5

278 36 2
                                    

Jongin melangkahkan kakinya berjalan menuruni tangga. Senyum indah terpasang di wajahnya setiap kali ia berpapasan dengan semua orang. Keadaannya kini sudah jauh lebih membaik, itu semua berkat salep yang diberikan Sehun kemarin, kini ia bisa berjalan seperti biasa. Pagi ini pun Jongin terbangun dengan mood yang baik, pria itu seperti baru saja mengalami mimpi indah semalam.

"Selamat pagi!" Sapaan ceria Jongin membuat orang-orang yang ada di dapur mengalihkan fokus mereka dari aktivitas masing-masing hanya untuk sekedar melirik ke sumber suara.

Saat ini Jongin berada di dapur khusus untuk para pelayan dan pengawal. Pria tan itu berdiri di samping mini bar, menampilkan senyum manis yang membuat orang-orang terpesona melihatnya. Mata bulatnya mengikuti Lauren yang kini sedang berjalan menghampirinya.

"Hi, Lauren!" sapa Jongin saat kepala pelayan itu sudah berada di hadapannya.

"Jongin, ada apa?"

"Aku ingin membuat sarapan." Jongin sudah tak lagi memakai bahasa formal kepada Lauren, itu karena wanita itu sendiri yang memintanya, terlebih wanita itu diperintahkan oleh Sehun untuk menjaganya, membuat keduanya merasa tak bebas untuk berinteraksi dalam jangka waktu panjang dengan bahasa formal.

"Sarapan nanti akan diantar ke kamar, Lord minta sarapannya dibawa ke ruang kerjanya."

"Aku ingin membuatnya sendiri, apa boleh?" Jongin tersenyum kecil sambil menatap Lauren menunggu jawaban wanita tersebut. "Kalian boleh mengawasiku saat memasak sampai aku memasuki ruangan tuan nanti," tambah Jongin mencoba meyakinkan kepala pelayan di mansion ini.

Cukup lama pria tan itu terdiam menunggu jawaban dari sang kepala pelayan, menatap dengan setia sampai akhirnya wanita itu mengangguk pelan. Jongin tak menyembunyikan senyum bahagianya, pria tan itu memeluk Lauren sekilas. "Terima kasih, Lauren."

"Tolong jangan lakukan sesuatu yang berbahaya."

"Pasti," balas Jongin mantap. Pria tan itu berjalan memasuki dapur diikuti oleh Lauren di belakangnya. Dia mendadak mengambil alih dapur tersebut menjadi miliknya, memasak makanan untuknya dan Sehun. Senyum manisnya tak luntur sedikitpun, membuat orang-orang yang melihatnya merasa nyaman.

***

Di sisi lain, Chanyeol baru memasuki mansion dengan langkah tergesa. Penampilan pria jangkung itu jauh dari kata rapi, pakaiannya yang terlihat lusuh serta wajahnya yang berantakan. Pria itu berjalan dengan wajah tegang, melewati semua orang yang menunduk hormat kepadanya, tak ada kelonggaran sedikitpun pada raut wajahnya. Mata besarnya menangkap pria eropa yang tak jauh darinya, ia melangkah menuju pria tersebut.

"Joshua, dimana Lord?" tanyanya tanpa basa basi.

"Lord ada di ruang kerjanya. Ada apa, Chan?"

"Tadi malam truk kita disabotase." Joshua menatap rekan kerjanya terkejut. Matanya lalu menelisik penampilan pria jangkung yang terlihat sangat kacau. Banyak noda berwarna abu hitam yang menempel di area wajah dan pakaiannya.

"Kenapa bisa?" Chanyeol menoleh ke samping, menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan dari rekan kerjanya itu. Hanya itu yang dilakukan pria tersebut, sebelum ia memutuskan untuk pergi tanpa mengatakan sepatah katapun lagi.

Tok... Tok...

Chanyeol mengetuk pintu ruangan Sehun pelan. Pria itu menunggu beberapa saat di luar hingga akhirnya dipersilakan masuk. Chanyeol menatap Sehun yang tengah duduk di kursi kebesarannya. Pria bermata elang itu masih memakai jubah tidurnya.

Sehun dari balik mejanya menatap Chanyeol tajam. Mata elangnya menelisik penampilan pria jangkung di depannya yang terlihat berantakan. Satu alisnya terangkat. "Semuanya lancar?"

Dark HorseWhere stories live. Discover now