Secret Boyfriend (Bag. 1)

211 28 2
                                    

Musik berakhir dan sorak semarai penonton pecah memenuhi gedung siaran. Konfeti menghujani Irene dan kawan-kawan yang baru saja membawakan lagu baru mereka berjudul Power Up. Setelah hampir setahun tak menyapa penggemar dari atas panggung, mereka kembali dengan penampilan menyegarkan di musim panas.

Red Velvet kini sukses menjadi salah satu grup musik ternama. Lima tahun berkarir, mereka berhasil mengumpulkan penggemar dari berbagai belahan dunia, mengadakan tur konser di banyak negara, dan meraih beragam penghargaan. Mereka bahkan mengantongi delapan trofi Daesang (penghargaan tertinggi yang diberikan untuk penyanyi Korea Selatan) dan menjual 4,5 juta kopi album.

Lagu-lagu yang mereka rilis selalu berhasil menduduki puncak tangga lagu, diputar di mana-mana, dan di cover artis lain. Mereka terkenal di semua kalangan terutama Irene yang mendapat julukan Dewi Korea. Kecantikannya yang tiada tanding telah menjadi wajah sekaligus sejarah dalam dunia hiburan Korea.

"Setelah ini ada acara fansign di EXCO Mall. Kita harus bergegas!" Baru saja turun dari panggung, Manajer Song sudah berkoar.

"Oppa, biarkan kami bernapas dulu," gerutu Joy yang masih melepas in ear monitor-nya, sementara yang lain masih tersengal-sengal menyeka keringat.

Masa comeback memang selalu melelahkan. Setumpuk jadwal yang memaksa mereka berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain, pakaian yang kurang nyaman, asupan kalori yang serba dibatasi, belum lagi latihan yang tidak kenal lelah. Mereka bahkan tidur tak lebih dari tiga jam sehari.

Kalau sudah terlalu lelah, biasanya para anggota menjadi lebih sensitif dan terus mengeluh sepanjang waktu. Maka Irene sebagai ketua grup sekaligus anggota tertua yang akan turun tangan.

"Semangat, semangat! Satu acara lagi dan kita bisa pulang istirahat," ujarnya sambil bertepuk tangan walau sesungguhnya lelah pun telah menusuk tulangnya.

"Jadwal besok juga dimulai agak siang, jadi kalian bisa tidur lebih lama." Manajer Song menambahi.

"Aku tidak akan percaya kalau Oppa yang mengatakan," cibir si bungsu, Yeri.

"Aku bisa jamin." Irene melirik lelaki jangkung yang entah kapan memiliki lingkaran hitam di bawah matanya. Ucapannya berhasil membungkam Yeri yang memang paling rewel di antara mereka.

"Kalau begitu aku mau tteokbokki dan kimbap keju sebagai makan malamku," kata Joy pada sang manajer kemudian.

"Aku juga," sahut Seulgi, berpaling dari kipas portable yang diarahkan seorang staf ke wajahnya.

Wendy hanya geleng-geleng kepala, sedangkan Irene hanya mengedikkan bahu ketika Manajer Song kembali melempar tatapan lesu padanya. Dia tak mau ikut campur perkara makanan karena sejujurnya ia juga sudah cukup muak dituntut menjalani hidup sebagai vegetarian beberapa minggu belakangan.

Setibanya di ruang tunggu, Irene menghampiri tas Dior hitam di atas meja rias. Dia mengeluarkan ponselnya dan menemukan sebuah pesan daring yang segera menghadirkan senyuman tipis di wajahnya.

Apa kau sibuk?
Aku ingin sekali bertemu denganmu.

Jadwalku sepertinya selesai
agak malam.

Begitu, ya. Besok aku ke Jepang.
Ada sedikit kerjaan dan akan
pulang minggu depan.

Irene bisa membayangkan raut kecewa yang ditunjukkan si pengirim pesan. Sejak lagu baru grupnya dirilis dua pekan lalu, ia belum sempat bertemu lagi dengan Junmyeon. Mereka hanya saling bertukar pesan dan sesekali melakukan panggilan video di saat kegiatan Irene telah berakhir dan sedang sendirian di kamar.

No One KnowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang