Flower Power

14 5 1
                                    

Kabur dari tempat ini adalah impianku sejak dulu. Sudah kesekian kalinya aku mencoba untuk kabur, tapi mereka selalu saja menangkapku bahkan sebelum aku sampai di gerbang. Teman-temanku pun di sini kurang suportif, mereka bilang di sini enak, dikasih makan, nggak harus cari-cari sendiri. Cih, aku bisa dapat makanan yang lebih lezat dan bergizi di luar sana ketimbang makanan alakadarnya di sini.

Hingga suatu hari seorang gadis baru datang. Perawakannya kurus, rambutnya kusut, dan gaun putihnya sudah lusuh. Ia disatukan di dalam kamarku. Ia sering tantrum, marah-marah pada petugas sampai menonjok-nonjok mereka karena tidak boleh memakan tumbuhan yang ada di sekitar panti. Tapi hanya itu saja kesan burukku terhadapnya, selebihnya ia baik-baik saja, menyenangkan malah. Ia memintaku memanggilnya Melati meski para petugas selalu memanggilnya ... uh, apa ya, aku lupa.

Para petugas itu tak mengerti kenapa Melati berbuat demikian dan apa sebabnya jika ia tak dibolehkan makan tumbuh-tumbuhan terutama bunganya. Melati adalah jelmaan dewi bunga. Ia butuh tumbuhan sebagai asupan nutrisinya agar ia tak kehilangan semua kekuatannya. Melati benci pada orang-orang di sini, terutama para petugas, begitu juga denganku, maka begitulah ceritaku menemukan teman seperjuanganku.

Suatu hari kami melaksanakan sebuah rencana gila tapi mantap. Sore hari saat para petugas mengunjungi penghuni panti kami berjalan mengendap-endap ke luar.

Rencana kami berjalan amat mulus sampai ke gerbang. Aku beberapa kali mencoba memanjat pagar, tapi begitu licin dan tidak ada pijakannya, maka kali ini aku memanfaatkan kemampuan super temanku.

Melati menjulurkan tangannya, ia menutup matanya, wajahnya tampak berkonsentrasi penuh. Saat Melati tengah mengumpulkan segenap kekuatannya, aku menoleh kanan dan kiri untuk memastikan tidak ada petugas yang resek. Di kanan kami sebenarnya ada dua orang satpam, tetapi mereka tampak tak acuh. Mereka asyik mengobrol sambil mengupasi kacang.

Akhirnya sebuah tanaman merambat keluar dari tangan Melati.

“Wih, keren, mantap!” Aku tak mampu menahan diriku untuk tidak bersemangat. Melati tampak bangga.

“Waktu itu aku malah pernah numbuhin pohon rambutan, buahnya banyak banget, tapi karena semua orang bilang aku gila jadi aku doang yang makan rambutannya.”

“Ayo, Mel, dikit lagi!” Aku menyemangatinya sambil jingkrak-jingkrak dan bertepuk tangan.

Tanaman merambat itu melintang dan membujur mengelilingi pagar, membentuk pijakan untuk kami memanjat.

Akhirnya, aku bebas.

Aku mencengkeram batang pohon pertama, lalu kupijakkan kakiku ke atasnya. Tak kusangka batang tanaman itu begitu lemah sehingga kakiku terjatuh sebelum sempat naik.

“Mel, putus!”

“Ah masa, itu kamunya yang nggak bisa manjat kali!”

Beberapa kali percobaan hasilnya tetap sama, aku yang gelisah menengok ke arah dua satpam yang sekarang sedang cekikikan sambil tetap makan kacang. Mereka tertawa geli sekali hingga memegangi perut.

“Mel, gimana ini?” Aku mulai cemas.

“Ah, sini!”

Melati menghampiriku dengan tangan kirinya yang masih mengontrol tanaman merambat tersebut. Ia mencoba mencengkeram tanamannya sama seperti yang kulakukan. Dan terjadi hal yang sama denganku tadi.

“Perasaan biasanya bisa!”

Aku beberapa kali melempar pandangan ke arah satpam yang masih tertawa puas.

Kini salah satunya berucap sambil memegangi perutnya, “Aduh, aduh, udah, Neng, balik aja yuk.”

---

Challenge Swap Idea by NPC2301

Pompt by: Pandu_an
Kamu dan teman gilamu—yang menganggap dirinya setengah tumbuh-tumbuhan—berusaha kabur dari panti rehabilitasi dengan cara memanjat dinding, tentu saja kamu termasuk pasien di panti tersebut, dan tentu saja kamu gagal karena satpam panti menjadikan aksi kaburmu sebagai hiburan/tontonan.

---

Reaksiku saat baca prompt-nya: 🤨🥲🤌

Long Story ShortWhere stories live. Discover now