BAB 1: Hari Pertama

13.4K 1.6K 140
                                    

TRIGGER WARNING:

The story you're about to read contains themes or situations that may be upsetting to readers, including; bullying, manipulation, etc. Read at your own risk.

It's all fiction. Jangan menelan mentah-mentah segala yang ada di sini. Contoh yang baik, buang yang buruk. Kalau kamu merasa sudah cukup terusik dengan alurnya, silakan berhenti. Be wise.

Paham sampai sini? Jika iya,

Welcome! ^^

_

Wali kelas: Melissa Anggraeni, S

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

Wali kelas: Melissa Anggraeni, S.Pd.

Melissa membaca satu per satu nama-nama pada kertas yang berisi daftar murid kelas 1B, kelas yang akan dibimbing olehnya.

Beberapa kali keningnya mengernyit. Sambil menyesap kopinya yang masih hangat dengan tangan yang terbebas dari lembaran, ia mencoba melafalkan nama-nama tersebut.

"Axassia Vallen, Arnold Saoirseus, Argioval Budiman, Breshiko Aiwa, Bzarie Harian, Clio Petra ..."

Melissa meletakkan daftar tersebut kembali ke atas mejanya saat merasa sudah tidak sanggup. Antara takjub dan bingung menjadi satu. Orang tua zaman sekarang memang kreatif. Makin ke sini, nama-nama anak muridnya semakin menyaingi artis-artis beken luar negeri.

Tidak ingin pusing, Melissa pun memilih bersabar menanti hari esok untuk bertemu langsung dengan 'anak-anaknya'. Karena hanya mereka yang mampu mengucapkan nama masing-masing. Melissa tidak ingin keliru atau justru menyinggung jika salah.

"Mel?"

Melissa hanya bergumam menanggapi sosok yang kini menyembulkan kepalanya dari balik bilik yang membatasi meja kerja mereka.

"Dapat kelas berapa?"

Sebelah alis Melissa sedikit menukik mendengarnya. Penempatan para guru baru diumumkan belum ada satu jam setelah rapat berlalu. Namun, alih-alih menuduhnya 'pikun', Melissa yang tidak ingin ambil pusing pun menjawab, "Satu."

"A atau B?"

"B."

Entah apa yang lucu, tapi tawa geli perempuan di sampingnya sanggup menggelitik rasa penasaran Melissa. "Kenapa, Ra?"

Tiara, perempuan yang dikenal sebagai "ibu permen" atau "princess candy" oleh para murid karena gaya berpakaiannya yang selalu colorful—itu mengibaskan tangan sambil berdecak pelan. "Gue udah yakin, lo pasti ditempatin di kelas 1. B pula. Si Angga nggak percayaan!"

"Ada apa emangnya sama kelas 1B?" tanya Melissa dengan kepala sedikit dimiringkan.

"Lo belum dengar, ya? Kelas 1B itu, kan, anak-anaknya lumayan banyak yang belum bisa calistung." Kemudian Tiara mendekatkan badannya dan berbisik, "Gue berasumsi kalau kepala sekolah sengaja milihin mereka di kelas lo karena reputasi 'kesabaran' lo yang patut diacungi jempol!"

Single Daddy's KarmaOù les histoires vivent. Découvrez maintenant