Chapter 16

25.9K 1.9K 150
                                    

Seneng banget😍
Happy 40k Readers🥰
Makasih semuanya yang udah ngikutin dari awal🤗

Luv Segede gaban pokoknya💜

Chapter sebelumnya kok sepi sih ..
Chapter ini harus rame ya..

Kalian kangen sama siapa?
Zalfa, Singa indo atau Farhan?

Silahkan komen disetiap
Paragraf ya hhihi

600 Vote + 800 Komen Up
Chapter 17

Ini lebih dari 2000 kata loh hhihi
Special 40k Readers 😍

Ini lebih dari 2000 kata loh hhihiSpecial 40k Readers 😍

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



"Perempuan itu ibarat kaca, jika terlalu keras ia akan mudah retak. Jika sudah retak, sangat sulit untuk menyatukannya kembali. Begitu mulianya perempuan setelah adanya Islam. Berlaku lembut pada perempuan adalah salah satu cara memuliakan perempuan."

~M. Zafran Athaillah Al-Kafy ~

***

"Itu pasti istri Abba ya? Ibu sambung adek? Yang di nikahin Abba, tepat hari lahir adek?" Tanya Zalfa dalam hati, melihat ke arah laki-laki paruh baya yang menggandeng seorang perempuan.

"Aku kira, kalo aku ketemu Abba. Aku akan menjadi anak perempuan yang paling bahagia. Tapi nyatanya aku malah lebih terluka," Lirih Zalfa dalam hati dengan tersenyum pedih.

"Dulu aku sangat excited ketika bertemu dengan tahun yang baru. Karena aku akan bertemu dengan hari lahirku. Setiap tahun do'aku selalu sama, agar aku bisa ketemu Abba. Tapi untuk tahun ini, aku sangat tidak excited. Sekarang aku benci, benci sama hari kelahiranku sendiri!" Teriak Zalfa dalam hati.

Hati terluka namun dari luar terlihat bahagia, sangat menyedihkan bukan? Memiliki keluarga yang utuh adalah impian semua orang apalagi anak perempuan yang sangat membutuhkan figur seorang ayah. 22 tahun Zalfa mencari tahu tentang Abbanya namun setelah melihat wajah asli Abbanya ada penyesalan dalam hidup Zalfa. Butuh waktu untuk Zalfa mengungkapkan bahwa ia adalah putri yang di tinggalkan pak Nizam 22 tahun yang lalu.

"Fa, ayo jalan. Kita udah di tunggu sama pemiliknya di sana," ucap Icha pelan dengan mengangkat dagunya menunjuk ke arah laki-laki paruh baya yang memakai jas hitam.

"I-ya," jawab Zalfa, mengikuti langkah Icha menghampiri pemilik restoran dan istrinya.

"Assalamualaikum,"

"Wa'alaikumussalaam,"

"Maa Syaa Allah, kalian sudah sampai?"

"Alhamdulillah sudah pak," jawab semuanya bersamaan.

Rembulan Yang SirnaWhere stories live. Discover now