Harus mulai dari mana ya?
Oke, yuk masuk ke dunia Serana.
Satu kebiasaan yang tak bisa Sera lewatkan adalah melamun di pagi hari. Aneh? Memang, Sera juga tau itu. Tapi menurutnya hal itu dapat menenangkan pikiran, apalagi sambil menghirup udara di balkon kamarnya ditemani kopi yang dibuatkan mamahnya.
Kalau saja tidak sekolah, mungkin bisa seharian ia bengong.
"Kak? Yuk berangkat, udah jam berapa ini,"
Itu bukan teguran pertama kali. Sera beranjak dari tempatnya lalu menggendong tas pink kesukaannya dan menutup kamar. Adik-adiknya telah menunggu di mobil, yang paling terakhir mencibir.
"Kebiasaan deh ngelamun kak,"
Sera tak pernah menanggapi, tak perlu juga bukan? Setiap sekolah ia diantar oleh papah dengan dua adiknya, satu laki-laki yang jarak umurnya hanya setahun dan satu perempuan yang berjarak dua tahun. Sekolah Sera dan adik laki-lakinya sama, oleh karena itu sekolahnya akan menjadi yang paling terakhir.
"Seranaa!!"
Ia menoleh saat mendengar namanya menggelegar di koridor, hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur panjang.
"Tumben ngga bareng kak Karel?" Tanya Sera sambil berjalan.
"Gue udah dibeliin motor. Gue males sama dia sih sebenernya," jawab adik Karel, namanya Keinan. Anak Maudy dan Aldo kalau kalian lupa.
"Gue nitip tas boleh? Harus ke Osis," pinta Sera.
Keinan memutar bola matanya. "Apasih yang engga buat lo Seraanaa. Anyway, semangat kakak Osis. Kalo ada ade-ade gemes let me know ya!"
Sera hanya bisa membalas dengan senyuman. Ia masuk ke ruang Osis yang sudah ada beberapa orang di dalamnya. Hari ini anggota osis yang akan menjalankan upacara. Sera bertugas sebagai pengibar bendera.
💐💐💐
Baskara keluar dari kelas dengan malas bersama murid lainnya yang beberapa dari mereka sudah rapi di barisan. Sepagi ini?
"Bas," tegur temannya.
"Dasi lo," Baskara memberi peringatan. Ia tidak suka orang yang berantakan.
Lalu kembali berjalan dan baris paling belakang. Upacara terasa sangat lama baginya dan menguras tenaga. Apalagi setelah upacara mereka harus duduk karena ada satu pengumuman.
"Liat yang pake sepatu agak putih," ucap Evan, teman sebangkunya yang sekarang sedang duduk di belakang Baskara.
"Cakep kan?"
Baskara mengangguk. Matanya mengunci gadis yang dikuncir kuda sambil mengecek mic, lalu gadis itu mendekatkan mic ke mulutnya dan terdengar suaranya.
Ternyata objek favorit Baskara masih sama.
YOU ARE READING
Sekara
Teen FictionAwalnya tak ada alasan bagi Serana untuk menyukai hujan. Alasan itu datang saat dirinya dihadapkan luka dengan hujan yang mengiringinya. Cerita ini tentang salah satu bukti ketidaksengajaan yang merambat menjadi kisah. Tentang Serana yang bertemu de...
