Part 1

46 6 0
                                    

Hai,disini Saya ingin memberi peringatan, kalau Saya tidak tahu menahu kalau ada yang salah lapak. Kalian udah gede, di aplikasi ini kalian mau baca fiksi kan? Masa baca judul aja gak bisa.

Happy Reading!

"Kita mau kemana si Na?" Tanya Haechan sambil menatap pemandangan di luar jendela. Jalanan terlihat padat namun tetap dalam kondisi lancar, wajar saja kini waktu menandakan pukul 5 sore. Waktu para pekerja kantoran untuk pulang.

"Kita ke Agensi penerbitan sebentar ya, ada beberapa berkas lu disana yang harus dibawa." Jelas Jaemin seraya dirinya menginjak rem di lampu merah, bergabung dengan para mobil lainnya. Gedung agensi penerbitan berjarak tidak terlalu jauh dari tempat kostan Haechan, terbukti setelah melampaui lampu merah ini, hanya butuh 100 meter untuk sampai disana.

Haechan yang mendengar ucapan Jaemin sontak menengok cepat kearahnya, "Tunggu tunggu tunggu, ini ceritanya kontrak ku bakal di hentikan sepihak gitu?" Ujar Haechan merasa tidak terima. Jelas dirinya merasakan hal demikian, bukan bermaksud sombong. Tanpa adanya Haechan memilih melakukan perjanjian kontrak dengan Agensi penerbit, sudah sangat jelas tempat penerbitan itu tidak mungkin menjadi sebesar ini. Atau malah berakhir dengan kebangkrutan.

"Gak usah lebay deh Chan, Gua cuman mau ambil berkas-berkas lu buat perpanjang visa punya lu ke Jepang. Beruntung lu punya Gua yang baik hati dan penyayang ini. Lagian ya kalo semisalnya pihak sana emang ngambil keputusan kayak gitu. Ya sama aja mereka dengan sengaja menceburkan kedalam lubang berisi anaconda , sudah hancur di makan pula" Oceh Jaemin seraya dirinya mulai membelokan setir masuk kedalam basement tempat untuk mencari tempat parkir. Haechan sedikit terkekeh, merasa terhibur ketika mendengar perumpamaan milik sahabatnya, "Perumpamaannya keren juga, apa aku boleh membelinya?"

Sudah 10 menit mereka menghabiskan hanya untuk berputar-putar mencari lahan parkir yang kosong, namun nihil disegala penjuru basement, tidak ada space kosong untuk mereka. "Apakah selalu begini Na kondisi tempat ini? Terakhir aku kesini hanya mobil mu saja yang berada di basement ini." Haechan mulai merasa jenuh dengan ini, namun tak berselang lama netra coklat Haechan berhasil menemukan satu space kosong yang tepat berada tidak jauh dengan keberadaan mobil mereka, "Itu disana cepat sebelum kita diselak mobil lain" Haechan memberikan arahan kepada Jaemin yang dibalas anggukan kecil.

"Lu nanti ikut ya Chan keatas, mau gimana pun juga ini berkas-berkas punya elu." Jaemin melepas seatbelt nya lalu menengok kearah kebelakang mengambil tas kecil.

Haechan yang awalnya ingin segera beranjak keluar, seketika mengurungkan niatnya ketika melihat sang sahabat yang kini sedang memainkan peran menjadi managernya, sibuk membubuhi sedikit bedak di wajah ayu nya lalu di akhiri dengan sedikit liptint. "Seriously Na Jaemin? Apakah aku harus membawakanmu busana pengantin sekarang juga?" Oh ayolah dirinya memang mengakui sahabatnya ini memang memiliki paras yang tampan dan cantik secara bersamaan, tapi apakah tidak terlalu berlebihan?

"Sure, Jeno sepertinya siap-siap saja kalo diajak nikah sekarang" Balas Jaemin percaya diri, "Ya baik informasi diterima wahai saudara Na Jaemin, saya pamit undur diri dulu permisi" Akhir Haechan menutup kata dibarengi menutup pintu mobilnya, dirinya berjalan memasuki gedung dengan arahan sebelumnya oleh security yang berjaga. Ketika sudah berada di lobby, niat awalnya adalah bertanya kepada sang resepsionis. Dimana dia bisa mendapatkan berkas miliknya dan memberikannya kepada Jaemin dan kembali pulang ke kost-annya.

"Permisi tuan, apakah benar ini dengan Lee Haechan?" Haechan berjengit kaget ketika tiba-tiba ada seseorang menepuk pundaknya, Pria itu yang melihat respon Haechan segera meminta maaf, "Ah maaf tuan saya tidak bermaksud mengagetkan Anda. Perkenalkan nama saya Lee Jeno saya karyawan yang bekerja disini." Oh, apakah ini pria yang disebut Jaemin tadi?

