DUA

156 25 0
                                    

Seonghwa merapikan setelan kerjanya yang sedikit kusut dengan gugup. Bus yang dinaikinya sangat penuh dan sesak sehingga penampilan Seonghwa jadi tidak serapi ketika dia berangkat tadi. Dan sekarang disinilah dia berdiri, di depan sebuah ruangan.

Dengan gugup, Seonghwa melangkah memasuki ruangan itu, sebuah ruangan rapat kecil yang mungkin difungsikan untuk mewawancarai calon pegawai.

Seorang wanita yang sangat elegan dan cantik menunggunya di sana, cantik sekali seperti model. Wajahnya sangat eksotis seperti perempuan Latin, dengan setelan kantornya yang terlihat mahal dan menarik.

"Selamat siang, silahkan duduk," gumamnya datar mempersilahkan.

Dengan canggung Seonghwa duduk di hadapan perempuan itu "Saya Jennie, HR Manager di perusahaan ini, mungkin anda bertanya-tanya kenapa anda bisa mendapat panggilan di perusahaan ini. Kami memperoleh rekomendasi dari universitas anda, bahwa anda adalah lulusan terbaik di sana."

"Baik, pekerjaan yang akan ditawarkan kepada anda adalah staff inti dari direksi. Maksud saya, anda akan bekerja sebagai bawahan langsung dari CEO kami."

Otak Seonghwa serasa dicubit, Staff Direksi? kenapa untuk jabatan sepenting staff direksi, perusahaan ini mengambil seorang lulusan baru sepertinya? Bukankah untuk jabatan seperti itu biasanya sebuah perusahaan akan mengambil dan mempromosikan pegawainya yang sudah lama mengabdi untuk naik jabatan? Tapi pertanyaan-pertanyaan di otak Seonghwa langsung terabaikan ketika dia berusaha berkonsentrasi penuh atas wawancara resmi yang mulai dilakukan oleh HR Manager yang cantik itu.

Wawancara itu berlangsung lama, dan begitu resmi, Seonghwa menjawab semua sesuai kemampuannya, dan setelah pertanyaan terakhir dijawab, Jennie terdiam agak lama dan menatap catatan di mejanya.

Jennie lalu menatap Seonghwa lama seolah-olah ingin membaca isi hati Seonghwa

"Jika anda diterima, seberapa cepat anda bisa mulai bekerja di perusahaan kami?"

Seonghwa tergagap, tidak menduga akan ditanya selugas itu, biasanya mereka akan menyalamimu, kemudian mengatakan akan melakukan evaluasi dan akan menghubungi beberapa waktu nanti bukan?

"Saya bisa kapan saja" jawab Seonghwa cepat. Jennie menganggukkan kepalanya,

"Anda diterima, saya ingin anda siap dan mulai bekerja Senin depan. Cukupkah waktu untuk mempersiapkan semuanya? Dalam tiga hari?"

Seonghwa menganggukkan kepalanya meski masih merasa seperti mimpi,

"Baik. Saya akan bersiap."

Jennie berdiri dan mau tak mau Seonghwa ikut berdiri juga, wanita itu lalu menyalami Seonghwa dengan senyum aneh.

"Semoga sukses di perusahaan ini." Dia lalu melepaskan tangannya dan melangkah keluar, "Sampai bertemu lagi." dan dengan langkah cepat dan tegas, setegas pembawaannya, wanita itu meninggalkan Seonghwa sendirian.

Meninggalkan Seonghwa yang masih terpaku di tengah ruangan itu, menahan keinginan kuat untuk mencubit dirinya sendiri, secepat ini prosesnya? Mimpikah ia...?

.

"Sudah beres" Jennie meletakkan berkas-berkas itu di meja Hongjoong.

"Gomawo" Hongjoong tersenyum menatap kakaknya, "Bagaimana?"

"Dia kebingungan" Jennie mencibir, "Semua ini terlalu mudah, Kalau aku jadi dia, pasti juga akan sebingung dia, dan kau sudah membuatku melanggar aturan perusahaan dalam merekrut pegawai." Hongjoong tersenyum miris,

"Perusahaan ini punyaku, dan aku juga yang berhak menentukan penerapan aturan itu."

Jennie mengangkat bahunya, "Yah... lagipula siapalah aku, bisa dibilang kau merintis perusahaan ini demi pemuda itu, sekarang keinginanmu sudah tercapai, Hongjoong-ssi."

Unforgiven Hero | JoonghwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang