Epilog

338 48 12
                                    

"Berisik njir! Mau tidur aja susah bener!"



Mendengar itu, manik Soobin terbelalak. Ia tak salah dengarkan?! Kupingnya gak budeg kan?! Benar ia habis mendengar suara ngeselin punya Yeonjun kan?! Untuk memastikan, Soobin mendongak dengan mata berbinar.

Dan benar saja, maniknya mendapati Yeonjun yang sibuk meringis sambil memegangi kepalanya, Soobin takjub, ia mengucek-ucek matanya berharap ini nyata, dan ia juga mencubit kedua pipinya yang chubby dan hasilnya sakit, perlahan senyum mengembang diwajahnya.

Melihat itu Yeonjun mengernyit heran, "lu Napa dah? Kesurupan?" Tanya Yeonjun ketus.

Soobin menggeleng perlahan, genggaman tangannya semakin mengerat, Yeonjun akhirnya bangun, "Njun, syukurlah lo udah sadar! Gue takut anj, gue takut gak bisa ngeliat elo. Gue–gue nyesel, dan minta maaf sama lo."

Yeonjun menatap Soobin begitu dalam, mencari apakah ada sebuah kebohongan diucapannya. Tapi sayangnya yang Yeonjun temukan adalah kejujuran, dan penyesalan. Benarkah Soobin menyesal selama ini? Apakah bisa ia percaya?

Manik sembab milik Soobin, membuat Yeonjun merasa yakin. Apalagi, ia mendengarkan segala racauannya tadi. Soobin, benar-benar menyesal akan perbuatannya, dan ia benar-benar tulus dalam minta maaf padanya.

"Yeonjun?" Kibasan tangan Soobin membuat Yeonjun kembali sadar, ia tersentak kecil dan menatap Soobin yang bingung.

"Njun, kalo misalnya minta maaf gue gak diterima. Gak papa, gue gak masalah. Gue...emang gak pantes dapet maaf atas perbuatan gue." Kini pemuda itu menunduk dan menatap lantai rumah sakit yang dingin.

"Gue mau maafin lo, tapi gak jadi."

Soobin mendongak dan mengernyit mendengar penuturan Yeonjun, "kenapa?" Tanyanya.

"Tangan gue lo genggam erat banget, sakit anjir. Lo gak liat apa tangan gue aja ada luka?" Mendengar itu Soobin segera melepaskan genggamannya dan cenggengesan, bisa-bisanya ia lupa.

"Sorry-sorry, luffah."

Yeonjun hanya memutar bola matanya malas, "iya bin, lo gue maafin."

Manik Soobin menjadi berbinar, "l–lo maafin gue?"

"Gue yakin lo kagak budeg." Yeonjun berucap sembari bangkit dan mencoba duduk. Melihat itu Soobin sigap membantu, ia menatap Yeonjun miris, pemuda itu terus meringis sakit dan memegangi punggungnya

"Aduh...jadi kakek kebayan gue udah." Keluh Yeonjun sambil memegangi punggungnya

"Mana ada kakek kebayan njir, adanya nenek kebayan baru bener!" Koreksi Soobin.

"Suka-suka gue dong!" Balas Yeonjun ngegas.

Soobin hanya memutar bola matanya malas, iya saja, suka-suka Yeonjun. Selang beberapa saat, keduanya saling diam dan tak membuka suara, sampai akhirnya Yeonjun kembali bersuara.

"Nasib orang tua gue gimana ya...?" Tanya Yeonjun lirih namun masih bisa didengar oleh Soobin.

"Bapak lo gue laporin polisi Njun, atas kasus kdrt yang dia lakuin ke elo dan ibu lo. Tadi pas gue dalam perjalanan buat masukin elo ke ambulans, gue ketemu warga membawa ibu lo yang pingsan. Terus ibu lo juga dibawa kerumah sakit bareng elo, sekarang beliau lagi istirahat, tenang aja kata dokter gak serius amat kok." Mendengar penjelasan Soobin membuat hatinya menjadi lega.

Apakah ini akhir? Ia sedikit senang kala ayahnya akan mendapatkan hukuman yang setimpal, ia pantas mendapatkannya, setidaknya untuk saat ini, Yeonjun berharap semoga ia bisa bernapas dengan tenang. Tidak ada lagi teriakan, tidak ada lagi kekerasan, dan tidak ada lagi kata-kata makian.

Diary Depresiku  -Soobjun ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang