[14] Misery

2.1K 419 25
                                    

Hari demi hari berlalu, Hinata fokus pada pendidikannya di kampusnya begitupun dengan Sasuke

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hari demi hari berlalu, Hinata fokus pada pendidikannya di kampusnya begitupun dengan Sasuke. Mereka masih saling menghubungi tapi itu semakin jarang mengingat kesibukan masing-masing yang mereka alami.

Hinata belum mendapatkan teman mengingat dia adalah sosok pemalu yang tidak bisa menyapa seseorang terlebih dahulu. Kepergian Sasuke benar-benar membuat gadis itu menjadi sosok yang penyendiri. Dulu ada Sasuke yang selalu menemaninya, tetapi sekarang lelaki itu berada jauh dari Hinata. 

Naruto berada di kampus yang sama dengan Hinata, namun mereka berbeda jurusan, hanya bertemu jika kebetulan. Itupun Naruto yang terkadang sengaja untuk mencari Hinata. 

Hiashi terus menekan Hinata untuk pergi berkencan bersama Naruto hingga terkadang membuat gadis itu merasa tertekan. Itu menimbulkan perasaan takut dan tak nyaman saat dia berada di dekat Naruto. 

Dengan seluruh tekanan yang Hiashi berikan, akhirnya Hinata menyerah dan setuju saat Naruto mengajaknya untuk keluar. Naruto sudah menjemputnya dan duduk di ruang tamu bersama Ayahnya.

Tak seperti saat pergi berkencan dengan Sasuke, Hinata merasa tidak bersemangat. Dia bahkan tak berdandan dan berpakaian tak terlalu mewah. Benar-benar terlalu sederhana untuk posisi gadis yang ingin berkencan.

Hal itu juga membuat Ayahnya marah, dia menarik Hinata ke atas, membentak gadis itu, berkata bahwa Hinata mempermalukan keluarga Hyuuga. Ayahnya menyuruhnya untuk berpakaian dengan lebih baik dan merias dirinya. Hiashi ingin Hinata berpenampilan cantik di depan Naruto.

Sembari menangis, Hinata mengganti pakaiannya, menggunakan gaun selutut yang manis. Dia memberikan wajahnya sentuhan make up yang sederhana, tapi itu tidak dapat menyembunyikan matanya yang sedikit bengkak dan memerah. 

Hinata turun beberapa menit kemudian, tangannya mencengkram tali tasnya saat tiga pasang mata tertuju kepadanya dengan penuh penilaian. Dengan takut, dia menatap mata ibunya, mendapati wanita itu tersenyum dan mengangguk, seolah setuju dengan penampilannya. Naruto juga terlihat menyukai tampilan barunya. Ayahnya disisi lain tidak tersenyum atau marah, hanya mengangguk singkat―sepertinya masih marah pada Hinata.

Akhirnya mereka berpamitan kepada kedua orangtuanya. Naruto membimbingnya untuk masuk ke dalam mobil lelaki itu dan duduk di kursi depan tepat di samping kursi kemudi. Sepanjang perjalanan, Hinata benar-benar pendiam, hanya menjawab jika Naruto bertanya. Dia tidak membuka topik pembicaraan. 

Naruto membawanya kesebuah restauran mewah bintang lima. Lelaki itu juga memesankan makanan yang mahal, benar-benar mengeluarkan banyak uang. Naruto mengoceh sedangkan Hinata hanya mendengarkan sembari melahap hidangan.

Naruto mengocehkan banyak hal, terutama tentang dirinya sendiri, dia dengan bangga menyombongkan dirinya sendiri pada Hinata. Pencapaiannya, prestasinya, bagaimana dia selalu mendapatkan hal yang dia inginkan. Bagaimana dia bisa membeli mobil paling mahal. Bagaimana dia menjadi ketua tim basket di sekolahnya dulu, atau anggota osis, atau apapun itu. 

Forbidden Desire ✔Where stories live. Discover now