"Oh, tidak apa-apa." Haechan masih menerka-nerka sejak kapan pria besar ini menjalin kasih dengan sahabatnya ini. Apakah semenjak 6 Bulan yang lalu? Ah, seperti nya itu tidak mungkin. Atau mungkin juga 1-3 Bulan? Haechan juga masih ragu.

"Ngomong-ngomong Tuan Lee, apakah kedatangan Anda disini untuk mengambil sesuatu yang penting? Jika ada, Saya bersedia menyuruh orang untuk mengambilnya." Tutur sopan Jeno dengan senyumannya. 'Pantas saja Jaemin terpikat dengan pria ini' Batin Haechan.

"Ya, ada beberapa barang yang harus Saya ambil, dan Saya bisa mengambilnya sendiri." Balas Haechan sambil sesekali netranya memandangi furniture yang ada di sekelilingnya. Tak ada yang menarik bagi Haechan awalnya, tetapi ketika dirinya melihat kearah book store yang berada di sudut kiri. Dirinya dikejutkan dengan Stand figure bergambar dirinya yang diedit seolah sedang memegang sebuah papan bertuliskan,

DISCOUNT 15% UNTUK SEMUA NOVEL KESAYANGAN KITA SEMUA!

'Sialan! Apa maksudnya ini?! Sejak kapan ada persetujuan dari diriku?!' Kepala Haechan seketika terasa pening seperti ingin berputar, "Tuan Haechan apa kau baik-baik saja?" Jeno sedikit khawatir ketika melihat gelagat Haechan yang terlihat berbeda dari sebelumnya.

"Saya baik-baik saja. Bisakah kau memberi tau Saya dilantai berapa ruangan Saya berada? Oiya satu lagi, Saya harap ketika Saya sudah kembali dari lantai atas, benda yang mencoba menyerupai saya itu untuk segera disingkirkan." Putus Haechan.

"O-oh baik Tuan akan segera kami singkirkan Stand figurenya. Lalu untuk ruangan milik anda berada di lantai 4. Tuan bisa bertanya dengan para pegawai disana. mereka semua mengenal siapa Anda." Jeno merasa gugup dengan Haechan, bukan karena pesonanya yang memikat, atau suaranya yang sangat nyaman untuk di dengar. Dia merasa gugup karena dia lah dalangnya atas keberadaan stand figure tersebut. 'Toh penulis itu juga terkesan mustahil akan datang kesini' fikir Jeno beberapa hari lalu.

"Baik, terima kasih." Senyum sopan Haechan adalah akhir dari percakapan mereka berdua, Haechan lalu berlalu meninggalkan Jeno, pergi kearah elevator. Setelah sampai di lantai yang ingin ia tuju, Haechan meminta tolong kepada karyawan terdekat pada jangkauannya untuk mengarahkan dirinya pergi ke ruangannya.

Setelah menemukan ruangannya, dan karyawan yang mengantarnya pergi. Akhirnya dirinya memasuki ruangannya yang ternyata melebihi ekspektasinya. 'Lumayan besar hanya untuk takaran seorang penulis.' Batin Haechan, matanya kembali melakukan kegiatan kesukaannya. Yaitu menelisik seluruh objek yang bisa di tangkap oleh mata. Dirinya melihat ada sebuah diantara meja dan sofa, 'Untuk apa mereka menaruh sofa disini, apakah akan ada seorang infestor besar yang berkeinginan bekerja sama diatas sofa itu?'

Okei, karena Haechan merasa dirinya terlalu banyak bertengkar dengan pikirannya sendiri. Tanpa pikir panjang dirinya mengambil dus tadi dan segera keluar dari ruangan ini. Selama perjalanan banyak karyawan yang menyapanya dan  berterimakasih kepadanya. Entah, mungkin karena telah menyelamatkan Penerbitan ini mungkin?

Kini Haechan sedang menunggu elevator bersama satu orang di sebelahnya yang kini sedang menatapnya. Awalnya Haechan merasa tidak peduli, namun lama-kelamaan dirinya merasa risih pula. "Apakah ada yang sesuatu di wajah Saya tuan?" Tanya Haechan, kepada seorang pria yang memiliki tubuh atletis dan ternyata lebih tinggi sedikit dari dirinya. Tak hanya itu, Pria ini juga memiliki visual kebarat-baratan. Jujur saja Haechan pada awalnya sedikit terpana dibuatnya, tapi ketika pria itu menjawab seraya menyuguhi senyuman menurut Haechan menjengkelkan, "Bukan kah sebuah perkenalan selalu dibuka dengan kata Hello"

Ya Tuhan ada apa dengan hari ini?

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 10, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Novel |Markhyuck Where stories live. Discover now