonkan. Elizabeth sontak membuang pandangannya ke arah jendela yang menampilkan lapangan yang penuh dengan sosok anak-anak yang tengah bermain.

"Amanda bisakah kamu menjelaskan bagaimana kisah dibalik julukan itu?" tanya anak yang lainnya.

Amanda memamerkan senyum manisnya. "Begini, dahulu kala ada seorang gadis kecil yang merengek ke ayahnya untuk dibawakan hadiah ulang tahun, karena keinginan sang anak yang amat sangat pada barang itu, ayahnya pergi mencari hadiah yang diinginkan sang anak. Naas, sang ayah malah terbunuh oleh rogue yang sebelumnya menganggu pack kita."

I'm (not) Alpha mateWhere stories live. Discover now