4

364 56 28
                                    

Semalam langit pulang cukup larut bahkan ia sampai lupa bahwa ada seseorang yang menantinya untuk pulang.

"Semalam pulang jam berapa kak?". Mereka saat ini sedang sarapan bersama, ini salah satu yang jarang dilakukan.

"Jam sebelasan mungkin. Gak tahu deh lupa terlalu capek soalnya". Sahutnya tanpa menoleh kearah senja.

Senja tersenyum miris, kenapa kaka nya benar-benar berubah? Senja sungguh penasaran siapa sosok laki-laki yang bersama sang kaka kemarin.

"Emang ngapain aja kak kemarin?"

Langit membanting sendoknya dengan kasar sehingga menimbulkan bunyi yang cukup membuat senja terkejut.

"LU NANYA GUA ABIS NGAPAIN?! ABIS KERJAA BANYUU!! LU TAU ITU". senja memejamkan matanya merasa takut dengan bentakan langit.

"M--maaf kak". Langit menghebuskan nafasnya kasar lalu segera beranjak meninggalkan senja sendiri 'lagi.

Mata indah itu sudah siap mengeluarkan air matanya yang dengan satu kedepian air mata itu akan tumpah. Ia merasa sedih atas sikap langit yang benar-benar berubah pada dirinya.

Terkadang senja berfikir apa ia masih dibutuhkan oleh langit? Apa ia masih disayang oleh langit? Apa langit masih menginginkan nya? Jika semua itu 'masih' kenapa ia tidak merasakan bahwa langit menginginkan dirinya?

Senja merasa seperti dibenci oleh langit.

"Kaka bohong. Kenapa gak jujur? Hikss.. kaka bahkan gak punya waktu untuk aku, tapi ketika dengan anak itu kaka bahkan sampai lupa waktu bersamanya hikss.. hiksss..". Senja mengusap air matanya berulang kali dan berulang kali juga air mata itu tidak berhenti.

"Apa karna aku cacat kaka mengabaikan aku? Atau memang kaka tidak menginginkan aku lagi?". Gumamnya

"--bahkan aku membenci diriku sendiri kak..". Lanjutnya

Senja melanjutkan makannya, mencoba tenang meski hatinya hancur tidak tertolong. Senja hanya tidak ingin merepotkan sang kaka bila dirinya jatuh sakit.

Tapi, apa langit mau mengurus dirinya ketika sakit? Bahkan senja 'ragu akan hal itu.

"Gapapa senja, ayo semangat!! ini mungkin baru awal untuk kamu menerima semua perlakuan kak langit dan mungkin kedepan nya akan lebih dari ini. Maka dari itu, AYO SEMANGAT ATTAHAYA LEMBANYU SENJA!!!". Ujarnya menyemangati dirinya sendiri. Ternyata berusaha meyakinkan diri sendiri itu 'sedikit terasa menyakitkan.

..◇..

Senja merasa disekolah kali ini suasananya sedikit berbeda, karna sang sahabat fajar mendiaminya bahkan sampai waktu istirahat pun fajar tetap tidak berbicara padanya.

"Fajar. . ." Panggil senja yang tidak ada sahutan dari fajar yang sibuk merapikan bukunya.

"Mm--maaf soal kemarin". Lagi, fajar tidak menjawabnya yang sekarang bergegas untuk keluar kelas.

Senja tidak tinggal diam, ia mengejar fajar meski fajar tetap tidak meresponnya. Senja merasa bersalah atas sikapnya kemarin, jika fajar mengabaikannya senja tidak akan tahu lagi harus bagaimana.

Karna fajar lah teman satu-satunya yang ia punya. Jika fajar menjauh bagaimana nasib dirinya?

"Jar.. bicara dongg pliss~~"

"Fajar!! Nanti pulang sekolah kita mampir dulu yaa ke tukang es krim, mau gak?"

"Fajarr, jawab napa ishh~"

-Langitnya Senja-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang