Senyum World

31 2 1
                                    

Ekspektasiku untuk hari ini adalah semua berjalan dengan mudah dan lancar ternyata kami bertiga kesiangan. Packing belum selesai semalam karena terdistraksi urusan ranjang dari Mas Salman. Absen solat subuh, buru buru mandi untuk segera mandi bersuci.

Mas Salman dengan suka rela pergi ke bengkel untuk menaruh motorku agar sepulang dari malang aku tenang tak ada beban untuk berangkat kerja keesokan harinya. Aku melanjutkan packing setelah memandikan Ardan dan menyuapinya. Mas Salman belum juga kembali. Sarapan pagi ini benar benar seadanya.

Rencana yang kami susun kemarin sepertinya tak akan sesuai mengingat sampai jam setengah sepuluh kami masih ada dirumah.

Padahal pada vocher hotel kemarin, kami mendapat free masuk ke milenial glow garden. Semoga masih sempat lah. Kalau memang terpaksa ya sudah nanti nongkrong saja di alun alun batu. Sayang sebenarnya kalau udah di Batu malah ga kemana mana.

Lima belas menit kemudian mas Salman kembali dengan membawa motor Mama. Masuk ke rumah langsung menuju meja makan.

"Dah siap semua kan Yang?" Tanya mas Salman sambil mulai membuka tudung saji dan mengambil satu satunya nasi bungkus yang ada di atas meja makan itu.

"Aman. Aku tinggal ganti baju aja. Nanti beli camilan dan minum di mini market aja ya sekalian tarik tunai." Kataku.

"Oke aku makan dulu kalau gitu."

Sementara Mas Salman makan aku mulai menaruh barang bawaan berupa satu tas ransel dan satu tas selempang kecil berisi identitas hp dan dompet ke atas sepeda motor yang ada dihalaman rumah. Aku juga mengambil gendongan, helm dan jaket untuk aku taruh diatas motor agar tidak lupa. Tak ketinggalan sandal jepit milik kami untuk dimasukkan ke jok motor Karena kami berencana memakai sepatu ke sananya.

Setelah itu aku kembali masuk ke rumah, mencabut beberapa colokan agar aman. Tak ketinggalan tabung gas yang juga aku lepas. Kemudian aku segera mengganti baju di kamar. Aku menggunakan kaos singlet yang aku lapisi dengan sweater biru navy. Jilbab dan celana hitam sebagai pelengkap. Ya memang aku cenderung suka dengan warna warna gelap sehingga masuk golongan cewek mamba.

Aku keluar kamar, melihat Mas Salman dan Ardan yang sudah ada diluar rumah. Aku berkeliling rumah lagi untuk melakukan pengecekan sekali lagi. Kemudian mengunci pintu.

Mas Salman memberikan helm kepadaku. Tak lupa aku memakai gendongan jenis SSC merk zakkel ini untuk memudahkan perjalanan kami. Aku tau bahwa gendongan bukan alat keselamatan dalam berkendara, aku memahami resikonya dan aku siap menghadapi resiko atas pilihan yang aku ambil ini.

Kadang geli sendiri membaca banyak komentar berseliweran dimedia sosial yang bilang enak sih para konsultan menggendong punya mobil jadi gampang aja ngelarang motoran pake gendongan. Padahal konteksnya bukan seperti itu. Memakai mobil dengan gendong juga bahaya karena ya itu, gendongan bukan alat keselamatan berkendara. Pake mobil kalau ga punya car seat bayi atau anak juga mengundang resiko bahaya.

Sampai kadang banyak yang menyerang para konsultan menggendong perkara larangan ini. Padahal para konsultan ya ga mungkin menyarankan pakai gendongan buat berkendara karena resikonya membahayakan bayi.

Kalau tetap dipilih seperti aku saat ini ya udah aku ga akan pamerin kalau aku membahayakan anakku, aku siap menanggung resikonya, dan aku tak akan menyarankan orang lain berbuat sama seperti aku untuk membahayakan anaknya. Sambil terus berdoa dan berusaha semoga segera bisa membeli car seat dan mobil.

Mama sudah memiliki kunci rumah cadangan sehingga kami tak perlu menitipkan kunci rumah kami pada mama. Aku juga sudah pamit via pesan WhatsApp ke Mama. Jangan tanya uang yang dari Mama untuk Ardan, sudah pasti disimpan Mas Salman.

Vous avez atteint le dernier des chapitres publiés.

⏰ Dernière mise à jour : Jan 25, 2023 ⏰

Ajoutez cette histoire à votre Bibliothèque pour être informé des nouveaux chapitres !

RuntuhOù les histoires vivent. Découvrez maintenant